Qian hanya bisa mengukir senyum keterpaksaan karena sedari tadi Mahreen terus saja mengoceh dan ia tidak tahu harus menyambunginya seperti apa. “Aku sangat berterima kasih padamu. Jika waktu itu kau tidak menolongku mungkin wanita tua ini sudah diusir dengan sangat memalukan. Huhuhu,” ujar Mahreen dengan pura-pura menangis di akhir kalimatnya. Ia membicarakan saat dulu Qian menolongnya dengan membayar makanannya saat tak membawa uang sepeserpun. “I-- iya, ti-- tidak apa-apa, Bi,” jawab Qian sekenanya. Padahal jujur saja ia lupa pernah menolong Mahreen waktu itu. Ia ingat pernah membantu seorang wanita paruh baya yang tak bisa membayar makanannya di sebuah restoran, hanya saja ia tak ingat jika wanita itu adalah Mahreen. “Ibu, kau menyakiti tangan Qian,” ujar Izmi yang memperingatkan ib