Akhirnya Aku Tahu

1004 Words
~ akhirnya aku tau...~ Ku pejamkan mataku lalu mulai fokus mendengarkan suara yang ingin ku dengar tapi... Hening, aku tak mendengernya hatimu mulai cemas lalu rasanya aku mau ingin menangis saja. Aku sudah ke sini dengan semangat tapi.. اَللهُ اَكْبَر، اَللهُ اَكْبَر Aku bersorak senang suara itu terdengar, sungguh aku bisa mendengarnya aku bahkan bisa mendengernya dengan membuka mata. Suara penuh ke agungan keindahan pujian dan sanjungan, sebuah kebesaran. أَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّاللهُ Suara ini seperti pernyataan panggilannya, sama seperti hatiku yang langsung bercahaya saat mendengarnya. اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ Pernyataankah, seperti keyakinan seseorang akan hal yang besar keyaninan akan sesuatu حَيَّ عَلَى الصَّلاَةِ Sebuah panggilan.. Tanpa sadar kaki ku melangkah melangkah mencari sumber suara aku melangkah حَيَّ عَلَى الْفَلاَحِ Aku melangkah cepat semakin cepat dan terus melangkah rasanya aku tak peduli yang lain aku ingin mengejarnya entah apa itu itu sebuah panggilan untukku. قَدْ قَامَتِ الصَّلاَةُ ، قَدْ قَامَتِ الصَّلاَةُ Aku mulai berlari ku berlari dengan semangat hingga rasanya aku tak perduli apapun.. Aku hanya ingin mendengar suara itu. اَللهُ اَكْبَر، اَللهُ اَكْبَر Kenapa suaranya mulai lemah ? Ku percepat lariku bahkan tanpa melihat jalan aku tak tau bila ada kerikil. Dukk Au... Lututku berdarah kena kerikil itu aku sedikit kesakitan tapi saat mendengar suara itu Makin lemah aku bangkit berdiri dan mulai berlari lagi, tanpa peduli akan hal lain yang ku karapkan hanyalah dari mana arah panggilan itu لاَ إِلَهَ إِلاَّالله "Sampai ... Hah aku sampai ... Hah ... Hufft ... Hah ..." aku menonggak siapa yang memanggilku. Ternyata.. Sebuah bangunan Yang memiliki gaya arsitektur modern dengan dinding dan lantai berlapis marmer, dihiasi ornamen geometrik dari baja antikarat. Bangunan utama nya terdiri dari lima lantai dan satu lantai dasar. Bangunan utama itu di mahkotai satu kubah besar berdiameter 45 meter yang ditopang 12 tiang besar. Menara tunggal setinggi total 96,66 meter menjulang di sudut Selatan selasar indah sekali. Yang terlihat ramai... Masjid Istiqlal... Ya suara itu dari masjid Istiqlal, panggilan itu dari masjid istiqlal, keagungan, ketenangan itu dari masjid Istiqlal. Bangunan megah ini bangunan yang membuat hati damai seketika bangunan ini... Tempat ibadah umat islam... Aku menatap dengan heran, bingung dan kagum, hingga aku terbengong memikirkan banyak hal. "Nak... Kenapa? Apa kau tidak ingin sholat? Ayo kita ambil air wudu' sebentar lagi sholatnya di mulai." seseorang menepuk bahuku dan mengatakan kalimat seperti pertanyaan dan peringatan. Aku menoleh menatapnya bingung dan lebih bingung lagi kenapa dia memakai makai kain di kepalanya ?? Apa dia sedang ketombean ? Atau dia sedang sakit karena kedinginan soalnya ini musim panas. Wanita itu menatapku sambil tersenyum.. Ah iya aku bisa menanyakan kepada orang ini. "Suara.. Suara.. Aaa hu.." tanyaku sambil menunjuk ke arah masjid. Wanita itu mulai menatapku dari atas hingga bawah dengan seksama. Sesaat ada raut terkejut di matanya lalu dia tersenyum saat melihat wajahku lagi. "Kamu murid dari SMA santa ursula ya?" tanyanya sambil tersenyum. Aku hanya mengangguk membenarkan. Dia tersenyum lagi. "Suara yang kau dengar tadi suara azan, itu panggilan untuk kaum muslim sholat." jelas nya sambil tersenyum Aku ingin bertanya lagi saat suara itu terdenger lagi. اَللهُ اَكْبَر، اَللهُ اَكْبَر أَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّاللهُ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ حَيَّ عَلَى الصَّلاَةِ حَيَّ عَلَى الْفَلاَحِ قَدْ قَامَتِ الصَّلاَةُ ، قَدْ قَامَتِ الصَّلاَةُ اَللهُ اَكْبَر، اَللهُ اَكْبَر لاَ إِلَهَ إِلاَّالله Sama tapi ini lebih cepat dan cuman satu kali. Perempuan itu tersenyum padaku lalu bergegas masuk masjid. Azan... Darahku berdesir menyebutkan kata itu. Panggilan untuk sholat ? Sungguh indah. panggilan sholatnya saja indah bagaimana dengan sholatnya? Hatiku mulai bertanya tanya soal itu.. Sungguh aku penasaran sekali tapi saat kakiku melangkah masuk entah kenapa rasanya aku tak pantas bersama mereka. Aku mengurai rambut sepinggangku dengan seragam sma Santa ursula. Aku melangkah pulang dengan perasaan campur aduk ada rasa tak rela ingin di sana merasakan kedamaian yang ada di sana. Indah sekali. Aku kembali ke gereja tapi rasanya berbeda aku seperti melihat dua sisi yang berbeda. Sangat berbeda. Perasaanku campur aduk aku senang mengetahui nama suara itu adalah azan.. Nama nya saja indah bergetar hatiku mendengarnya. Tapi ada perasaan sedih di hatiku. Sedih karena aku merasa bahwa aku tak di terima di tempat seindah,sedamai dan setentram itu. Apa yang terjadi denganku... Masjid Istiqlal penuh akan misteri dan berbagai keindahan. Aku ingin masuk ke sana. ~~~ Saat pulang aku mulai tersenyum lagi dan hatiku sekarang sangat senang, "Kau mendengar suara itu lagi ya?" tanya kak El "Iya." jawabku bahagia, tapi sedetik kemudian perasaaan sedih menggerogoti hatiku. "Kenapa princess? Kamu udah denger suaranya kan? Terus kenapa masih sedih?" "Karena aku tak pantas untuk panggilan itu, aku tak bisa memenuhi panggilan itu, aku tak pantas untuk kedamaian itu," jawabku sedih sambil menundukkan kepala. Kak El hanya tersenyum lalu menangkup wajahku. "Maka berusahalah agar kau pantas, ini." kak El menyerahkan kitab kepadaku bacalah di gereja nanti. "Iya." jawabku pelan san mulai tak yakin. ~~~ Hari hari terus berlalu aku terus bolos sekolah untuk mendengerkan azan tapi aku tak lagi mendengarkan nya di gereja Ketedral aku mendenarkannya di pinggiran masjid Istiqlal. Walaupun kadang terlambat aku hanya bisa mendengar azan dan azan lagi tapi lebih cepat . aku menyebutnya azan juga. Seperti hari ini, ini hati yang ke 6 aku bolos pelajaran terakhir dan hari aku mendapat ketenangan dari azan. Ku tutup mataku saat mendengarkan azannya. Berapa kalipun aku mendengarnya hatiku tetap berdesir bahkan bergetar aku sering menanagis. Tak ku pedulikan mereka menatapku aneh saat aku kembali. Kak El bahkan sering bertanya tanya seperti hari ini.. "Princess kenapa ? Kamu sering sedih akhir akhir ini ? Ada apa lagi sayang ? Kau sudah sering mendengar suara itu kan." Aku mengangguk lalu beringsut memeluk kak El, kakak tersayangku. "Aku ingin seperti mereka, aku ingin di panggil seperti itu, aku ingin memenuhi panggilan itu, aku ingin merasakan ketenangan panggilan itu." jawabku dengan air mata yang mengalir deras. "Tidak bisa sayang, mama sama papa akan kecewa kalau itu sampai terjadi." Aku hanya diam menunduk, benar itu agama islam. Aku tau ayah benci dengan islam. Aku akan mengecewakan orang tua kalau masuk islam dan aku akan jadi anak durhaka. "Sudah ayo pulang." ajak kak El. "Iya." Aku masuk mobil dengan perasaan bercampur aduk ~~~
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD