Zyzy dan kedua orangtuanya sedang dalam perjalanan menuju rumah keluarga Leon, mereka memngendarai mobil pak Chandra yang dikemudikan oleh sopir. Pak Chandra duduk di sebelah sopir sedangkan bu Yulia dan Zyzy duduk di jok belakang, sedangkan Zian tidak ikut karena ia sedang keluar bersama Raisa.
“Zian nada acara sendiri ma?” tanya pak Chandra.
“Iya pa, biasa sama Raisa,” jawab Bu Yulia.
“Ini malam minggu pa, papa kayak nggak pernah muda aja sih,” seloroh Zyzy.
“Bicara soal malam minggu, sepertinya akhir akhir ini kamu jarang jalan sama Leon Zy, kenapa?”
“Kita kan punya kesibukan sendiri sendiri pa, susah cari waktu walau malam minggu.”
“Mulai sekarang sempatkan me time berdua dengan Leon sayang, suatu hubungan itu harus dipupuk dengan me time berdua, seperti tanaman jika dibiarkan tidak di rawat, lama lama akan kering lalu mati, saat kalian menikah nanti akan hambar pernikahan kalian.”
Zyzy terdiam, Zian sudah menasehatinya beberapa waktu lalu, dan kini kedua orangtuanya pun demikian, ia kemudian memikirkan saran dari mereka.
Mobil berbelok dalam sebuah rumah megah, rumah keluarga Leon. Sopir pak Chandra memarkirkan mobil di sudut berjajar dengan mobil mobil milik keluarga Leon dari mobil sport sampai family car, Zyzy dan kedua orangtuanya kemudian turun dari mobil dan berjalan masuk, di depan pintu sudah ada art yang menyambut kedatangan mereka dan mengantarkan mereka ke ruang makan.
Zyzy, pak Chandra dan bu Yulia mengikuti art wanita paruh baya yang memakai seragam menuju ruang makan, di ruang makan rumah keluarga Leon sudah tersedia berbagai macam hidangan, di meja panjang yang bisa memuat dua belas orang tersebut sudah ada Leon dan kedua orangtuanya.
“Selamat malam,” sapa papa Zyzy.
Papa Leon tersenyum, ia bangkit dari duduknya begitu juga mama Leon, ia ikut berdiri dan mendekati Zyzy dan kedua orangtuanya.
Papa Zyzy dan Leon berpelukan, begitu juga mama Zyzy dan Leon. Sedangkan Zyzy memeluk bergantian kedua orangtua Leon.
“Zyzy sayang, sudah lama kamu tidak main kesini, tante kangen,” ucap bu Ina, mama Leon.
“Zyzy juga kangen tante,” jawab Zyzy tersenyum.
“Ayo duduk,” papa Leon mempersilahkan, kedua orangtua Zyzy duduk di kursi yang berhadapan dengan kedua orangtua Leon sedangkan Zyzy duduk di samping Leon.
Makan malam kemudian dimulai, mereka makan dengan obrolan ringan antara papa Zyzy dan papa Leon, pak Thomas yang adalah seorang pengusaha export import. Sedangkan Zyzy larut dalam pikirannya sendiri tentang dirinya dan Leon.
Setelah selesai makan, mereka beralih ke ruang keluarga, ruang keluarga rumah Leon tak kalah luas dari ruang makannya, apalagi ruang tamu mereka yang luas seperti lobby hotel bintang lima.
“Pak Chandra tentu sudah menduga kenapa kami mengundang kalian makan malam,” ucap pak Thomas.
“Secara tersirat kami sekeluarga sudah bisa menebaknya pak Thomas.”
“Kami ingin Leon dan Zyzy segera bertunangan lalu menikah, anda tahu kan Leon adalah anak tunggal kami, Leon dan Zyzy sudah lama berpacaran, sejak di bangku kuliah sampai masuk dunia kerja dan dunia usaha. Jadi tidak ada salahnya kita membicarakan tentang tahap lebih serius lagi.”
“Saya setuju pak Thomas, usia Zyzy dan Leon juga sudah dibilang matang untuk berumah tangga,” jawab pak Chandra.
Zyzy diam saja mendengarkan diskusi papanya dan papa Leon, sedangkan Leon menatap Zyzy yang tanpa expresi, bahagia atau tidak, Leon tidak bisa mengartikan wajah Zyzy. Leon masih berharap pertemuan keluarga ini mendapatkan hasil baik tentang hubungannya dengan Zyzy.
“Bagaimana Leon, Zyzy, kalian setuju kan jika kita mengadakan pesta pertunangan?” tanya pak Thomas.
“Semuanya Leon serahkan pada om Chandra dan papa, Leon dan Zyzy akan mengikuti keinginan kalian, iya kan Zy?” tanya Leon menatap Zyzy.
“I… iya,” jawab Zyzy gelagapan, ia ingin bicara tentang keinginannya dan cita citanya tapi ia urungkan, ia tak ingin membuat kecewa kedua orangtuanya yang terlihat bahagia akan menikahkan dirinya.
“Bagus kalau begitu, mari kita tentukan pertunangan tanggal 5 bulan depan,” ucap pak Thomas membuat Zyzy terkejut karena baginya itu terlalu cepat, tanggal yang di tentukan adalah seminggu sejak hari ini.
“Tapi om, apakah tidak terlalu cepat, kita belum melakukan persiapan apa apa.”
“Tenang Zyzy sayang, kita ada keluarga yang memilik event organizer jadi kita serahkan saja pada mereka.”
“Baiklah tante.”
“Jadi sudah fix ya, minggu depan acara pertunangan?” tanya pak Chandra.
“Oke fix,” jawab pak Thomas.
“Pa, ma, om, tante, Leon mau ajak Zyzy bicara sebentar.”
“Iya, kalian bicaralah dari hati ke hati, kami juga mau membicarakan tentang detail pertunangan kalian.”
Leon berdiri, ia menatap Zyzy yang duduk disampingnya dan meraih tangan Zyzy, Leon mmabwa Zyzy keluar dari ruang keluarga dan menuju ruang tamu rumahnya. Leon dan Zyzy kemudian duduk di sofa set ruang tamu rumah Leon yang megah dan luas.
“Apa kamu terpaksa menyetujui pertunangan ini? bukannya kamu bersikukuh ingin mencapai apa yang kamu cita citakan dulu, memiliki franchise minimarket kamu.”
“Kenapa kamu sinis sekali bicaranya, aku sadar aku terlalu egois, aku mau menikah dengan kamu, tapi jangan membatasi apa yang aku lakukan setelah menikah.”
“Membatasi? Maksud kamu apa mengatakan itu?”
“Tentu saja membatasi pekerjaan aku Leon.”
“Apa kamu tidak tahu jika seorang istri harus mengikuti suami, mengikuti keinginan juga perintah suami.”
Zyzy menatap Leon, ie mengerutkan keningnya bingung dengan apa yang diucapkan Leon.
“Iya aku tahu, semua yang dilakukan istri harus atas persetujuan suami, aku paham.”
“Baguslah, oh ya berarti kamu akan menerima penggusuran di blok Z kan?”
“Hah? maksud kamu?”
“Maksud aku, kamu terima saja uang ganti rugi yang besar dan membangun minimarket di tempat lain, aau supermarket seperti papa kamu. lagipula kenapa kamu tidak membantu papa kamu saja sih Zy, supermarket papa kamu kan banyak dan di berbagai kota, itu akan mudah.”
“Jadi… kamu minta aku menyetujui penggusuran itu an menerima ganti rugi.”
“Tentu saja Zy, buat apa kamu bertahan jika semua rekan rekan pengusaha kamu menyetujuinya, kamu cari mati namanya. Lagipula jarak blok Z dengan rumag yang aku beli sangat jauh, kamu akan lelah nanti di perjalanan.”
“Kamu sudah beli rumah Sayang?” tanya Zyzy.
“Hem… akan kita tempati setelah menikah.”
“kenapa kamu tidak pernah mengatakan hal ini?”
“Aku memberikan surprise ke kamu Zy, tapi kamu malah membuat aku bete waktu aku meminangmu saat hari ulangtahunku, rencanaku waktu itu setelah kita merayakan hari ulangtahunku, aku akan membawa kamu ke rumah yang sudah aku beli.”
Zyzy menggenggam tangan Leon, “Maafkan aku ya sayang, maafkan jika aku terlalu egois.”
“Tidak apa apa,” Leon menarik tubuh Zyzy dan memeluknya.
Oooo---oooO
Zyzy merenung di ruangan kerjanya, ia masih memikirkan tentang minimarketnya ini, bukan apa apa, ia kasihan kepada ke enam karyawannya, jika ia menerima penggusuran dan menerima uang ganti rugi, lalu bagaimana dengan karyawannya, mereka akan kehilangan mata pencaharian mereka, dijaman sekarang sangat sulit mencari pekerjaan.
Zyzy dalam dilema, antara tetap berjuang atau menyerah, ia juga memikirkan perasaan Leon, pria yang selama ini bersamanya dan mencintainya.
“Mbak Zyzy… mbak Zyzy kenapa melamun?” Evi sudah berdiri di depan Zyzy yang terpisahkan meja kerja Zyzy.
“Evi? Mmm… enggak saya hanya berpikir.”
“Tentang penggusuran blok Z ya mbak.”
Zyzy menghela nafas, ia mengangguk pelan.
“Saya tahu apa yang mbak Zyzy pikirkan, mbak Zyzy memikirkan nasib kami kan, saya, Arin, Andri, Santi, Linda dan Edo. Jika mbak Zyzy menerima penggusuran mbak Zyzy takut kami kehilangan pekerjaan kan?”
Zyzy terkejut dengan perkataan Evi yang memang tepat, “I…itu…”
“Nggak apa apa mbak, kami masih bisa berusaha mencari pekerjaan lain mbak, mbak Zyzy jangan khawatir.”
“Saya tidak tenang melepas kalian begitu saja.”
“Mbak Zyzy terlalu baik kepada kami.”
“Kalian sudah bertahun tahun menjadi karyawan saya, saya sudah anggap kalian keluarga, tidak mungkin saya menterlantarkan kalian.”
Lynagabrielangga.