Sedang Mencintaimu Malam Ini

2065 Words
Makan malam bersama di luar lagi, setelah perdebatan keduanya mengenai kejahatan Fred dan Elena di masa lalu yang enggan James ungkapkan secara gamblang kepada Agatha, pria itu memaksa Agatha agar ikut bersamanya menghadiri sebuah pembukaan restoran baru milik temannya. Acara pembukaan sebuah restoran yang digelar secara mewah karena hanya mengundang beberapa orang yang berasal dari keluarga papan atas saja. Biasanya pembukaan sebuah usaha baru mengundang banyak orang dengan tujuan untuk menarik minat pasar selanjutnya, tetapi berbeda dengan restoran yang akan dibuka kali ini. Tamu undangannya tidak lebih dari sepuluh orang. Namun, tentu saja tamu yang hadir tidak hanya sepuluh orang saja. Sepuluh tamu undangan yang terdaftar adalah para pengusaha sukses yang telah mencantumkan namanya dalam urutan pengusaha paling sukses di dunia. Dan di antara mereka, hanya James saja yang paling muda. Sedangkan undangan lainya merupakan pria-pria tua yang kesuksesannya sudah tidak dapat diragukan lagi. Masing-masing dari mereka sudah mempunya keluarga besar, bahkan banyak dari mereka yang sudah mempunyai cicit. Dari acara ini Agatha sadar jika James adalah pria beruntung yang sudah mendapatkan kesuksesan dan keberhasilannya dalam usaha di usia yang masih muda. Tapi ... Agatha sebenarnya belum tahu pasti berapa usia James yang sebenarnya karena ia belum pernah membahasnya sama sekali. Sepertinya Agatha akan menanyakannya lain kali. “Kau terlihat sangat cantik.” Entah bualan atau apa, tetapi hal tersebutlah yang James bisikkan kepada Agatha sejak tadi. Sudah tidak dapat dihitung berapa kali James mengucapkan kalimat yang sama dengan pelan. Hal tersebut membuat Agatha merona saat James baru mengutarakannya pertama kali, tetapi ketika James mengulangnya untuk ke-dua dan ke-tiga kalinya Agatha jadi merasa jika suaminya itu tengah menghinanya. “Kau tidak takut jika mulutmu berbusa karena terus mengatakan hal yang sama berulang kali?” delik Agatha ke arah suaminya. Ia membiarkan James menjamah pinggang rampingnya karena semua pria yang ada di restoran ini melakukan hal serupa pada istri mereka. Acara pembukaan dan grand ceremony dari peresmian pembukaan restoran ini telah selesai dilaksanakan. Dan kini, seluruh tamu undangan sudah memasuki ruang utama restoran di mana ada pemilik dan juga jajarannya yang tengah berdiri di atas panggung dan mengucapkan banyak kalimat yang menjelaskan sejarah berdirinya restoran ini, apa yang akan ada di restoran ini, hingga harapan mereka mengenai berdirinya restoran ini. Sungguh! Semua yang diungkapkan oleh mereka tak ingin Agatha dengar. Agatha merasa bosan ketika telinganya terus saja dijejali oleh sesuatu yang menurutnya sangat tidak penting. Sejarah mengenai Amerika saja terkadang membuat Agatha merasa bosan untuk mempelajari ketika di bangku sekolahan. Kini, ia harus mendengarkan sejarah dari berdirinya restoran ini? “Mulutku tidak akan berbusa jika aku terus mengatakan kalimat yang sama berulang kali. Tapi sepertinya kau akan mengalami masalah jika aku terus mengatakan kalimat yang seperti tadi? Apa kau takut jika pipimu akan merona hingga kau tampak tak ada bedanya dengan badut yang biasa hadir di acara ulang tahun? Agatha merotasi bola matanya, ia melihat ke kanan dan ke kiri untuk memastikan apakah ada tamu undangan lain yang memerhatikan mereka atau tidak. Ketika yakin tak ada yang memerhatikan, Agatha menginjak kaki James dengan sekuat tenaga. Dan hasilnya? Nihil. James sama sekali tidak memekik kesakitan, wajahnya pun terhitung sangat tenang. Agatha jadi jengkel melihatnya. “Kau mencoba untuk membuatku kesakitan dengan kaki kecilmu itu?” James malah tersenyum manis, semakin mengeratkan pelukannya pada pinggang Agatha hingga mereka begitu rapat dan bisa merasakan kehangatan yang disalurkan oleh tubuh masing-masing yang sama-sama terbalut pakaian yang dirancang oleh seorang desainer terkenal. “Aku berkata jujur kali ini, kau memang terlihat sangat cantik hari ini.” “Aku memang cantik setiap hari,” dengkus Agatha. James tertawa pelan mendengar kalimat percaya diri yang diungkapkan oleh istrinya tersebut. “Kau benar, Agatha. Kau memang cantik. Jadi kau terlihat selalu cantik setiap hari. Kapan pun, kau sangat cantik, bahkan aku tidak pernah menemukanmu dalam keadaan jelek sekalipun kau menangis tersedu-sedu.” Sulit bagi Agatha untuk merasa tidak malu akan penuturan yang disampaikan oleh suaminya tersebut. Apakah James sedang berusaha untuk berbuat manis padanya? Rasanya Agatha tidak akan sanggup jika James mengulangi pujiannya sekali lagi. Ia bisa terbang dan membuatnya tak lagi menapak pada lantai. “Tuan dan Nyonya Hunt, senang kalian bisa menyempatkan hadir pada pembukaan restoranku,” sambut seorang pria yang beberapa menit yang lalu turun dari atas panggung. Dia adalah Roberto, pria tua yang rambutnya hanya tersisa setengah. Ia merupakan pemilik dari restoran ini, pakaiannya yang mahal tampak mengkilap di bawah sinar lampu yang menyilaukan mata Agatha ketika ia pertama kali masuk ke dalam sini. Agatha menoleh pada James, prianya tersebut menyunggingkan senyum manis ke arah Roberto yang berjalan menghampiri mereka. Keduanya langsung berjabat tangan, diikuti oleh Agatha yang mengulurkan tangannya walau dibalut oleh rasa gugup yang sangat kentara. “Selamat atas pembukaan restoran barumu, Tuan Roberto. Semoga kau semakin sukses dan berjaya dengan restoranmu yang ada di mana-mana.” James berkata dengan ramah, saking ramahnya Agatha sampai ragu jika pria yang ada di sampingnya sekarang adalah masih orang yang sama dengan pria yang dulu berdiri di atas altar bersamanya. “Aku mengikuti jejakmu, baru restoranku yang ada di mana-mana. Sedangkan kau, restoran, kafe, hotel, dan bahkan propertimu yang lainnya tersebar di seluruh dunia. Aku sangat iri padamu, anak muda. Aku bisa mendapatkan semua ini di usiaku yang sudah menginjak kepala enam. Sedangkan kau? Kau sangat muda dan juga sukses,” puji Roberto. Agatha yang mendengar hal tersebut merasa mual, ia kesal jika ada orang lain yang memuji James di hadapannya. Suaminya tersebut pasti akan sangat besar kepala. Agatha harus berusaha mengecilkannya lagi nanti. “Perkenalkan, dia istriku. Agatha Claire, atau mungkin kau bisa memanggilnya dengan nama Agatha Claire Hunt.” James mengalihkan tangannya yang bertengger di pinggang ramping Agatha ke bahu Agatha yang tak terlapisi kain berkat model baju yang dikenakannya. James sempat tidak menyukai modelnya tadi, tetapi karena ia memesan pakaian dalam tempo yang sangat singkat maka dari itu ia menerima walau sebenar tidak rela jika bahu mulus Agatha menjadi konsumsi banyak mata. Sungguh James merasa tidak rela. “Dan aku Roberto, kuharap kalian bisa menikmati acara ini. Aku akan meminta pelayanku untuk menghidangkan menu terbaik yang kami punya.” *** Akhirnya Agatha bisa bernapas lega kala acara pembukaan sebuah restoran yang sangat membosankan baginya telah selesai. Kini Agatha dan James bergandengan tangan keluar dari istana. Malam ini keduanya hanya pergi berdua saja tanpa ada sopir, pengawal, ataupun pelayan yang ikut mengiringi. Agatha yang meminta hal tersebut karena ia merasa tidak yaman jika harus selalu diiringi oleh banyak orang sedangkan mereka tidak pergi ke tempat yang berbahaya. “Apa kita akan langsung pulang ke rumah?” tanya Agatha. Ia ingat kejadian ketika James mengajaknya berkeliling banyak restoran ketika makan malam pertamanya bersama James di luar. Dan Agatha takut jika James akan melakukan hal yang sama kali ini. Sungguh, Agatha sudah merasa kenyang karena Roberto meminta pelayannya untuk menyajikan banyak makanan untuk setiap tamunya. James menoleh pada istrinya, lalu tatapannya turun pada tangan keduanya yang saling bergenggaman membuat mereka tampak seperti suami istri yang benar-benar menjalankan peran sebagai pasangan. James lantas menarik tangan Agatha yang ada dalam genggamannya menuju bibirnya sendiri dan mencium punggung tangan mulus milik Agatha sebanyak lima kali. “Hari ini kau terlihat sangat cantik, aku ingin memamerkan dirimu. Aku kan mengajakmu ke kelab malam.” Agatha hampir saja merona jika saja ia tidak mendengar akhir kalimat James yang membuat langkahnya seketika berhenti. Agatha pun turut menarik tangannya agar James berhenti bersamanya. Ia menatap tajam suaminya itu dengan perasaan yang mendadak dongkol yang tak terelakkan datangnya. “Kau ingin memamerkan aku di kelab malam? Apa kau sudah gila James? Kau pikir aku wanita malam hingga kau berpikir menjadikan aku pajangan di sana? Atau jangan-jangan kau berpikir untuk menjualku?” James menggelengkan kepalanya seraya kembali menarik Agatha agar melanjutkan langkah, hanya butuh sekitar dua puluh lima langkah lagi bagi mereka untuk sampai di sebuah mobil mewah berwarna biru elektrik yang terparkir rapi di antara mobil-mobil mewah lainnya. “Kau sepertinya selalu berpikir buruk tentangku. Bagaimana bisa aku menjual istriku sendiri di kelab malam? Apa kau pikir aku kekurangan uang? Dan lagi, apa kau berpikir jika aku sudah tidak peduli pada reputasiku? Jika aku menjual dirimu sudah dapat aku pastikan jika reputasiku sebagai seorang pria akan hancur berantakan!” “Lantas kenapa kau akan memamerkan aku di kelab malam?” James melepaskan tangan Agatha untuk kemudian ia gunakan tangannya untuk mengelus puncak kepala Agatha. “Aku akan mengenalkan dan memperlihatkan dirimu pada teman-teman sejawatku yang tak sempat hadir ketika pernikahan kita. Kau tahu, malam ini kau tampak sangat cantik, aku tidak akan malu untuk mengenalkanmu kepada siapa pun.” Bak seorang pangeran yang mencoba untuk bersikap romantis, James membukakan pintu mobil untuk istrinya tersebut dan mempersilakan Agatha untuk masuk ke dalamnya. Bibirnya tersenyum miring kala menyadari ada sebuah kamera yang meliput kegiatan mereka secara diam-diam. James tahu jika kamera tersebut merupakan kamera salah satu stasiun televisi karena ada stiker yang menempel dan tampak di sana. Biar saja beritanya dan Agatha malam ini akan tampil di televisi besok. Semakin mereka sering tampil di layar kaca, maka James yakin jika Emily akan semakin mudah untuk melihat mereka yang akan membuat wanita itu menyesal. “Kau terlihat aneh hari ini,” komentar Agatha sebelum James menutup pintu mobilnya. Suaminya tersebut hanya menanggapinya dengan sebuah senyum manis yang kemudian James melangkahkan kakinya melewati bagian depan mobil untuk selanjutnya ia dapat masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi kemudi, tepat di samping istrinya berada. “Apa yang aneh dariku?” “Kau terus saja memujiku dari tadi, dan kau juga sedikit bersikap romantis padaku. Garis bawahi, hanya sedikit!” seru Agatha, memasang sabuk pengaman pada tubuhnya sendiri. “Well, tidak ada salahnya bukan jika aku mencoba untuk bersikap romantis padamu? Kau istriku Agatha, kita berhak saling melakukan hal-hal yang romantis satu sama lain.” James mengangkat bahunya singkat seraya mulai menyalakan mesin mobil. Pria itu tidak langsung menjalankan mobilnya karena ia harus menunggu mesinnya untuk panas. Hanya perlu menunggu sebentar saja. “Hal-hal kecil yang romantis seperti yang kau lakukan barusan sungguh membuatku merasa jika hari ini kau bukan kau. Sepertinya ada arwah seorang pria baik dan romantis yang mencintaiku memasuki dirimu,” ungkap Agatha, menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi hingga sangat rapat. Ia mengantuk dan ingin memejamkan matanya. “Jadi ... diperlakukan seperti dibukakan pintu dan juga dipuji cantik itu akan membuat seorang wanita merasa dicintai? Jadi secara tidak langsung kau mengatakan bahwa perlakuanku barusan seolah-olah jika aku sedang mencintaimu?” James bertanya seraya mulai menjalankan mobilnya, mengendarai mobilnya dari kecepatan pelan hingga sedang. Agatha menoleh pada suaminya tersebut dan melihat James yang malah melihat balik padanya dan bukan melihat jalanan. “Alihkan matamu pada jalan raya karena aku belum ingin mati sekarang. Terlebih mati bersamamu di dalam mobil ini. Itu akan menjadi sejarah buruk bagiku!” Karena ucapan tersebut, James pun langsung menurut. Padahal ia masih ingin melihat wajah Agatha lebih lama lagi. Ketika James memuji Agatha cantik, itu benar-benar ia lakukan dengan tulus. Agatha memang terlihat sangat cantik malam ini. Wajahnya yang dipoles oleh tangan terampil Lyn membuat James sangat suka untuk melihat ke arah Agatha malam ini. Agatha memang sudah cantik alami, bahkan sangat cantik. Tetapi bertambah cantik ketika riasan yang tepat dipoleskan di wajahnya. James menggunakan sebelah tangannya untuk menggenggam tangan Agatha yang ada di pangkuan wanita itu sendiri. “Tapi jika aku boleh berkata jujur, aku memang mencintaimu malam ini.” Agatha diam, tubuhnya terasa lebih dingin dari sebelumnya. Wajahnya yang menoleh pada James segara ia alihkan pada jendela yang ada di samping kepalanya. Tangannya yang ada dalam gegaman suaminya tersebut pun segera ia tarik dan ia jauhkan dari jangkauan James. Pengakuan macam apa yang baru saja diucapkan oleh suaminya tersebut? Agatha merasa saat lucu hanya untuk mendengarnya. “Kenapa kau bereaksi seperti itu? Aku berkata jujur saat aku mengatakannya. Aku berkata jujur jika aku sedang mencintaimu malam ini. Tapi, tentu saja esok pagi akan beda lagi ceritanya,” ujar James, sedikit tersenyum dengan tingkah yang ditunjukkan oleh istrinya tersebut. “Baguslah jika kau tidak akan mencintaiku lagi besok, aku tidak mau dicintai oleh pria—“ “Sombong dan berhati iblis,” sela James dengan cepat, wajahnya masam saat mengatakan kalimatnya sendiri. Ia sudah tahu apa yang akan diungkapkan oleh istrinya tersebut. “Pintar! Betul sekali!” Agatha kembali menoleh pada James dan tersenyum lebar. Namun, senyumannya luntur kala ia menyadari jika mobil yang dikendarai oleh James memasuki area kelab malam yang sangat elite. “James! Kau bersungguh-sungguh untuk mengajakku ke kelab malam?” pekik Agatha.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD