Ayah Rei melihat jam tangan yang melingkar pada tangannya dan menghela nafas panjang, "Sepertinya ayah Sora masih lama." , ia berucap pada istri dan anaknya yang ikut duduk menunggu bersamanya, "Bagaimana kalau kita bawa pulang Sora bersama kita? Kita bawa dia bersama kita sampai ayahnya kembali."
Ibu Rei tidak memilki usulan lain yang lebih baik dari ini, ia menagguk setuju, "Baiklah. Aku akan menanyakan dulu dia mau ikut bersama kita atau tidak, aku tidak ingin dia merasa tidak nyaman." , ujar ibu Rei. Suaminya tersebut tidak membantah dan langsung mengiyakan,
Rei yang tidak merasa itu adalah ide yang buruk, hanya diam dan menurut saja. Mereka pun beranjak dari kursi duduk di ruang tunggu dan berjalan bersama masuk kembali menuju ruang Unit Gawat Darurat yang selalu sibuk itu, dimana Sora berada.
Sesampanya disana, mereka terkejut melihat seorang wanita yang tengah duduk di samping tempat duduk Sora sambil menggenggam tangan Sora dan bicara pada Sora. Begitu juga dengan ibu Sora, ia terkejut melihat satu keluarga yang tidak ia kenal, datang menghampiri.
'Dia kan.. wanita yang berlari tadi.' , gumam Rei dalam hati, merasa tidak asing dengan wanita tersebut.
"Nugu..seyo (si..apa, ya)?" , tanya ibu Rei lebih dulu membuka suara.
Ibu Sora memandang Rei sekeluarga dan juga memandang Sora bergantian seakan meminta penjelasan siapa mereka ini.
Dengan percaya diri, ibu Sora berdiri menghadap mereka, "Jeo.. Sora eommayeyo (aku.. ibunya Sora)."
Mendengar hal itu sontak Rei juga ayah dan ibunya terkejut karena ini pertama kalinya sejak mereka pindah ke Korea, mereka melihat langsung sosok ibunda dari Sora. Ibu Rei bahkan terkejut hingga mulutnya membuka dan tangannya dengan reflek menutupi mulutnya.
"Dadeul nugusijyo (kalian sendiri siapa?" , tanya ibu Sora balik bertanya.
Ibu Rei yang menyadar reaksinya terlalu berlebihan, langsung menurunkan tangannya dan menutup mulutnya.
"Kami tetangga sebelah rumahnya. Baru pindah dari Jepang empat tahun yang lalu. Bangabseubnida (senang bertemu dengan anda)." , jawab ayah Rei menyela sambil mengulurkan tangannya mengajak untuk bersalaman tanda perdamaian.
Ibu Sora yang sudah pergi meninggalkan rumah sejak tujuh tahun yang lalu merasa malu sekaligus canggung karena ia tidak ahu soal mereka sebelumnya, padahal dirinya adalah ibu Sora. Ia sudah pasrah jika mereka sudah mengetahui soal dirinya yang bercerai dengan ayah Sora.
"Ah ye (ah iya), " , ibu Sora mengulurkan tangannya juga untuk berjabat tangan dengan ayah Rei, "bangabseubnida (senang juga bisa bertemu dengan anda)."
"Ini istri dan juga anakku," Ayah Rei memegang pundak istri dan juga anaknya, Rei, saat menyebbutkan mereka satu persatu.
Ayah Rei menepuk - nepuk bahu Rei lebih lama, "Dia teman sekelas Sora sekaligus teman baiknya." , Rei langsung menunduk memberi hormat. Ibu Sora membalasnya dengan hal yang sama dan tersenyum.
"Kau terlihat sangat tanmpan dengan jas itu, nak." , puji ibu Sora secara spontan.
Ah, ne (iya)." , jawab Rei terlihat malu - malu dipuji dengan tiba - tiba seperti itu. Sora yang sudah hapal betul dengan sikap ibunya yang mudah memuji dan juga mudah mengkritik itu hanya memutar matanya merasa jengah melihat Rei yang dengan mudahnya termakan kata - kata ibunya.
Mereka semua kembali hening. Suasananya begitu menjemukan.
"Tadinya kami berniat membawa Sora pulang bersama kami karena sepertinya ayahnya akan lama untuk sampai kesini. Tapi.. melihatmu datang, sepertinya kami tidak perlu khawatir lagi, ya." , ujar ibu Rei membuka suara.
Ibu Sora yang langsung bisa memahami maksud dari ibu Rei, mengangguk mengerti, "Oh iya, iya, kkeokjjongma (tidak perlu khawatir), aku yang akan menjaga Sora sekarang. Kalian bisa pulang. Terima kasih banyak sudah menjaga Sora selama ini." , ibu Sora membungkukkan badannya pada kedua orangtua Sora untuk menunjukkan betapa tulus dan hrmatnya rasa terima kasihnya.
"Kalau begitu, kami pamit pergi dulu." , ucap ayah Rei sambil melihat kepada Sora dan ibunya bergantian, "Apa kalian mau ikut bersama kami, atau.."
"Aniyo, gwaenchanchayo (tidak, terima kasih). Aku membawa mobilku tadi. Terima kasih tawarannya."
"Geureom (ya sudah kalau begitu).." , ayah dan ibu Rei berbalk pergi.
"Sora-ya, sampai nanti. Aku akan berkunjung." , pamit Rei pada Sora sambil memberikan senyum prihatinnya. Sora mengangguk setuju.
Ibu Sora memandangi kepergian Rei dengan senyum menggoda di wajahnya, ia melirik pada Sora, "Namjachinguya (Apa dia pacarmu)?" , tanyanya menggoda Sora.
Sora yang tahu dirinya akan segera merona karena ditanyai seperti itu, langsung memilih untuk berbaring dan membelakangi ibunya.
Melihat putrinya seperti itu, ibu Sora menjadi semakin yakin, "Jinjja namjachinguya (Benar pacarmu)? Eonje buteo (sejak kapan)?" , goda ibu Sora semakin menjadi.
Sora semakin yakin, sikap ibunya yang satu ini telah menurun kepada dirinya. Namun dirinya tidak ingin orang lain melakukan hal itu padanya.
Aniya~ (Bukan)~" , Sora memejamkan matanya berusaha agar dirinya yang merona tidak ketahuan oleh ibunya.
"Jalsaenggyeottne (Dia tampan, ya).." , sahut ibunya lagi.
Sora tersenyum malu - malu. Dalam hatinya ia berteriak kegirangan setuju atas pendapat ibunya barusan.
***
Rei dan juga kedua orangtuanya sama - sama diam di dalam mobil. Ketiganya sama - sama terlarut dalam pikiran mereka masing - masing.. Rei dan ibunya sama - sama memikirkan tentang ibu Sora yang untuk pertama kalinya mereka bertemu.
Rei bertanya - tanya bagaimana perasaan Sora setelah bertemu kembali dengan ibunya di situasi yang tidak terduga seperti itu. Rei khawatir Sora akan berpikiran ekstrim seperti menganggap kedua orangtuanya hanya peduli saat dirinya terluka.
Sedangkan ibunya tengah bertanya - tanya apa alasan ibu Sora bercerai. Padahal sudah memiliki seorang suami yang bertanggung jawab dan memiliki karir yang bagus, juga seorang putri yang rajin dan baik seperti Sora. Sempat ibu Rei berpikiran ibu Sora berselingkuh, oleh karena itu ayah Sora menceraikannya.
Ayah Rei yang melihat ekspresi wajah istrinya yang duduk disampngnya dan juga putranya yang duduk di kursi belakang berekspresi sama, ia bisa menebak sitri dan anaknya itu tengah memikirkan hal yang sama.
"Ibu dan anak sama saja." , ujar ayah Rei sambil menggeleng - gelengkan kepalanya, pasrah.
Rei dan ibunya sontak menatap padanya bersamaan.
"Ne (apa)?" , tanya Rei dari kursi belakang.
"Museun soriya (apa maksudmu)?" , tanya ibu Rei di saat yang hampir bersamaan.
***
Ibu Sora telah kembali setelah mengurus kepulangan Sora. Ia membawa serta sebuah kursi roda.
"Jibe kajja (Ayo pulang ke rumah)." , ajaknya.
Sora ternganga melihat ibunya datang membawa sebuah kursi roda, "Apa aku harus menggunakan itu?" , tanyanya tidak percaya.
Ibu Sora melihat kursi roda yang ia bawa, "Wae (apa)? Apa ada yang salah dengan ini?"
Sora melipat kedua bibirnya masuk ke dalam, "aniya (tidak), gwaenchanha (tidak apa - apa)."
Dengan senang, ibunya datang mendekat padanya untuk mensejajarkan kursi roda tersebut dengan tempat tidurnya agar mudah dijangkau olehnya.