Tubuh Chelsea sontak menegang tak karuan, udara sekelilingnya seperti pengap sekali. Ia tak berani melawan tatapan mata pria di depannya, sangat tajam seolah ingin mencabik-cabik dirinya. Sungguh Chelsea tak menyangka jika pria yang dikenal bernama Vicenzo ini akan mendatanginya dan mengetahui hal yang ia lakukan.
“Maaf.” Chelsea tergagap kesulitan berbicara. “Aku hanya kesal kepada Zoya, tidak punya maksud apa pun.” Ia berusaha menjelaskan meski hatinya berdebar-debar tak karuan.
“Kesal?” Enzo merangsek maju seperti ingin mencekik batang leher wanita di depannya itu tapi ia masih waras untuk saat ini. “Kau sama sekali tidak pantas merasa seperti itu kepada Cassandra. Kau itu hanya butiran debu yang tidak berguna, s**t!” Dengan penuh emosi Enzo menggebrak rak berkas di belakang Chelsea h
