Lala memasuki kantor dengan langkah terburu-buru. Sementara di sana, lift terlihat sesak oleh beberapa karyawan yang hendak naik ke lantai dua, tiga dan seterusnya. Lala langsung menyerobot masuk karna takut terlambat.
"Eh!! Apa kau tidak lihat kalau lift ini sudah penuh?! Hah!! Dasar jelek! Keluar sana!" bentak salah satu karyawan wanita dengan tatapan tidak suka, jijik.
"Ta-tapi saya takut terlambat, Kak," jawab Lala, sopan.
"Lagipula kau kerja di bagian mana?! Dekil banget sih?!" ucap salah satu karyawan pria, enggan mendekati Lala.
"Sa-saya asisten pribadi tuan David, Kak," jawab Lala, gemetaran.
"Huh! Dasar pembohong! Mana mungkin asisten tuan David jelek begini!! Kumal! Hitam! Dan dekil lagi!! Kayak kamu ini. Apa kau tidak melihat kami semua?! Hah?! Kami semua cantik-cantik dan prianya tampan-tampan, kita semua pilihan tahu!! Dasar gadis bodoh!! Keluar sana!!" usir salah satu di antara mereka, tidak suka.
Bahkan bukan hanya itu mereka juga mendorong tubuh Lala dengan keras agar keluar dari lift, mau tidak mau Lala terdorong ke depan dan jatuh tersungkur ke lantai.
"Aduh!!" rintih Lala sambil memegangi lututnya. Kejahatan mereka semua benar-benar menguji kesabaran Lala, untung ingat kakaknya, amarah Lala memudar dan tidak peduli pada mereka, Lala bekerja demi kakak tercinta. "Jahat banget sih?! Untung Rani libur, seandainya ada dia, pasti semua karyawan itu di pukul oleh tangan mungilnya," gerutu Lala, kesal.
Lala berusaha bangun dengan susah payah. Tanpa Lala sengaja matanya menatap sebuah lift yang ada di sisi kanan lift yang barusan hendak dia naiki seandainya saja para karyawan itu tidak mendorongnya.
Lift itu terlihat tampak sepi, karna takut terlambat, Lala berlari dengan cepat dan segera menekan tombol di sebelah kanan agar lift itu tidak jadi tertutup. Sepertinya sudah ada yang masuk lebih dulu sebelum dirinya.
Saat pintu lift itu terbuka, betapa terkejutnya Lala karna menyaksikan David sedang berciuman dengan Risa, sekretaris pribadinya.
"Astaga! Ma-maaf! A-aku tidak melihat!" seru Lala langsung membalikkan badan.
"Masuk, Kau!" perintah David, tenang.
"Ti-tidak usah, Pak. Saya naik tangga saja," jawab Lala sambil meremas kesepuluh jarinya, cemas. Lala melangkahkan kakinya dengan gemetar, selama hidup belum pernah dia melihat orang berciuman selekat itu. Jantungnya berdebar-debar tidak karuan.
"Masuk!!" perintah David dengan suara tajam.
Mendengar bentakan David, Lala berhenti dan membalikkan badannya dengan perlahan, kepalanya menunduk karna malu bertatapan dengan mata mereka berdua.
"Apa kau tidak diajari sopan santun oleh keluargamu?! jika diajak berbicara oleh atasanmu, setidaknya angkat kepalamu! Dan satu lagi, ingat ini baik-baik!! Ini lift pribadi khusus untuk tuan David dan beberapa tamu penting lainnya. Kalau kau punya rasa malu, jangan pernah naik lift ini lagi!! Mengerti?! Dasar udik!!" maki Risa, emosi. Risa sangat jengkel karna acara bermesraan bersama atasannya itu terganggu oleh gadis udik dan dekil seperti Lala.
Seandainya saja mereka tahu tentang fisik Lala yang sesungguhnya, mereka pasti bakalan terkejut. Karna fisik Lala yang asli benar-benar sangat cantik, bahkan banyak pengusaha kaya yang selalu berusaha buat menarik perhatiannya tapi tidak Lala pedulikan sama sekali. Fokus Lala hanya satu, yaitu merawat kakak kesayangannya, Pandu. Lala tidak mau menikah dan meninggalkan kakaknya yang buta itu seorang diri. Yang Lala inginkan adalah, kakaknya menikah lebih dulu dan setelah itu baru dirinya.
"Lala!!" teriak Risa, emosi.
"Eh! I-iya, Bu Risa! Ada apa?" jawab Lala, terkejut.
"Dasar tuli!" desis Risa, geram.
Dengan rasa tidak sabar, David menarik tangan Lala agar masuk ke dalam lift. Bahkan karna terlalu kuat David menariknya, Lala jatuh ke dalam pelukannya. Jantung Lala serasa jatuh ke dasar perut. Dia sangat terkejut sekaligus malu. Hatinya berdebar-debar tidak karuan. "Ma-maafkan saya, Pak," pekik Lala, ketakutan. Tapi David terus saja memeluk tubuh Lala dengan erat, dia tidak perduli pada pemberontakan Lala secara halus, bahkan saking gemasnya, David menghimpit tubuh mungil Lala ke dinding lift.
Risa yang melihat itu hanya bisa mendengus kesal. "Dasar ceroboh! sudah jelek! Murahan pula!" seru Risa, tampak sinis.
"Kau silahkan keluar, Risa!" perintah David, bagai hujaman pedang di hati Risa, apalagi David tampak tenang. Risa yang mendengar itu benar-benar tidak menyangka dan tidak percaya.
"Bapak pasti salah bicara, kenapa saya harus keluar, Pak?" protes Risa, tidak suka.
"Apa keluargamu tidak mengajarimu sopan santun?! Jika atasanmu menyuruhmu buat keluar!! Kau harus keluar!! Kau tidak tuli kan?!" ucap David, keras nan tegas.
"Eh, i-iya, Pak. Maafkan, Saya. Saya akan keluar," ucap Risa, melemah.
Risa keluar dari lift pribadi David setelah menatap Lala cukup tajam, Risa benar-benar emosi hingga ingin rasanya mencakar wajah jelek Lala yang ada di pelukan atasannya itu dengan kuat.
"Satu lagi, Risa!! Jangan pernah naik lift ini lagi!! Lift ini khusus buat orang-orang yang penting. Sedangkan kau?! Sama sekali tidak penting!! Kau paham?!" tanya David, membuat Risa sakit hati. Matanya membulat dengan sempurna, belum pernah dia dihina oleh David sampai serendah ini, apalagi di hadapan Lala!! Si gadis yang menurut Risa buruk rupa dan dekil.
Setelah Risa keluar, David segera menekan tombol lift agar pintu lift tertutup, Lala merasa cemas karna David terus saja menatap matanya dengan tajam. Lala menoleh kesana dan kemari salah tingkah. Keringat dingin mulai membasahi pelipisnya.
"Apa kau sudah mandi?!" tanya David, tajam.
"Eh! S-su-su--"
"Sudah maksudmu?!" sahut David, tidak sabar.
"I-iya pak," jawab Lala, gemetaran.
"Kenapa masih kotor?! Apa perlu aku mandikan dirimu?!" seru David semakin membuat Lala ketakutan.
"Tidak!!" teriak Lala, semakin membuat David terlihat geram. "Eh!! Mak-maksudku tidak usah, Pak. Saya memang seperti ini dari lahir," jelas Lala berusaha setenang mungkin.
"Hem! Begitu?!"
"Iya, Pak," lirih Lala, gemetaran.
"Baiklah! Biar aku periksa!" ucap David, sambil mendekatkan wajah garangnya ke wajah Lala.
Lala hanya mampu menahan nafas karna gugup, wajah tampan David begitu dekat dengan wajah mungilnya, dia tidak bisa berkutik, deru nafas David di depan wajahnya membuatnya gelisah tak menentu.
"Em ... jangan seperti ini, Pak. Saya merasa tidak nyaman! Saya juga bukan w************n. Saya benar-benar niat ingin bekerja, Pak," cicit Lala sambil terus menempelkan dirinya ke dinding lift, sedangkan David terus menghimpitnya dari depan.
"Kau tahu, Lala? Dulu aku punya seorang karyawan wanita, wajahnya sangat cantik, tapi sayang dia melakukan penipuan. Dia sengaja menjelek-jelekkan wajahnya menggunakan bedak yang terbuat dari arang," ucap David sambil menelengkan kepalanya ke samping, tangannya mulai berani membelai pipi Lala, pelan. Nada bicara David seakan mengancam.
"Terus, apa yang bapak lakukan?! Apakah marah?" tanya Lala, harap-harap cemas.
"Hem! Tentu saja!! Aku memasukkan dia ke dalam penjara!! Apa kau tahu, Lala?! Dia dihukum selama beberapa tahun. Bukan hanya itu!! Karna jengkel! Aku memperkosanya agar dia tidak berani lagi bermain-main denganku!! Jadi kuharap! Semoga kau bisa bersikap jujur dan tidak kurang ajar seperti dia, Lala. Atau nasibmu akan sama seperti dirinya. Paham?!" ancam David membuat nyali Lala menciut seketika.
"Ten-tentu saja, Pak. Aku tidak akan seperti dia," Lala hampir saja meneteskan airmata, dia sangat cemas
Lala benar-benar takut jika David mengetahui kebenaran wajah aslinya, akan sangat tidak sopan karna sudah menilai David buruk secara sengaja. Meski berusaha tenang, Lala semakin tampak terlihat tidak tenang, David semakin menatap tajam ke manik mata Lala dengan lekat, yang ada di pikiran Lala, bagaimana jika suatu saat David mengetahui tentang wajah aslinya.
Karna terlalu keras berpikir, tanpa sengaja Lala menggigit bibirnya dengan kuat, dan pemandangan itu benar-benar membuat David hilang kesabaran, dia sudah akan melumat bibir Lala tapi dia tahan.
"Belum saatnya manis," batin David, menatap Lala penuh arti.
*******
Hallo, maaf jika banyak kesalahan dalam hal kepenulisan, Sayang. Ini naskah lama, untuk merevisi butuh waktu, takut kalian menunggu, Aku update saja sesuai naskah asli. Mohon maaf bila ada banyak kesalahan, kepanasan yang hakiki, dan masih banyak yang lainnya lagi yang bikin mual. Fokus pada Daily cerita Bunga Terluka. Maaf dan Love you .....
TBC