Gia merapatkan diri ke dinding saat Kevin terus bergerak maju sambil melepaskan gesper dari pinggangnya.
"Kamu mau apa?" Gia terlihat mulai panik.
"Menurut kamu?" Kevin balik bertanya dengan seringai menakutkan.
Lalu Kevin menarik tangan Gia, melemparnya ke ranjang.
"Aaaaawwww!!" jerit Gia saat Kevin mencambuknya dengan kedua tangan Gia dipelintir ke belakang dicengkram erat oleh Kevin. Gia hanya bisa menangis tanpa bisa melawan kebiadaban Kevin.
"Kamu menyerah?" Kevin membalik tubuh Gia, mencengkram rahangnya.
"Jawab!" bentak Kevin. Bukan jawaban yang Gia beri, dia justru meludahi Kevin, menatap jijik pada Kevin.
"b***h!!"
Plak
Kevin menggampar pipi Gia, terasa panas dan perih. "Kamu bakal nyesel Gia." Kevin langsung membuka paksa gaun tidur Gia, meski dia terus meronta.
"Lepasss, b******k!!" teriak Gia.
"Kenapa? Bukankah ini yang lo mau? Ha!!!" Kini Gia sudah polos tanpa sehelai benang apa pun.
Kevin mendecih menatap tubuh Gia yang polos. "Kau pikir aku napsu dengan tubuhmu, milik Zahra lebih seksi dari punyamu!" Gia menatap nyalang Kevin, masih sempat-sempatnya pria itu menyebut nama wanita jalang itu.
"Pergi!" Gia histeris saat Kevin menindihnya. Tapi apalah daya tenaganya tak sebanding dengan Kevin.
"Nikmati gia, ini kan yang kamu mau?" Kevin tersenyum sinis, mencoba memasuki Gia tapi sekali dua kali meleset karena Gia memang masih virgin.
"Aaaaaaaa!!" pekik Gia saat percobaan ketiga Kevin lolos, ia langsung menghentakkannya sedalam mungkin. Tangannya membungkam mulut Gia. Pipi Gia bassah dengan air mata. Menatap nanar Kevin yang bringas di atas tubuhnya.
Bukan seperti ini yang Gia mau, ini pemerkosaan bukan penyatuan. Tak ada kata lembut, Kevin melakukannya tanpa pemanasan dan sangat kasar.
"Ahhrrrggh!!" Tubuh Kevin bergetar, menghentak-hentakkan miliknya saat larva panas itu disemburkan ke rahim Gia.
Kevin bangkit, mengenakan kembali celananya. "Bagaimana Gia? Kau menikmatinya?" bisik Kevin, menyentuh pipi Gia.
Plak
Tamparan keras mendarat ke atas pipi Kevin. "Kamu!" Kevin geram dan langsung menyeret tubuh Gia ke dalam kamar mandi.
****
Gia terbangun , menyipitkan matanya saat cahaya lampu menyilaukan mata. Ia mengedarkan pandangannya, kini dirinya berada di kamar. Seingat Gia tadi ....
"Giaa!" pekik seseorang yang membuka pintu langsung menaruh bawaanya di meja dan membantu Gia untuk bangun.
"Kamu jangan banyak gerak dulu," ucap orang itu yang ternyata Adam.
"Kamu kok di sini?" tanya Gia.
"Harusnya aku yang nanya kenapa kamu bisa ada di kamar mandi dan tubuh kamu ...." Gia mengingat-ingat kejadian beberapa jam lalu.
Kevin membawa tubuhnya ke kamar mandi membenturkannya pada wastafel, tak puas sampai disitu dia juga menceburkan wajahnya ke dalam bathub berualang kali, hingga tubuh Gia mulai lemas.
Lalu dengan kasarnya Kevin melakukan hal mengerikan itu lagi di kamar mandi, membungkukkan tubuh Gia di wastafel. Memaksakan miliknya masuk dari belakang, tak peduli dengan isak tangis jeritan kesakitan Gia. Kevin melakukannya seperti iblis.
Lebih gilanya Laki-laki itu membiarkan tubuh Gia terguyur di bawah sower, Kevin pergi begitu saja saat Gia sudah tak sadarkan diri.
"Giii." Adam mennggenggam erat tangan Gia, membuat Gia tersentak dari lamunannya. "Kamu kenapa?" tanya Adam, tersirat nada khawatir dari ucapannya. Gia menggeleng memaksakan senyumnya.
"Aku baik-baik saja," jawab Gia.
"Tapi badan kamu———"
"Adam, kamu ...." Gia menyilangkan tangannya di depan d**a.
"Maaf, tapi aku tak punya pilihan lain, mbo Minah juga gak ada." Adam tampak kikuk.
"Apa kamu melihat ...."
"Gak kok aku tutup mata Gia, suwer." Adam menunjukkan tanda peace di depan wajahnya.
"Emsss." Gia terdiam, meratapi dirinya kini yang sudah kotor. Meski Kevin suaminya tetap saja ia merasa seperti diperkosa.
****
Dua hari berlalu papa Gia benar-benar menepati janjinya ia mencabut semua saham dan investasinya dari kantor Kevin. Hal itu membuat Baskoro, papa Kevin murka.
Brakkk
Kevin terkejut saat pintu terbuka, Zahra yang sedang berada dipangkuan Kevin pun langsung turun.
"Kevin!" bentak papanya, melirik sinis ke arah Zahra.
Kevin mengehela napas panjangnya, lalu menyuruh Zahra keluar dengan sorot matanya.
"Kenapa Pa?" tanya Kevin saat Zahra sudah keluar.
"Apa yang kamu lakukan ha?!" bentak papa Kevin.
"Maksudnya?" Kevin menaikkan sebelah alisnya. "Kevin gak ngelakuin apa-apa kok," jawab Kevin tampak tak acuh.
Brak
Papa Kevin menggebrak meja kerja Kevin. "Kamu tahu? Pak Putra mengambil semua saham dan investasinya dari perusahaan kita!" teriak papa Kevin, kini Kevin terkejut matanya membulat sempurna.
"Papa gak becanda kan?" tanya Kevin masih tak menyangka hal itu akan terjadi.
"Apa muka papa kurang meragukan?" Kevin terdiam, memikirkan nasib perusahaanya yang pasti akan kacau tanpa bantuan dari papa Gia.
"Ini semua pasti karena wanita itu!" Papa Kevin berdecak. "Jangan bilang gia tahu soal kali———"
"Dia tahu Pa," potong Kevin.
"Bodoh!!"
"Papa gak mau tahu kamu harus pulihkan keadaan atau Zahra papa singkirkan!!" Ancam papa Kevin.
Kevin diam tak menjawab, tapi kedua tangannya terkepal erat menahan emosi yang menggebu-gebu.
"Giaa!" geram Kevin dengan raut wajah kesalnya.
****
Gia berjalan masuk ke sebuah kafe, mencari keberadaan Kevin. Ia berjalan ke meja paling ujung saat dilihatnya Kevin sudah menunggu.
"Datang juga kamu?" Kevin tersenyum sinis sambil membenerkan dasinya.
Gia tak menjawab ia langsung duduk di depan Kevin. "To the point aja,, aku gak punya banyak waktu."
"Kenapa kamu lakukan ini Gia?" Suara Kevin terdengar berat, seakan ia tengah menahan amarah.
Gia menaikkan sebelah alisnya, tak tahu apa maksud ucapan Kevin.
"Kamu kan, yang minta papa kamu buat cabut semua sahamnya?" Kevin menggebrak meja, membuat semua orang menoleh ke arahnya.
"Kenapa?" Gia tersenyum sinis. "Apa kamu butuh bantuan?" Satu kosong Kevin.
"Kamu!!!" Kevin mencengkram tangan Gia.
"Kevin lepas!!" Gia meronta.
"Kamu meremehkan aku Gia, kamu harus terima akibatnya, kamu harus dihukum!!" Gia menyesal telah mengikuti kata hatinya untuk menerima ajakan Kevin bertemu.
Gia pikir pernikahannya akan terselamatkan tapi justru Kevin kian menggila, pria itu menyeret Gia ke mobilnya .
"Cukup kevin!! Aku mau cere!!" teriak Gia saat tubuhnya dihempas ke dalam mobil. Kevin masuk ke dalam melajukan mobilnya.
"Kamu gak denger? Aku minta cere, sekarang juga talak aku!!" teriak Gia, sudah putus asa.
"Gak semudah itu Gia sayang," jawab Kevin dengan suara lembut tapi entah kenapa itu terdengar sangat mengerikan.
"Aku gak peduli kamu mau sama Zahra atau siapa pun tapi tolong cerekan aku dulu!!" Gia histeris memukul-mukul Kevin. Hingga kevin mengerem mobilnya mendadak, membuat tubuh Gia terdorong maju nyaris menabrak dasbor.
"Kamu denger Gia." Kevin mencengkram leher Gia, membuatnya kesusahan bernapas. "Aku gak akan pernah cerein kamu!" bisik Kevin penuh penekanan, lalu langsung menghempas tubuh Gia.
"Kamu mau apa?" teriak Gia, panik saat Kevin menarik paksa blous-nya dan mendorong tubuh Gia ke kaca.
"Kevin ... mph." Kevin langsung membungkam mulut Gia. Tangannya terus menggerayangi tubuh Gia.