CHAPTER 5

2030 Words
"kakak kenapa sih melarang Cia jadi selebgram? kan walaupun Cia belum jadi selebgram juga udah lumayan banyak yang kenal" protes Cia yang kini tengah duduk di samping kursi penumpang depan Gio yang tengah fokus dengan kemudinya menghela nafas kasar "Dunia selebgram itu keras Cia. kakak gak mau kamu nangis karena dihina netizen. Kakak juga gak mau kamu sampai kenapa-kenapa. Jaman sekarang selebgram sama dengan selebritis Ci. Berita sekecil apapun dari mereka pasti dicari. Kamu mau semua orang tau mengenai keluarga kita. Terutama antara kamu dan kakak" jelas Gio membuat Cia cemberut menggeleng "Maaf" ucap Cia dibalas Gio dengan dehuman "Cia lupa kalau keluarga kita beda dari keluarga lainnya" celetuknya "Bukan beda Ci tapi lebih spesial. Karena ada kamu di keluarga Garmen" sergah Gio yang membuat Cia tersenyum malu Dering ponsel Cia berbunyi dengan segera ia mengeluarkan ponsel di dalam tas mininya "Iya pa" sapa Cia pada ayahnya diseberang panggilan "Cia dimana? Kok belum pulang sampai jam segini?" Tanya Josh "Cia lagi sama kak Gio pa. Malam ini Cia tidur di apartemen kakak, boleh kan pa?" Tanya Cia "Yasudah gak apa. Lain kali pamit ya Cia kalau menginap diluar biar papa sama mama gak khawatir. Apa lagi kakak kamu juga gak kasih tau kalau kamu menginap di apartemennya" ucap Josh "Siap pa, maaf Cia udah buat papa sama mama khawatir" "Iya, yasudah kamu istirahat. Jangan lupa besok sekolah" "Iya pa, sampai jumpa" tutup Cia "Gimana?" Tanya Gio "Apanya?" Bingung Cia "Papa" singkat Gio "Gak gimana-gimana. Diizinin kok Cia nginap di apartemen kakak" terang Cia "Ouh yaudah" lega Gio "Eh kita pulang ambil perlengkapan sekolah mu dulu ya. Tapi kamu hubungi bibi di rumah buat siapin barang nya kita tunggu di depan gerbang" lanjutnya "Iya" Cia segera menghubungi salah satu bibi pengurus rumah untuk menyiapkan perlengkapan sekolahnya Gio pun mengemudikan mobilnya dengan lebih cepat menuju rumah mereka dan parkir sedikit lebih jauh dari rumahnya agar tidak terlihat di CCTV depan rumahnya Tok tok tok Ketukan di jendela mobil tepat di samping Cia membuatnya terlonjak kaget karena hari yang gelap dan sekitarnya sangat minim penerangan "Ih bibi ini ngagetin aja" kesal Cia yang menurunkan kaca jendela "Maaf non. Ini" permohonan maaf nya seraya memberikan sebuah paperbag "Makasih ya bik, oh ya jangan sampai papa mama tau kalau aku sendiri yang ambil seragam. Bilang aja tadi kakak kirim g*send buat ambil" pinta Cia "Baik non, saya permisi kembali ke dalam" pamitnya diiyakan Cia Setelah mengambil perlengkapan sekolah Cia, mereka segera kembali ke apartemen karena hari semakin larut dan pagi Cia harus bersekolah Cia yang telah bersiap untuk tidur merasa terganggu saat tangan Gio yang tengah berbaring di sampingnya mulai menggoda dirinya. Gio merangkul erat tubuh Cia dan sesekali menciuminya. Tak tinggal diam tangan Gio menjelajahi area-area sensitif Cia. Cia yang mulai kesal karena usahanya menghentikan Gio selalu gagal. Cia mencoba menahan rayuan dari Gio. Ia juga mencoba menolak perasaan aneh pada dirinya untuk meminta Gio melakukan lebih padanya "Oh god, please berhenti kak. Cia gak tahan" batinnya yang merekatkan matanya dengan keras "Gak usah ditahan dek. Yukk" bisik rayu Gio dari balik tubuh Cia "Apa sih?! Berhenti ganguin deh! Aku mau tidur besok sekolah" kesalnya menutupi rasa panas tubuhnya "Setan.. setan.. sudah malam.. buruan tidur gih.. gak lihat mata susah sayu ngantuk.. inget inget besok sekolah.. besok aja pulang sekolah dilanjutin" batin Cia kembali yang masih berusaha keras "Ci" panggil Gio dibalas dehuman oleh Cia Gio pun bangkit menumpu tubuhnya diatas tubuh Cia yang menutup mata rapat Gio yang melihat tingkah Cia makin tersenyum lebar dengan kemenangannya. Tanpa berfikir panjang ia langsung menyambar bibir Cia dengan cepat melumat hingga ke rongga mulut Cia hingga membuat Cia kesusahan nafas Sesekali Gio memberi Cia sedikit ruang untuk bernafas tanpa melepaskan ciumannya. Cia yang mengikuti permainan Gio membuat permainan semakin panas Gio perlahan melucuti kain-kain yang menutupi tubuh atas Cia dengan beberapa kali Cia menolak namun tidak menghentikan tindakan Gio "K-kak please" rancu Cia mencoba menghentikan Gio yang tengah menjamah tubuhnya dengan ganas "More" rayu Gio "No please s-stop.." bukannya berhenti Gio memperganas dirinya melucuti kain yang tersisa ditubuh Cia. Gio mengambil dasi di laci samping ranjang "Cia diapain kak" bingung Cia saat Gio mengikat kedua tangannya dengan dasi "Nikmati saja Ci" sahut Gio melepaskan kain penutup dirinya hingga kini mereka dalam keadaan telanjang bulat Gio membuat sentuhan-sentuhan yang sedikit kasar di area sensitif Cia membuatnya keenakan hingga ia terus mendesah dan menggeliat "Ouh" "K-kak" "Ahh" "Emh" Rancuan Cia menyemangati Gio untuk semakin ganas membuat Cia hilang akal rasa panas hingga di ujung kepalanya "K-kak" teriak protes Cia saat Gio bangkit dari ranjang berjalan menuju lemari es yang ada didalam kamar tersebut mengambil sebotol wine yang ia buka "Auw, dingin kak" sentak Cia pada Gio yang menuangkan hampir setengah botol wine di tubuh Cia Bukannya menjawab Gio menyapu bersih wine ditubuh Cia dengan lidahnya melumatnya dengan nikmat "Ouh s**t. Udah gak kuat Ci" rancu Gio melepaskan pengikat di tangan Cia melumat bibir Cia dan diimbangi oleh wanita tersebut. Dengan sekali hentakan ia memasukan miliknya kedalam lubang kenikmatan milik Cia mambuat Cia meringis kesakitan Perlahan Gio menggerakan pinggulnya maju-mundur hingga dirasa Cia sudah terbiasa ia semakin mempercepat ritme nya ---- Kling Kling Kling Drrtt drrtt "Ih siapa sih berisik" gumam Cia meraih ponselnya "Hal" "Hei stupid kamu dimana?! Udah jam berapa? Kenapa belum datang? kamu gak masuk apa? Kenapa gak ijin" ocehan Erma membuat bising di telinga Cia hingga menjauhkan ponsel dari telinganya "Bawel. Emang jam berapa sekarang" jawab kesal Cia "Jam 9 bodoh !!" Sentak Erma diseberang "Apa?" Cia yang terkejut langsung membelalakkan mata bangun dari tidurnya "Gila aku telat!" "Gak telat doang kamu sudah gak bisa masuk. sudah sejam yang lalu bodoh masuknya. kamu pikir bakal bisa lolos dari gerbang aja. kamu dimana sih" sentak Erma "aku di apartemen.. gu.." "Auww" keluh Cia yang bangkit dari kasur merasakan sakit diantara kedua pahanya "kamu kenapa?" Tanya Erma "Eng-engak c-cuman pusing aja.. iya.. aku pusing.. bilangin wali kelas aja deh aku sakit.. ntar kak Gio ke sekolah ijin" sergah Cia "Yaudah kalau gitu kamu istirahat aja" tutup Erma di dehumkan Cia "Auw.. sakitnya minta ampun.. ini gara-gara kak Gio sih main kasar aja" gerutu Cia sembari duduk dengan gerakan pelan "Lah kemana kakak kok hilang.. b******k abis pake buang" geram Cia yang tidak menemukan Gio di ranjangnya Cia hanya menghela nafas kasar lalu beranjak dari kasurnya untuk segera membersihkan diri dan membuat makanan untuk dirinya Ceklek "Ci" panggil Gio dari ruang tamu Cia yang tengah memasak di dapur mendengar panggilan Gio namun ia tidak berniat untuk menjawabnya Mendengar suara bising di dapur Gio pun menghampiri asal suara karena ia tau itu adalah Cia "Ci.." Klontang "Ci.. kamu apa..." Klontang "Cia" sentak Gio yang mulai kesal karena Cia melemparkan piring-piring plastik secara terus-menerus padanya Bukan berhenti Cia malah melempar piring lagi pada Gio Klontang "Ah s**t nih anak" geram Gio mulai mendekat pada Cia Cia mencoba mengambil satu piring lagi namun ditahan oleh Gio "Kamu kenapa sih?" Tanya geram Gio bukannya menjawab Cia hanya diam dan tidak mau menatap Gio "Heh jawab kok! Kamu gak liat itu piring retak semua gara-gara kamu lempari" lanjutnya "Ouh jadi piring nya yang lebih penting ?! Cia ganti!" Jawab geram Cia "Bukan gitu Ci.. kalau kena kakak gimana? Bisa terluka kan" terang Gio "Emang maunya Cia kena kakak biar berdarah sekalian!" Jawab kesal Cia "Kamu kenapa sih?" Tanya Gio mencoba menenangkan Cia "Masih tanya kenapa? Kakak kemana pagi-pagi? Kakak tau kan Cia hari ini sekolah?! Kenapa gak bangunin Cia? Kakak malah pergi. Jangan-jangan kakak lagi sama kak Gita ya?!" Oceh Cia membuat Gio malah tersenyum tipis "Kenap..." Gio langsung membungkam mulut Cia dengan ciuman membuat Cia menutup mata rapat Gio memperdalam ciumannya menjadi lumatan hingga menjelajahi rongga mulut Cia wanita itu pun mengimbangi permainan Gio yamg semakin ganas Seketika Cia terhenti dan mendorong tubuh Gio saat ia mencium aroma hangus "Aa kak Gio sih lihat tuh sosis nya jadi hangus kan!" Geram Cia melihat sosis yang ia goreng menghitam "Kamu tenang aja.. kakak bawa makanan buat kita.. ayo" ajak Gio menarik lengan Cia menuju meja makan "Wahh banyak banget kak" seru Cia "Kakak sengaja beliin kamu ini semua karena kakak tau kamu pasti marah-marah kalau bangun gak ada orang di apartemen" terang Gio "Ouh jadi ini buat penyuapan?" Tanya sindir Cia "Yap betul" santai Gio Buk Gio meringik kesakitan karena mendapatkan pukulan dari Cia. "Bisa gak sih boong dikit bikin Cia tersanjung gitu?! Ini malah bikin kesel" geram Cia "Lah emang bener ini buat suap kamu biar gak marah" gurau Gio "Tau.. serah" kesal Cia duduk di kursi dan membongkar bungkusan didepannya "Emang kakak dari mana ?? Gak mungkin kan kalau pergi pagi buat beli ini aja ??" Tanya Cia "Kakak tadi ke sekolah kamu" jawab Gio "Ngapain?" Tanya serius Cia "Ijinin kamu ke wali kelas.. kan kamu hari ini gak masuk" terang Gio "Lah kenapa kok malah ijinin Cia gak masuk sekolah ?? Kenapa gak bangunin Cia buat sekolah" kesal Cia "Kakak hari ini gak kerja.. kakak mau ditemenin kamu seharian di apartemen" jelas Gio "Kalau papa tau gimana?" Tanya Cia "Iya nanti kakak bilang kalau kamu tadi pagi demam.. kalau gak ditanya ya gak usah ngomong.. beres" santai Gio "Yaudah terserah kakak aja" balas Cia yang memakan sarapannya ---- Drrtt drrtt "Siapa kak ??" Tanya Cia yang tengah membaca buku novel di sofa kamar "Papa" jawab Gio seraya berkutat dengan laptopnya "Kok gak diangkat? Ihh kakak mau jadi anak durhaka ya" gurau Cia yang mengalihkan pandangannya pada Gio "Apaan sih paling juga nanya kenapa kamu gak sekolah tadi" sergah Gio yang masih terfokus dengan laptopnya "Iya kalau tanya Cia kalau soal kantor gimana? Udah sih diangkat dulu kenapa" jelas Cia "Iya pa" jawab Gio pada ayahnya di seberang "....." "Iya kita kesana sekarang" tutup Gio "Papa nyuruh kita pulang" ucap Gio "Yaudah Cia siap-siap dulu" balas Cia yang bangkit dari sofa Setelah Cia dan Gio bersiap mereka segera pergi ke rumah orang tuanya "Ada apa pa?" Tanya Gio yang kini tengah duduk bersama keluarganya di rumah mereka "Jadi gini.. papa harus pindah ke Amerika untuk mengurus perusahaan kita yang di sana dan pasti nya mama ikut bersama papa" terang Josh "Cia, kamu mau ikut papa mama pindah kesana atau bagaimana?" Lanjutnya "Ehm, Cia boleh gak pah kalau tinggal disini aja? Sekolah Cia disini, teman-teman Cia juga disini semua.. kalau Cia ikut papa mama, Cia harus adaptasi lagi.. Cia udah nyaman di sini pa" terang Cia "Kalau papa sih izinin cuman mama kamu ini agak rewel" jelas Josh "Bukan rewel sayang, mama khawatir kalau Cia di rumah sendiri.. kan Cia gak bisa tidur sendiri.. gimana kalau kejadian kemarin terulang ? Gio kan suka kabur-kaburan ke apartemen" jelas Tania "Yaudah Cia aja yang pindah ke apartemen Gio.. Gio gak suka tinggal di rumah sebesar ini apalagi berdua aja.. apalagi kantor lebih dekat dengan apartemen Gio.. sekolah Cia juga kan lebih deket dari apartemen" sergah Gio "Terus rumah gimana ?" Tanya Josh "Kan ada para maid juga ada Bob yang jaga rumah.. jadi aman deh" jelas Gio "Yaudah terserah kalian aja.. tapi ingat, kalian harus sering pulang buat lihat keadaan rumah.. dan kamu Gio harus benar-benar jaga adek kamu.. awas aja kalau Cia sampai kenapa-kenapa" pinta Josh "Yaudah mama juga pasrah aja.. mau gimana lagi.. keadaannya memang mengharuskan seperti ini" pasrah Tania "Whehehe makin rajin gue tidur nyenyak tiap malem" tawa batin Gio "Halah mati aku.. tiap hari dong aku begadang kalau cuman berdua terus sama kakak" batin Cia seraya menelan salivanya dengan susah "Papa mama mulai kapan pindah ke Amerika?" Tanya Gio "Nanti malam kami berangkat" jelas Josh "Hah" kaget Cia "Kok dadakan pa?" Lanjutnya "Sebenarnya sudah lama kami harusnya pindah ke sana hanya saja kami kepikiran jika harus tinggalin kamu sayang" terang Tania "Maaf ya pah, mah gara-gara Cia yang masih kekanak-kanakan membuat kalian kerepotan jagain Cia" sesal Cia "Gak sayang, Cia gak ngerepotin kok. Kan papa mama ini orang tua Cia jadi sudah kewajiban kami untuk mengutamakan anak" terang Tania seraya memeluk Cia "Iya Ci, mama benar ini sudah kewajiban kami" sergah Josh "Udah tau ngerepotin masih aja kayak anak kecil?" Canda Gio yang mendapat lemparan bantal sofa dari Cia dan membuat tawa pada mereka
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD