“Aku belum mau pulang ke rumah,” ucap Luna saat mobil Liam berhenti di lampu merah. Liam meliriknya sekilas. “Kenapa? Masih takut sama papa kamu?” Sejak dinyatakan boleh keluar dari rumah sakit, Luna memang belum pulang ke rumah orang tuanya. Beruntung sekali karena bersamaan dengan itu, Alaric menyuruh mereka untuk mendatangi rumah korban, meminta maaf secara baik-baik untuk menunjukkan i’tikad baik. Luna tak langsung menjawab pertanyaan Liam. Gengsi mengakui bahwa dirinya memang masih belum siap menghadapi kemarahan Alaric. Tiba-tiba, tatapan Luna jatuh pada sebuah apotek di tepi jalan. “Kita ke sana dulu,” ucapnya sambil menunjuk apotek itu. “Ngapain?” Liam mengernyit. “Kamu harus lihat pipi kamu sih, udah memar banget itu. Harus diobati.” Luna menatap pipi Liam dengan khawatir.