Tiga puluh menit kemudian Irna dan Fredian sampai di NGM untuk mengambil ramuan Irna. Irna mendapati laboratorium yang biasanya ramai para karyawan berlalu lalang mendadak sunyi senyap. Ada asap di sana-sini, Irna tahu itu adalah bekas penyerbuan.
Irna bisa mengambil kesimpulan hal tersebut terjadi karena adanya ramuan untuk dirinya berada di sana. Irna menoleh menatap wajah Fredian, dua sejoli tersebut segera berlari menuju laboratorium dimana Rian meramu obat untuk Irna.
Di balik penyerangan itu Irna juga tahu, pasti ada vampir dari kalangan tinggi yang menjadi dalang atas semua kejadian tersebut.
Saat tiba pada laboratorium pengembangan vaksin milik Rian, Irna melihat asap yang tak bisa di tembus oleh pandangan matanya.
"Apa ini?" Gumam Irna sambil melangkah perlahan melewati puing-puing tabung kaca yang telah hancur berserakan di lantai bawah kakinya.
Fredian mengawasi sekitar dengan cermat, pria itu merasakan kehadiran beberapa orang yang sedang melangkah mendekat menuju mereka berdua.
"Irna! Awas! Sraaaattt! Jlusssh! Booommm! Duar! Gratakkk! Grataaak!" Fredian melompat meraih tubuh Irna, membawanya menjauh ke samping. Panah mesiu meledakkan dinding dimana mereka sebelumnya berdiri. Kurang sedetik saja tubuh Irna sudah hancur berserakan di lantai bercampur dengan cairan kimia.
"Di sini tidak aman! Kita harus secepatnya pergi dari sini!" Ajak Fredian padanya.
"Tapi bagaimana dengan Rian?" Ujarnya penuh rasa khawatir.
"Dia pasti baik-baik saja!" Ujarnya seraya memeluk Irna untuk ber-teleportasi. Dalam secepat kilat tubuh mereka telah berpindah kembali ke dalam Resort.
Irna masih berjalan mondar-mandir sambil menunggu kabar dari Rian, Fredian tahu Irna sangat cemas memikirkan Rian Aditama.
"Dia pasti baik-baik saja!" Ucapnya lagi.
"Tidak, sebelum aku mendengar sendiri suara pria itu." Irna bersikeras pergi, dia menyambar mantelnya berniat mencari Rian di rumah sakit. Pikirnya mungkin saja pria itu berada di sana.
"Baiklah! Lakukan saja sesukamu! Dan jangan pikirkan aku! Pergilah cari lelakimu itu!" Sergah Fredian penuh amarah, karena Irna tetap bersikeras untuk mencari Rian.
"Fred! Kamu mencemburuinya di saat dia tidak jelas keadaannya?! Di saat kita tidak tahu apakah pria itu hidup atau mati?!" Irna geram sekali, dia tidak menyangka bagaimana pria itu kembali berfikir dangkal, hanya karena dia bersikeras untuk menemukannya Rian kembali.
"Aku tidak ingin melihatmu terluka! Aku tidak ingin kamu kenapa-kenapa!" Fredian memegangi kedua bahunya. Pria itu mengguncangkan bahunya berkali-kali agar dia tidak bersikeras untuk pergi.
Dua jam yang lalu, Rian menghubungi Irna tentang ramuan.. lalu berikutnya pria itu menghubungi Fredian agar menahan Irna karena laboratorium miliknya diserang mendadak.
Dan dia mengambil kesempatan saat Karin mengancam dirinya agar menjemput Irna di apartemen miliknya. Fredian tahu Irna masih berada di Resort dari getaran-getaran sinyal yang dia terima melalui indera pendengaran istimewa yang dimiliki olehnya.
Dan aktingnya berlanjut sampai saat ini. Rian secara khusus memintanya untuk mengamankan Irna. Rian menyatakan bahwa penyerbu tersebut merupakan vampir yang sama, dengan vampir yang tinggal di dasar lembah. Karena kekuatan mereka mustahil untuk dilawan oleh beberapa orang dan lagi para karyawan Rian bukan vampir seperti dirinya.
Satu jam sebelum penyerang datang, Rian sudah mulai mencium aroma lembah. Dia segera menyalakan alarm darurat dan mengusir keluar dari dalam laboratorium miliknya. Untuk menghindari korban jiwa akibat penyerbuan tersebut.
Di tengah hutan belantara...
Rian tengah menggenggam erat sebuah botol kecil berisi cairan berwarna merah berkilau, tubuhnya bersimbah darah. Dia melangkah tertatih-tatih memegangi perutnya. Dia berharap Irna bisa menemukan keberadaan dirinya demi ramuan di dalam genggaman tangannya sekarang, ponsel dan semuanya tertinggal di dalam laboratorium saat dia sibuk mengusir karyawan keluar dari laboratorium miliknya.
Irna yang tidak memperdulikan ucapan Fredian melangkah keluar dari dalam resort, dia berlari ke arah tak tentu. Dia harap bisa segera menemukan keberadaan Rian.
Irna memejamkan matanya, dia memanggil mahluk astral yang menjadi pengikutnya selama ini. Dia memintanya agar menunjukkan dimana posisi Rian sekarang.
Irna mulai melangkah dengan berlari, gadis itu melewati pepohonan tengah hutan belantara seorang diri. Tanpa kekuatan tanpa perlindungan!
Fredian hanya bisa merembeskan air matanya, sambil mengikuti wanita yang dicintainya dari kejauhan. Dari jarak yang tidak bisa diketahui oleh Irna.
Dia melihat wanita yang dicintainya terus berlari mengikuti makhluk-makhluk mengerikan masuk ke dalam hutan.
Dan setelah satu jam berlari Irna melihat pria terbaring dengan jas putih, pria itu bersimbah darah tak sadarkan diri di tengah hutan.
"Rian! Bangun!" Irna mengguncangkan tubuhnya. Sambil meraih kepalanya, lalu meletakkan di atas pangkuannya.
Rian perlahan-lahan membuka kelopak matanya, pria itu tersenyum karena melihat Irna berada di depan matanya. Rian juga merasakan kehadiran Fredian tak jauh dari posisinya berbaring.
"Fred! Keluarlah!" Ucapan Rian tersendat karena menahan luka pada perutnya. Mendengar panggilan darinya, Fredian segera melangkah ke arah mereka berdua. Karena jarak mereka masih jauh, Fredian melangkah agak lama untuk sampai kepada mereka berdua.
"Minum ini Irna! Sebelum mereka menemukan keberadaan kita bertiga! Uhk! Uhk! Uhk!" Ujar Rian sambil terbatuk-batuk menyerahkan botol tersebut pada Irna.
Tanpa pikir panjang Irna segera meminumnya, dan tiba-tiba Irna pingsan.
"Siapa kamu!" Irna baru menyadari pria itu bukan Rian, tapi orang lain. Sesaat sebelum pingsan Irna melihat wajah Evan Herlands. Pria itu menggunakan ramuan untuk merubah suara juga wajahnya.
Di ruang bawah tanah laboratorium.
Rian tertahan di sana, dan ramuan asli masih tersimpan aman di dalam tempat rahasia pribadinya. Rian tersadar dari pingsannya, dia melihat sekitar.
"Apa yang aku lakukan di sini?" Bisiknya lirih sambil memegangi kepalanya karena masih terasa nyeri.
Evan Herlands yang menciptakan mahluk berjumlah ratusan tersebut, untuk mengelabuhi ketiga vampir tersebut. Pria itu lihai dengan ramuan penyamarannya. Bahkan mengaburkan sinyal para mahluk astral yang selama ini menjadi pengikut Irna.
Rian segera bangkit berdiri dari posisinya, dia bergegas untuk menghubungi Fredian.
"Fred! Kamu dimana?" Tanyanya pada sahabatnya itu melalui ponselnya.
"Aku di dalam hutan, bagaimana kamu bisa menelepon diriku? Bukankah kamu sedang bersama dengan Irna sekarang?" Tanya Fredian tidak mengerti dengan segala hal yang dilaluinya hari itu.
Karena Rian juga tak kunjung mendapatkan titik terang, akhirnya dia diam-diam mengikuti Evan saat pria itu turun ke dasar lembah. Dia tahu bagaimana pria itu bisa bersama-sama dengan mahluk tersebut tanpa diserang. Rian juga menggunakan ramuan itu untuk menyelamatkan Irna saat berada di dalam lembah.
Evan Herlands tidak tahu jika Rian sudah mengetahui segalanya tentang dirinya ketika pria itu meluncur ke Perancis untuk menyusul mereka bertiga di sana. Sejak awal yang Rian tahu Irna adalah tujuan pria itu!
"Itu bukan aku, itu Evan Herlands! Segera temukan Irna!" Ucap Rian dengan nada serius. Lalu bergegas keluar dari dalam laboratorium miliknya yang telah hancur menuju tempat mobilnya terparkir.
Saat membuka matanya Irna mendapati wajah Fredian sedang merengkuhnya!
Apakah pria itu adalah Fredian? Apa Evan Herlands yang menggunakan ramuan perubah wajah demi bisa melalui hari panasnya dengan Irna? Ataukah itu Fredian yang telah berhasil menyelamatkan istri tercintanya??