Luna melangkah dengan hati-hati di lorong hotel, jantungnya berdebar kencang. Tangannya menggenggam erat tas kecilnya, seolah mencari pegangan di tengah kegelisahannya. Di depan kamar yang telah disebutkan dalam kertas tadi siang, ia menarik nafas dalam sebelum mengetuk pelan. Pintu terbuka sedikit, dan sosok yang sudah lama ia rindukan muncul dari balik celahnya. Mata mereka bertemu, dan dalam hitungan detik, semua emosi yang Luna pendam selama beberapa hari terakhir menyeruak ke permukaan. "Rafael!" Suara Luna bergetar saat ia masuk ke dalam kamar. Begitu pintu tertutup, ia langsung menatap pria itu dengan penuh kemarahan. "Kenapa kamu pergi?! Kenapa kamu meninggalkanku malam itu?!" Rafael menatapnya dengan mata teduh penuh penyesalan. Pria itu tampak lebih kurus dari yang Luna ingat,