Bab XXXIV

1176 Words

Aku merasakan pusing luar biasa saat pertama kali membuka mata, spontan aku meringis dan memegangi kepala. "Syukyrlah, kamu sudah sadar." Aku menoleh dan mendapati Ibu duduk di sebelah ranjangku dengan raut wajah lega. Samar aku mengingat kembali kejadian demi kejadian yang terjadi sebelum aku jatuh pingsan, mungkin terlalu shock untuk menerima kenyataan yang tak pernah terlintas di kepalaku walau hanya sekali. "Sil ... Ibu sama Ayah minta maaf ya," wanita paruh baya ini mengusap punggung tanganku lembut. "Ayah sama Ibu terlalu gegabah. Mungkin, keputusan kami menerima lamaran Max kurang tepat. Maaf, waktu itu kita dalam masa kesulitan luar biasa." Aku menggelengkan kepala pelan, menghirup napas dalam-dalam. "Tolong bilang semua ini hanya rekayasa, Bu! Tolong bilang ini bukan kenyat

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD