“Dara ada?” tanya Bianca mencoba tetap terlihat tenang. Padahal ia deg-degan luar biasa.
Dara langsung muncul di belakang tubuh tinggi Azra. “Bianca? Ada apa?”
“Mau apa lo?” Azra bertanya lagi, melirik kardus di lantai.
“Ah, ini … dulu, waktu aku hamil, Kala selalu bacain buku untuk bayiku. Rencananya dia akan terus membacakan buku untuk anak kami setelah anak kami lahir, tapi ternyata kalian tahu sendiri apa yang terjadi. Jadi, daripada nggak kepake, aku ingin memberikannya untuk Dara.”
“Kami nggak butuh,” potong Azra cepat. “Lagi pula kami bisa beli sendiri. Bawa aja i—”
“Mas.” Dara menepuk pundak suaminya. “Tapi aku mau buku-bukunya.”
“Buat apa sih, Dar? Kita bisa beli loh.”
“Betul, tapi kita masih harus cari tahu buku seperti apa yang cocok, di mana belinya, karena kita nggak pu
