Semua orang berhasil menipuku, membohongiku, memperdayaku dan bodohnya aku terlalu lugu. Bahkan aku tidak sadar kalau sekarang di perutku ada bayi, bayi yang selama ini aku kira lemak. Lagi-lagi aku masuk ke dalam perangkap yang Rabian tebar, aku bagaikan seonggok cacing yang gampang dicari untuk dijadikan umpan ikan lalu dicampakkan ke dalam air untuk di makan ikan. Arghhh, bodohnya aku. Tapi kali ini aku nggak mau lagi masuk dalam permainan mereka. Aku ingin hidupku tenang dan tidak ingin mengganggu bayiku dengan tangisan dan teriakan ibunya. Aku mematikan ponsel dan alat-alat komunikasi lainnya agar mereka tidak bisa melacak keberadaanku. Aku juga diam-diam memesan hotel di Bali setelah berhari-hari sembunyi dan di sinilah aku kini. Sendirian dan menep