Bab 99

2051 Words

Kepalanya masih berdengung ketika sambungan telepon dengan Laras terputus. Adrian menjatuhkan ponselnya ke kasur empuk resort, menutup wajah dengan kedua tangan. Udara dalam kamar sebenarnya sejuk, aroma lavender dari diffuser yang menyala seharusnya menenangkan, tapi justru terasa menyesakkan. Karena setelah berbicara dengan Laras, Adrian justru merasa hampa. Pikirannya berulang kali menayangkan wajah Laras. Wajah itu pucat, namun penuh dengan luka yang berusaha ditutupi senyum tipis. Perut Laras yang membuncit juga menghantam kesadarannya, ada kehidupan di sana, darah dagingnya sendiri. Tapi di sisi lain, ada Safira yang sejak dulu selalu hadir, yang keluarganya begitu erat terkait dengan keluarganya. Dan malam ini, ia memilih Safira. Setidaknya secara kasat mata, itulah yang terlihat.

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD