Siang itu Laras benar-benar dibuat bingung. Tidak seperti biasanya, Sebastian pulang lebih awal dan dia membawa sekitar beberapa orang. Tiba-tiba saja Laras kemudian dibawa oleh orang Sebastian menuju suatu tempat.
Di sinilah Laras sekarang. Sedang didandani oleh orang suruhan Sebastian yang ternyata adalah para perias handal. Sebastian sendiri melihat persiapan Laras didandani, memastikan wanita itu tampil sempurna.
"Apa kau akan membawaku ke pesta untuk membuat namamu menjadi baik?" tebak Laras. Senyuman mengejek dari Laras tak digubris, dengan tangannya yang besar dia menyentuh dagu Laras dan mengangkatnya. Ada bekas tangan Sebastian di sekitar jenjang leher Laras.
"Jangan lupa bekas kemerahan ini. Aku tidak mau para wartawan menemukan ini dan membuat berita yang buruk tentangku."
"Ok Tuan, jangan khawatir Nona ini akan begitu cantik sehingga berita miring tentangmu akan selesai dengan sendirinya," kata salah seorang pria dengan nada centilnya.
"Sebaiknya kau pastikan riasannya benar, jika tidak kau yang menanggung sendiri akibatnya."
Laras membuang napas kasar. Dia seakan menjadi boneka di sini, hanya dirias tanpa adanya interaksi. Laras bosan dan benci diperlakukan seperti ini oleh Sebastian.
***
Dari kaca mobil Laras tertegun melihat banyak sekali wartawan yang datang. Ya, Laras tahu mereka akan datang ke sebuah acara formal tapi dengan banyak sorotan kamera serta tamu terkenal. Entah kenapa dia menjadi gugup.
"Ingat, kau harus tersenyum di depan para wartawan. Bersikaplah seakan kita sudah memiliki hubungan baik. Setelah itu terserah kau mau ke mana." Sebastian segera keluar dari mobil dan langsung mendapat sorotan kamera. Cahayanya begitu menyilaukan tapi Laras harus keluar dari mobil.
Saat itu juga sebuah tangan berada di depannya. Dia sontak menoleh ke arah Sebastian sebelum akhirnya tersenyum. Bukan sebuah senyum tulus melainkan ejekan dari Laras. Bersikap layaknya seorang pria agar Sebastian memiliki citra yang baik.
Laras lantas menerima tangan Sebastian dan patuh merangkul lengannya. Dia memberikan senyum ramah ketika berjalan bersama Sebastian, tak peduli dengan banyak kilatan cahaya membuat pusing.
Mereka akhirnya masuk ke dalam bangunan dan Laras melepas rangkulan sambil menjauh dua langkah. Sebastian kini sedang berbicara dengan seorang pria sebelum akhirnya mereka berjalan diikuti oleh Laras.
Langkah Laras berhenti begitu saja saat masuk ke dalam sebuah ruangan di mana para tetamu berkumpul. Ada instrumen musik yang sedang memainkan lagu-lagu klasik khas sementara di sisi lain ada makanan ringan yang tersedia khusus untuk tamu.
Laras pergi mendekati makanan ringan, mengambil sepotong puding dan sebuah minuman manis. Entah apa itu, Laras tidak tahu tapi dia sangat menyukai pesta ini. "Wah siapa ini? Tamu yang tak diundang." Laras menengok, menemukan seorang wanita menatap angkuh ke arahnya.
Dia adalah penyebab Lucy pergi dari Sebastian. Tokoh jahat dari drama, Elsa. Laras menatap sebentar kemudian membalikkan badan ke arah lain, dia hanya ingin menyantap puding dengan tenang.
"Aku dengar kau datang ke sini dengan bosmu setelah insiden live itu. Kau sungguh berani ya memancing kemarahannya? Asal kau tahu saja, kau itu hanya digunakan sebagai alat untuk membuat nama baiknya lagi dan sekarang setelah kau muncul bersamanya di sini, kau pikir masalah akan selesai. Orang-orang akan membuat gosip kalau kau materialistis." Elsa bertutur panjang lebar, mencoba membuat Laras marah dan akhirnya berakhir seperti Lucy.
"Aduh kau tak pernah sikat gigi ya?! Bau mulutmu itu membuatku tak berselera makan." Laras sengaja mengeraskan suaranya, agar bisa didengar oleh para tamu yang lain.
Beberapa tamu pun menatap keduanya terutama pada Elsa dan mereka tertawa kecil karena celetukan Laras. Elsa sampai tak bisa berkata-kata, hanya menatap marah pada lawan bicaranya.
"Berani sekali kau memperlakukanku! Kau tak tahu aku siapa?!" tanya Elsa dengan nada pelan namun intonasinya terkesan begitu angkuh.
"Omongan orang di media sosial saja aku tak peduli apalagi kamu? Sudahlah pergi dari sini! Jangan menggangguku."
"Aku ini tunangannya, siapa yang berusaha mendekatinya berurusan denganku. Aku pikir hubungan kami akan baik begitu wanita sialan itu pergi, rupanya ada pengganggu lagi. Kau dan dia sama saja, tak ada bedanya!" sahut Elsa merendahkan.
Laras tertawa kecil. Rasanya lucu sekali mendengar cacian dari Elsa sementara dia tidak sadar diri. "Justru aku kasihan sama kamu, kalian bertunangan tapi dia sering mengabaikanmu dan malah mencari wanita lain. Sementara aku, aku baru beberapa hari sudah diajak ke pesta, aku bisa merangkul lengannya apalagi temanku yang kau sebut wanita sialan itu. Sadarlah Nona, kau dan kami itu tidak sebanding. Aku yakin Tuan akan memilihku dibandingkan kamu."
Kali ini Elsa tak menahan emosinya. Tangan bergerak mengambil minuman dan membuang air itu tepat pada Laras. Reflek Laras yang gesit membuatnya tak terkena air sontak dia menertawakan Elsa dan ini membuatnya makin tak sabar.
Elsa bergerak mendekat, hendak menampar namun kalah cepat dengan Laras yang menghindar. Elsa tak bisa mengontrol tubuhnya ditambah kakinya tersangkut sesuatu. Dia langsung jatuh ke atas meja sehingga makanan dan gelas tersusun rapi jatuh berserakan di lantai.
Semua orang menatap Elsa. Laras di dekatnya tampak menahan tawa. "Oh ya ampun seseorang tolong bantu dia. Dia tampaknya kesusahan berdiri," ucap Laras lalu bergerak pergi diam-diam.
Sebastian hanya memandangi Elsa dan Laras namun sepenuhnya atensi pria itu tertuju pada Laras yang keluar dari tempat pesta. "Bukankah Nona itu adalah tunangan Anda?" tanya seorang tamu pada Sebastian.
"Apapun masalahnya itu bukan urusanku, permisi aku pergi dulu." Sebastian juga meninggalkan pesta meninggalkan Elsa yang histeris. Dia berteriak malu, sambil meminta seorang temannya memanggil Ayahnya datang ke sini.
Di sisi lain Laras tampak tertawa mengingat kejadian tadi, andai saja dia memiliki ponsel, Laras akan mengambil beberapa foto dan mempostingnya di akun media sosial.
Laras mengembuskan napas kasar. Ini semua sebab Sebastian, dia tak bisa menelepon keluarganya atau lain-lain. Sampai kapan seperti ini. Laras sudah menuruti kemauannya dan sekarang dia hanya ingin pulang serta bekerja kembali. Menjalani rutinitasnya yang membosankan.
"Hai," sapa seorang pria sambil berjalan mendekat. Laras yang duduk mendongak ke atas menemukan seorang pria tersenyum.
Laras mengenal pria ini. Dia selalu jadi karakter favorti Laras. Seorang pria yang memang peduli dengan Lucy bukan seperti Sebastian. "Steven," ucap Laras.
"Steven?" ulang pria itu tidak mengerti.
"Ah maaf, aku salah bicara."
"Tidak apa-apa, aku dengar kau adalah temannya. Dia bertemu dengan kau lalu pergi, aku mencoba menghubunginya tapi dia tak mengangkat satu pun teleponku. Apa kau tahu di mana dia sekarang?" tanya pria itu. Tatapannya terlihat khawatir.
"Jangan khawatir, dia baik-baik saja kok. Dia hanya ingin sendiri dulu nanti kalau udah tenang dia pasti akan datang lagi." Laras mencoba menghibur. Tahu jika hanya pria di depannya ini yang begitu peduli pada Lucy. Hanya saja Lucy memang bodoh mencintai pria yang salah sampai harus menyakiti diri sendiri.