Kalandra dan Bianca menunggu dengan gelisah di depan ruangan CEO Andara. Sejak tadi, Bianca sudah tidak bisa diam, ia mondar-mandir ke sana ke mari, berkali-kali memeriksa bahan presentasinya, memastikan semuanya sempurna. Kalandra yang sedang bersandar ke tembok dengan kedua tangan bersedekap di depan d**a menatap Bianca lekat. Bibirnya selalu menyunggingkan senyum setiap kali melihat tingkah wanita itu. Apalagi sekarang ketika Bianca terlihat gelisah, baginya wajah cantik sang dara justru tampak semakin cantik. “Lo kenapa?” tanya Kalandra. “Gue deg-degan banget! Mana ada karyawan yang baru kerja sebulan udah diajak ngadep CEO gini, tega banget lo, Kal,” keluhnya dengan wajah memelas. Kalandra terkekeh tanpa suara. “Ada, lo ini buktinya,” sahutnya santai. Bianca mendengus. “Kenapa ng