Athar duduk di kursi kerjanya, menatap lukisan abstrak tepat di depannya, direktur TP. Angkasa Raya sudah menghubunginya dan bertanya tentang perkembangan lobby timnya pada semua pengusaha blok Z, memang semuanya berhasil di lobby kecuali Zyzy. Baru kali ini Athar bertemu dengan gadis yang keras kepala seperti Zyzy, apalagi Zyzy memiliki kemampuan yang mumpuni untuk berkelahi melawan algojo suruhannya.
Athar berpikir karena Zyzy keras kepala, tidak mungkin Zyzy akan menyerah begitu saja padahal deadline waktu penggusuran sebentar lagi. Athar harus memperoleh tanda tangan persetujuan dari Zyzy jika tidak reputasinya sebagai pengacara handal akan diragukan dan ia tidak mau namanya jelek karena kasus ini.
“Aku harus berbuat sesuatu, hal yang bisa memaksa nona Zyzy tanda tangan, tapi apa yang bisa membuatnya mau tanda tangan?” gumam Athar mengetukkan jarinya di meja kerjanya, pikirannya berpikir keras, ia selalu bisa memaksa orang untuk melakukan apa yang diinginkannya walau dengan jalan yang tidak baik, karena itu sudah ia lakukan sejak awal ia merintis karier sebagai pengacara.
Athar kemudian mendial telepon parallel dan menghubungi sekertarisnya dan memintanya menghubungi seseorang yang ia minta untuk datang ke firma hukum miliknya ini.
Oooo---oooO
Zyzy berdiri di depan minimarket miliknya, ia heran dan bingung kenapa minimarketnya belum buka karena sekarang sudah jam 9 pagi, biasanya minimarket ini buka jam 05.30 pagi, hari ini adalah shift Santi, Linda dan Edo, tapi ketiganya tidak ia lihat ada di sekitar minimarket.
“Kenapa mereka belum datang, ini sudah cukup siang,” gumam Zyzy, ia kemudian mencoba menghubungi Santi tapi ponsel Santi tidak aktif, ia pun menghubungi ponsel Linda dan Edo tapi ponsel keduanya juga tidak aktif.
“Ada apa ini? perasaanku tidak enak,” gumam Zyzy lagi.
Zyzy kemudian menghubungi tim lain yang terdiri dari Evi, Arin dan Andri tapi ia mendapati hal yang sama yaitu semua ponsel karyawannya tidak ada yang aktif.
“Ada yang tidak beres ini.” Zyzy kemudian melangkah menuju pintu masuk minimarket, ia mencari kunci minimarket yang selalu ia bawa dalam tas, sebelum ia coba membuka pintu minmarket, ponselnya berbunyi, sebuah chat masuk ke ponselnya.
Zyzy melihat sebuah foto dikirim oleh nomor yang tidak ia kenal, ia segera membuka foto tersebut dan jantungnya serasa mencelos kelur dari tempatnya karena ia melihat karyawan karyawannya sedang terikat di beberapa kursi dengan mata tertutup kain hitam.
Zyzy mencoba menghubungi nomor yang megiriminya foto itu tapi beberapa kali mencoba tidak terangkat, hingga beberapa kali mencoba menghubungi akhirnya panggilan Zyzy tersambung dan dijawab.
“Halo…”
“Halo nona Zyzy.”
“Siapa kamu? apa yang kamu lakukan pada karyawan karyawanku? Lepaskan mereka!!” pekik Zyzy.
“Tenang dulu nona Zyzy, lebih baik anda datang dan melepaskan mereka sendiri, saya akan kirim share locationnya.”
“Apa mau ka…” ucapan Zyzy terputus karena suara di ujung telepon mengakhiri panggilan secara sepihak.
Sebuah chat masuk, share location dari nomor yang tadi, Zyzy bergegas kembali ke mobilnya dan menuju tempat dimana penelepon itu sudah share location. Dalam waktu satu jam lebih, Zyzy sampai ke tempat yang dimaksud, sebuah rumah yang berada di sebuah perumahan yang sepi penghuni.
Zyzy menghentikan mobilnya tepat di depan rumah dan mematikan mesin mobil, Ia segera turun dan berjalan masuk, ia buka pagar besi setinggi d**a orang dewasa dan masuk. Zyzy melangkah perlahan melihat situasi yang sepi, ia mendekati pintu dan akan mengetuknya saat ia merasa tengkuknya dipukul dengan benda keras.
~~~
~~~
Zyzy membuka matanya, ia merasakan tengkuknya sakit, Zyzy mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan dan melihat karyawan karyawannya juga da di ruangan yang sama dengannya masih dengan tangan dan kaki terikat juga diikat kain hitam.
“Arin, Andri, Evi, Santi, Linda, Edo.”
“Mbak Zyzy??” mereka memanggil nama Zyzy bersamaan.
“Kalian baik baik saja kan? mereka tidak melukai kalian kan?” tanya Zyzy khawatir.
“Kami baik baik saja mbak, kenapa mbak Zyzy bisa sampai disini” tanya Edo.
“Panjang ceritanya, tapi aku yakin semuanya ini berhubungan dengan penggusuran blok Z? benar kan?” Zyzy berspekulasi.
“Benar sekali nona Zyzy,” sebuah suara berjalan mendekat, Zyzy menoleh dan matanya membola saat melihat seorang pria dengan badan atletis masuk dalam ruangan itu.
“Anda!!??” Zyzy menatap nana pada pria itu yang adalah Athar, di belakang Athar berdiri 2 pria, algojo yang biasa berkelahi dengan Zyzy.
“Saya yakin anda sudah menduga semua ini kan nona Zyzy.”
“Saya tidak menyangka ada mampu melakukan hal keji seperti ini, apa mau anda?”
“Anda pasti tahu apa mau saya, apa mau PT. Angkasa Raya, anda tanda tangan persetujuan pemberian ganti rugi agar bisa dilakukan penggusuran segera pada minimarket anda juga toko lain di blok Z.”
“Apa anda tidak malu memakai cara curang seperti ini?”
“Semua cara sah sah saja bagi saya, bagaimana? Anda tanda tangan berkas ini atau anda mau karywan karyawan anda mengalami hal buruk,” tanya Athar mengangkat sebuah berkas, dua algojo mulai mendekati Andri dan Edo.
“Kalian mau apa?”
Masing masing algojo memukul perut Andri dan Edo hingga keduanya mengaduh kesakitan.
Zyzy menatap nanar dua algojo itu, juga Athar.
“Hentikan!! Lepaskan aku, ayo lawan aku, jangan jadi pengecut kalian menghajar orang yang tidak berdaya.”
“Tenanglah nona Zyzy, beberapa pukulan tidak akan membuat mereka mati, atau bagaimana kalau para algojo memukul karyawan karyawan perempuan anda,” ucap Athar lagi.
“Kalian berani memukul wanita? Dasar pengecut!!” pekik Zyzy penuh emosi, ia benci, benci pada Athar yang menghalalkan segala cara agar tujuannya tercapai.
Athar memberikan isyarat agar dua algojo mendekati para gadis, mereka bersiap akan memukul tapi Zyzy mencegahnya.
“Berhenti!! Oke oke, aku tanda tangan,” jawab Zyzy kemudian.
“Jangan mbak Zyzy,” teriak Evi.
“Pemikiran yang bagus, kenapa tidak dari awal saja anda menyetujuinya,” ucap Athar berjalan mendekati Zyzy, ia meminta algojo membuka ikatan Zyzy agar gadis itu bisa tanda tangan. Athar menyodorkan berkas dan ballpoint pada Zyzy, Zyzy menatap berkas di tangannya, ia sudah kalah, ia tidak bisa bertahan karena nyawa karywan karyawannya menjadi taruhannya. Zyzy rela usahanya hancur dari pada orang lain celaka.
Zyzy kemudian menandatangai berkas itu kemudian menyerahkan kembali pada Athar, Athar memeriksa berkas dan memasukkan dalam sebuah tas, ia kemudian mengambil ponsel dalam saku jasnya.
“Hancurkan semuanya sekarang,” ucapnya yang bisa didengar oleh Zyzy. Athar mengajak algojo keluar dari ruangan itu, Zyzy yang sudah terlepas ikatan tangannya segera melepaskan ikatan di kakinya. Ia kemudian mencoba melepaskan ikatan di tangan dan kaki dari Arin, Andri, Evi, Santi, Linda, Edo, ia senang tidak menyebabkan mereka celaka.
“Kamu tidak apa apa Ndri, Do?” tanya Zyzy.
“Tidak apa apa mbak, hanya luka kecil. Seharusnya mbak Zyzy tetap bertahan dan berjuang, bukan demi kami tapi demi mbak Zyzy sendiri, kami bisa cari pekerjaan di tempat lain.”
“Sudahlah, kita tidak usah membicarakan ini dulu, aku bawa kalian ke rumah sakit ya untuk mengobati luka kalian, dan siapa tahu ada luka dalam,” ucap Zyzy.
“Tidak perlu mbak, saya dengar orang tadi mengatakan jika blok Z akan dihancurkan sekarang juga?”
Zyzy terkesiap, ia kemudian berlari keluar diikuti ke enam karyawannya, ia masuk dalam mobil tapi ia menatap pada ke enam karywannya.
“Mbak Zyzy pergi saja dulu ke blok Z, kami akan cari taksi online.”
Zyzy mengangguk, ia kemudian melajukan mobilnya menuju blok Z, kenapa begitu cepat eksekusinya, ia berpikir akan ada waktu untuk memindahkan barang atau say goodbye pada minimarket yang ia rintis sejak beberapa tahun ini, walau ia sudah mengambil keputusan menerima penggusuran paling tidak, ia seharusnya diberikan waktu beberapa hari sebelum eksekusi.
Perjalanan menuju blok Z tiba tiba sangat macet, sudah satu jam di jalan tapi Zyzy belum setengah perjalanan menuju blok Z.
“Astaga kenapa macet begini,” gerutunya, ia ingin segera sampai dan bernegoisasi untuk tidak dilakukan eksekusi hari ini.
Lynagabrielangga.