CHAPTER 2

2076 Words
"Cia buruan mandinya. Udah pada pulang semua tuh. Kenapa tadi gak mandi dirumah? kenapa malah mandi pas udah mau pulang sekolah?" Teriakan Erma sahabat Cia sedari SMP yang kini tengah menunggu Cia di depan wastafel kamar mandi sekolah "Sabar Er, sebentar lagi" balas Cia dari dalam kamar mandi Mandi di sekolah adalah kebiasaan Cia sejak duduk di bangku SMP hingga saat ini telah berada di bangku SMA. Ketika Cia terlambat bangun pagi. ia hanya mencuci muka, gosok gigi dan berganti pakaian saja untuk berangkat sekolah. Alasan Cia selalu mandi di sekolah saat ia tidak sempat mandi di rumah ialah, Cia takut Gio akan menyeretnya keluar mobil saat Cia dijemputnya sepulang sekolah dan menyuruhnya untuk naik angkutan umum dengan uang saku yang sangat tipis. Gio sangat tau jika Cia sudah mandi dan belum, saat Cia berbohong maupun jujur. Karena sejak Cia berada di keluarga Garmen, Gio memberi perhatian penuh untuk Cia karena ayah dan ibunya memiliki kesibukan setiap harinya. "kamu kebiasaan ya, kalau mau sekolah itu mandi dulu. Ini mandi di sekolah. Coba tadi gak aku suruh mandi. kamu pasti gak akan mandi kan?! Jorok banget sih." Geram Erma "Nah itu kamu ngaku kan kalo kamu yang menyuruhku mandi. Yasudah sabar tungguin aku mandi" sahut Cia "Tapi aku menyuruhmu mandi di jam kosong tadi Cia" kesal Erma "Ya kan sama aja, ujungnya aku mandi" santai Cia seraya keluar dari kamar mandi Melihat handuk yang melingkar di kepala Cia membuat Erma menganga terkejut dengan tingkah Cia yang super jorok dan aneh. "kamu gila ya? woi ini di sekolah masih sempetnya kamu keramas di sekolah? Gak malu?" ucap Erma yang terheran "Ngapain malu, kan aku masih pakai baju. Lagian ini sudah jam pulang" jawab santainya "Ya tapi kan masih banyak anak di sekolah Cia. Malu dong kamu keluar kamar mandi dengan rambut basah" sahut Erma Drrrttt drrrtt "Halo kak" "Oke" "Eh kakak Gio sudah di depan, aku pulang dulu ya bye" pamit Cia semakin membuat Erma geram "Woi handuk mu turunin dulu dari kepala.. malu Cia" teriak Erma yang tidak dihiraukan Cia "Halo kak" sapa Cia yang kini telah berada di dalam mobil Gio "Kamu baru mandi?" Tanya Gio yang dianggukan Cia "Kenapa sudah pulang baru mandi?" Tanya kembali Gio "Karena kakak bilang mau jemput Cia, makanya Cia mandi. Kak Gio pasti tau kalau nanti Cia belum mandi dan pasti kakak akan suruh Cia keluar dari mobil, terus suruh Cia naik angkot dan uang jajan Cia pasti dikurangi lagi" terang Cia "Makanya jadi cewek itu jangan males apalagi jorok. Bangun pagi, mandi baru ke sekolah. Nah kamu, apa?" ucap Gio "Aish berisik. Ayo pulang" singkat Cia "Susah banget dibilangi. Dasar badung!!" Gerutu Gio yang menyalakan mobil dan menancap gas meninggalkan halaman sekolah Cia "Kak ke JCC dulu yuk, ada pameran buku. Cia mau beli buku novel" Ajak Cia "Novel yang terakhir kakak belikan apa sudah kamu baca semua?" Tanya Gio "Yang sebulan lalu?" Tanya kembali Cia seraya memajukan badannya kedekat Gio dan dibalas dehuman oleh Gio "Ya jelas sudah habis dong. Lagian kakak selalu membelikan Cia novel dengan genre fantasi. Kali ini Cia mau coba baca genre lain deh kak" jawab Cia "Emang mau baca novel apa?" "Belum tahu liat nanti aja deh" kembali membenahi duduknya menyender pada jok mobil "Jangan lama-lama ya, kakak banyak kerjaan kantor yang belum selesai" minta Gio "Oke siap Boss" seraya menghormat pada Gio ---- Satu jam sudah Cia mengelilingi pameran buku namun tidak satu buku pun yang membuatnya tertarik hingga membuat Gio terus menggerutu. "Cia, please... Apa masih lama... Kakak sudah diminta papa kirim laporan secepatnya ini" "Iya bentar kak" seraya membaca blurb di bagian belakang buku "Buruan" Gio menarik lengan Cia "Oke, oke kita bayar dulu.." Cia mengambil beberapa buku novel yang berada dalam satu tumpukan tanpa membaca sinopsis nya terlebih dahulu. Cia langsung saja memasukkan buku ke tas belanjanya. Cia dan Gio pun mengantri untuk membayar buku yang telah diambil Cia. Saat telah berada di kasir Gio terkejut melihat Cia membeli buku novel hingga 38 buku. "Banyak banget Ci, kamu yakin baca semua bukunya?" Tanya Gio yang ternganga. "Yakin, ini semua itu novel kak, jadi Cia yakin pasti baca. Udah tinggal bayar aja protes" sahut Cia "Ya protes dong Ci, kan yang bayar kakak." Balas Gio yang dibalas senyum simpul dari Cia "Untung aja sayang. Coba gak, udah aku tenggelamkan kamu" Gerutu Gio "Ihh takut... Kaya bu Susi aja suka tenggelamin di laut... Jangan ditenggelamin di laut.. di hati kakak aja" gurau Cia membuat Gio mendengus kesal ---- "Kak, Cia ke kamar dulu" Pamit Cia pada Gio yang tengah memarkirkan mobil "Iya, nanti kakak nyusul" balas Gio Setelah Cia mengganti seragamnya dengan baju santai, Cia langsung membongkar kantong kresek berisikan novel yang telah ia beli dari pameran. "Banyak juga ya, ini mah stok sampai tahun depan" gumam Cia "Kenapa?" Tanya Gio yang baru saja memasuki kamar dibalas senyuman oleh Cia "Kebanyakan? Udah jual aja sisain satu buat kamu baca" ucap Gio "Jangan dong.. gak kebanyakan kok. ini pas, pas sampai dua tahun. Yah paling gak saat Cia masuk kuliah udah selesai baca semuanya lah." Balas Cia Cia mengambil satu buku untuk ia baca dan menyimpan yang lainnya di lemari tempat ia meletakkan koleksi novelnya. Cia membaca novel di atas ranjang dengan posisi duduk dan menyandar. Cia membacanya dengan serius dan sesekali menelan salivanya kasar serta mengeluarkan keringat dingin hingga membuat Gio yang tadinya sibuk dengan laptopnya melihat Cia menjadi kebingungan. "Kamu kenapa Ci?" Tanya Gio Bukannya menjawab pertanyaan Gio ia malah terus saja membaca dengan seriusnya dan terlihat semakin berkeringat. "Ci" seru Gio sembari memegang pundak Cia sontak membuat Cia terlonjak dan membuang novelnya sembarangan. Tidak hanya Cia, Gio pun ikut terkejut melihat Cia terlonjak "Kamu kenapa Ci? Kok keringetan?" Kamu baca apa sih?" Tanya Gio yang mencoba mengambil buku yang terlempar tadi namun dengan sigap diambil terlebih dahulu oleh Cia dan didekapnya dengan kedua tangan. "G-gak apa-apa kok. Hanya emm ini ceritanya mengenai hantu jadi sedikit menakutkan. Aku terlalu masuk ke dalam bukunya sampai ikut ketakutan" elak Cia "Menakutkan?" Bingung Gio melihat cover novel tersebut "Apanya yang menakutkan Cia? Kau lihat judulnya 'Boss n Sex'. Yang ada itu cerita aneh-aneh Cia" Mendengar ucapan Gio ia langsung menunduk membaca buku yang ia tutupi sedari tadi "Udah gak usah dibaca, ganti yang lain saja" lanjut Gio "Tanggung kak kurang dikit selesai. Lagian ini ceritanya tentang suami-istri kok. jadi pelajaran buat Cia nanti kalau berumah tangga" menunjukkan senyuman canggungnya "Yaudah terserah" Gio pun pergi ke sofa dan berkutat dengan laptopnya kembali. sedangkan Cia melanjutkan membaca bukunya hingga selesai dalam kurun waktu dua jam. Tok tok tok "Non, tuan, bibi antar makan malam" ucap wanita paruh baya dari balik pintu kamar mereka "Masuk aja bi" balas Gio Setelah bibi Karin menyiapkan makan malam mereka diatas meja, Gio dan Cia segera menghabiskan makanannya dan memanggil bibi Karin kembali untuk membawa piring kosong tersebut ke dapur Tak berselang lama, Cia memilih kembali novel yang lainnya tentu yang tadi ia beli. Cia mencoba membaca sinopsis dari novel-novel tersebut dan ia memilih novel berjudul 'My Ice Captain' Cia yang terlalu seru membaca novel hingga tertawa-tawa sendiri membuat Gio terusik dalam mengerjakan pekerjaannya. "Cia diam!" Sentak Gio membuat Cia langsung bergidik terdiam "Kakak aja yang pindah tempat sana kalau keganggu tawaku" batin Cia seraya mengangkat sudut bibir kanan dengan mata memutar Cia kini membaca novelnya kembali dengan tenang hingga di tengah halaman Cia mulai berkeringat kembali. ia kesusahan menelan salivanya dab merasa tercekik kepanasan saat buku tersebut masuk ke dalam dirinya seolah ialah pemeran dalam buku tersebut. "Ci, mau sampai kapan kamu membaca?" Tanya Gio yang telah bersiap untuk tidur disamping Cia "Ka-kakak sejak kapan di sini?" Cia bertanya dengan gugup "Barusan. Kamu kenapa sih?" Tanya Gio "E-enggak apa-apa kok" balas Cia "Sudah berhenti bacanya, kamu lanjutin besok aja" pinta Gio "Ta-tapi kak" "Besok sekolah kan, kalau bangun kesiangan lagi gimana?" Sela Gio "Hem" Cia meletakkan bukunya diatas meja di samping ranjangnya ia bangkit dari ranjang untuk menggosok gigi dan kembali ke ranjang dan berbaring bersiap untuk tidur Cia yang telah memposisikan tubuhnya untuk tidur sontak terkejut saat Gio memeluk tubuhnya dari belakang. spontan ia menyikut Gio sampai mengeluh sakit di bagian perutnya. "Ma-maaf kak, Ci-Cia gak sengaja" sesal Cia "Kamu kenapa sih? Aneh. Kalau gak mau tidur lagi sama kakak itu bilang. Kakak bisa cari kamar la--" kesal Gio yang bangkit dari kasur dan akan pergi "Jangan kak. Cia takut kalau tidur sendiri. Cia tadi cuman kaget aja" terang Cia yang menarik lengan Gio Gio kembali berbaring di kasur dan menutupi tubuhnya satu selimut dengan Cia. Merangkul posesif Cia seperti biasa "Kak" Gio membalasnya dengan dehuman dan mata yang tertutup "Cia boleh tanya?" "Apa" Gio pun membuka matanya "Kakak pernah ki... Ahh gak jadi" ragu Cia yang kemudian menutup mata "Pernah apa?" Tanya Gio memutar tubuh Cia yang kini bertatapan langsung Gio "Ta-tapi kakak jangan marah kalau Cia tanya" minta Cia "Iya" balas Gio "Kakak pernah hubungan suami-istri sama pacar gak?" Tanya Cia "Kenapa tanya gitu Ci? Heh masih kecil ngomongin gituan kamu itu" balas Gio "Ih Cia udah 16 tahun kali kak..Cia udah ngerti kali" balas Cia "Ehm" singkat Gio "Berarti kalau ciuman tiap hari dong?" Celetuk Cia membuat Gio mengernyit "gak munafik Cia juga pernah sama pacar Cia kali kak..." spontan Cia menutup mulutnya membuat Gio membulatkan mata "Ci--" "Sumpah.. sumpah.. Cia cuman ciuman aja kok gg pernah ngapa-ngapain lagi.." terangnya yang takut "Pernah ciuman di mana aja?" Tanya Gio dengan tatapan mematikannya "Cuman di pipi sama bibir aja kok kak.. itu pun cuman menempel" terang Cia dengan nada sedikit bergumam "Terus?" Balas Gio "Gak ada terus, cuman itu aja" Jawab Cia Gio mencium pipi kanan, kiri dan bibir Cia membuat wanita di hadapannya tersebut sontak terkejut menganga dengan mata melebar "Sudah kakak tutupi ciuman pacarmu. Anggap kamu gak pernah dicium pacarmu" ujar Gio "Sudah malam yuk tidur" ajak Gio mengajak Cia untuk beristirahat malam ---- Tak .. tak .. tak .. Lemparan busur tepat mengenai bagian tengah papan dart yang terus saja dilakukan oleh Gio "Hei ada apa dengan mu dude?" Tanya Andrew sahabat Gio sedari kecil "Cia sudah mulai dewasa, aku bisa-bisa semakin gila jika terus seranjang dengannya" Kesal Gio "Apa belum puas bermain dengan jalang-jalang yang kamu bayar setiap malam di club milikku?" Tanya Andrew "Aku tidak pernah puas dengan jalang di club mu. Buktinya saat aku tidur bersama Cia tubuh ku sangat menginginkannya. Terkadang aku harus meminum obat tidur agar bisa nyenyak seranjang dengannya" terang Gio yang mendapat tawa dari Andrew Andrew yang duduk di sofa ruang kerja Gio mulai beranjak mendekati Gio. "Hei dude, aku beri tau kamu!" Andrew menepuk pundak Gio meremasnya dengan sedikit keras membuat Gio menatap tajam padanya "Sorry sorry" mengangkat tangannya dari pundak Gio "Cia itu bukan adik kandung juga bukan saudara satu darah. Jadi itu hal wajar jika kamu tergoda dengan tubuhnya. Bahkan saat kamu kehilangan kendali. Itu tidak ada salahnya" hasut Andrew yang kemudian pergi meninggalkan ruangan Gio "Andrew, brengsek lo. Bikin gua oleng bangsat!" Teriakan Gio membuat Andrew yang masih berada dibalik pintu ruang kerja Gio tertawa terbahak-bahak ---- Cia yang tengah serius membaca novel di atas kasur terkejut saat melihat Gio membuka pintu kamar dengan kasarnya dan gerakan tubuhnya yang tak seimbang. "Kakak mabuk? Tumben pulang-pulang mabuk?" Tanya santai Cia "Mama, papa lagi keluar kota kak. Ouh iya besok Cia libur" sambung Cia Gio yang setengah sadar memasuki kamar mandi dan mengguyur tubuhnya di bawah shower dengan air dingin. Gio mengusap wajahnya dengan kasar mencoba menyadarkan dirinya dari pengaruh alkohol "Kakak gak apa-apa kan?" Tanya Cia yang melihat Gio keluar kamar mandi hanya berbalut handuk di pinggangnya "Gak apa-apa kok" balas Gio memasuki walk in closet menggunakan piyama tidurnya Gio membaringkan tubuhnya diatas kasur tepat di samping Cia yang tengah duduk santai membaca novel. Gio tiba-tiba memeluk pinggang Cia seperti tengah bermanja pada Cia membuat Cia mengernyit kebingungan "Kak? Kakak sakit?" Tanya Cia "Apa Cia telepon papa, mama aja? Cia takut kakak kenapa-kenapa" sambung Cia Gio bangkit dari posisi tidurnya menatap mata Cia. Merebut buku yang Cia baca dan meletakkan di meja. Bukannya membalas pertanyaan Cia justru dia mencium Cia membuat Cia membelalakan matanya. Gio memperdalam ciumannya memegang lembut rahang Cia membuat Cia secara otomatis menutup mata. Ia masuk kedalam permainan Gio menikmati ciuman yang diberikan Gio. Gio menggigit bibir Cia dan benar itu membuat Cia membuka mulutnya mempersilahkan Gio memainkan lidahnya di dalam mulut Cia dan saling bertukar saliva.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD