Seharusnya aku tidak datang ke pernikahan ini! Seharusnya aku tidak perlu tahu kalau Rabian sudah pergi untuk selamanya. Seharusnya aku tidak sesedih ini, seharusnya aku memaafkan semua kesalahannya dan seharusnya aku tidak pernah bertemu Rabian kalau akhirnya kami berdua bisa semenderita ini. Lututku lemah. Nyawa ini seakan dicabut dari raga. "Ayunda, yang tabah ya." Suara Wida berdengung di telingaku. Pandanganku mulai kabur saat airmata mulai menggenang di pelupuk mata, aku menggenggam tangan Wida dengan sangat erat. "Ini semua salahku," ujarku lemah. Andai hari itu aku tidak menuruti amarah dan emosi, mungkin Rabian tidak akan pergi secepat ini. Kenapa aku harus mengutuknya! Ya Tuhan! "Ini sudah takdir," balas Wida dengan isak tangis tertahan, "sebelum meninggal, Rabi menitipk