Jihan terpaku berdiri dengan bersandar pada loker, Jihan masih menggenggam berkas kasusnya. Tepat saat itu Ardy melintas, pria itu melambaikan tangannya di depan wajahnya. “Hei? Kamu melamun?” “Tash!” Jihan menepis tangannya lalu hendak melangkah pergi meninggalkannya. “Mau ke mana?” Tanyanya seraya menekan bahu Jihan kembali bersandar pada lokernya. “Ck!” Jihan berdecak kesal, wanita itu memalingkan wajahnya ke arah lain untuk menghindari tatapan matanya. Sepertinya ada yang ingin dikatakan oleh Ardy padanya melihat pria itu sudah menutup pintu untuk mencegah akses masuk ke dalam ruangan tersebut. “Kenapa mengambil kasus pembunuhan lagi? Kamu bisa mengambil kasus yang lebih ringan. Serahkan kasus ini pada Devan.” Seru pria itu padanya, Ardy masih menahan kedua bahunya agar tetap be

