Bab 114

2151 Words

Langit Kertalaya pagi itu sangat mendung, seperti menahan hujan yang tak jadi turun. Udara lembab menyelimuti jalan-jalan kota pesisir itu, menambah aroma asin laut yang samar terbawa angin. Di dalam taksi, Adrian duduk bersandar di kursi belakang, matanya tertuju ke luar jendela, tapi pikirannya melayang entah ke mana. Jarum jam di pergelangan tangannya menunjukkan pukul delapan lewat sedikit. Ia sudah terjaga sejak dini hari, menempuh penerbangan paling pagi, dan langsung menuju ke rumah sakit, rumah sakit miliknya sendiri. Tapi kali ini bukan untuk sidak, bukan untuk urusan laporan manajemen, bukan juga untuk meninjau proyek renovasi. Tujuannya hanya satu. Melihat seseorang. Laras. Nama itu menggema di kepalanya seperti gema panjang di ruang kosong. Ketika taksi berhenti di depan

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD