Bab 15 : Amarah yang Memuncak

1555 Words

“Bagaimana harimu, Nay?” tanya Tsabit saat mereka menikmati makan siang bersama di meja yang disediakan untuk para peserta pelatihan. “Empat hari ini luar biasa. Banyak sekali ilmu yang aku dapat,” jawab Nayla antusias. “Syukurlah,” balas Tsabit sembari tersenyum, menelisik wajah Nayla. “Pulang bareng aku, Nay?” Nayla menolak dengan halus. Ia tidak senaif itu. Katakanlah Nayla percaya diri, tapi ia bisa merasakan ada ketidaksukaan di wajah Raivan setiap kali melihatnya bersama Tsabit. Namun, ia juga tidak bisa serta-merta menjauh, karena hubungannya dengan Tsabit sangat positif. Semua obrolan mereka seputar pengembangan diri. Itu sebabnya Nayla senang berbincang dengannya. “Enggak usah, Mas. Aku naik taksi online saja.” “Kamu selalu menolak tawaranku, padahal kita satu tujuan,” ujar T

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD