Part 8

1319 Words
Zyzy membuka matanya, ia merasakan badannya sedikit sakit dan pegal efek dari perkelahiannya semalam, Zyzy meregangkan tubuhnya kemudian bangun, ia kemudian beranjak dari ranjang menuju cermin meja riasnya, ia menatap wajahnya dan ia lihat masih ada sedikit lebam disana. Zyzy kemudian berjalan menuju kamar mandi, ia kemudian mandi, setelah itu ia berpakaian dengan pakaian semi formal, ia memoleskan make up di wajahnya, ia pakai concealer sedikit tebal dibagian tulang pipinya ya lebam. Setelah dirasa lebamnya tidak terlihat, Zyzy kemudian meraih ponsel dan tas tangannya lalu turun menuju ruang makan. Di ruang makan sudah menunggu pak Chandra, bu Yulia dan Zian. “Selamat pagi pa, ma, Zan,” sapa Zyzy kemudian duduk di sebelah Zian, ia membuka piring dan mengambil makanan untuk sarapan pagi. “Hari ini kamu terlihat beda Zy?” tanya bu Yulia. “Beda apanya ma?” “Make up kamu terlihat terlalu tebal, beda dari biasanya, mama kan tahu kamu tidak suka dandan terlalu menor.” “Uhuk..uhuk…” Zyzy tersedak mendengar ucapan mamanya, ia lupa kalau mamanya adalah pemilik salon besar di Jakarta, ia pasti tahu seperti apa make up Zyzy dan perbedaannya saat ini. “Oh.. Zyzy sedang mencoba skincare baru ma,” kilah Zyzy. “Sepertinya terlalu tebal, tidak tepat untuk kamu sayang.” “Iya ma, besok Zyzy ubah, sudah terlanjur.” Zyzy kemudian melanjutkan makan paginya, setelah selesai mereka kemudian berangkat ke tempat aktifitas masing masing, Zyzy dan papanya berangkat ke tempat usaha masing masing, pak Chandra ke supermarket miliknya sedangkan Zyzy ke minimarket miliknya. Bu Yulia juga berangkat ke salon miliknya sedangkan Zian ke kampus, ini adalah kegiatan rutin keluarga Zyzy. ~~~ ~~~ Zyzy sedang memeriksa laporan penjualan kemarin saat Linda mengetuk pintu ruangannya. “Mbak Zyzy…” Zyzy mengangkat kepalanya, mengalihkan pandangannya dari kertas di tangannya kepada Linda. “Ada apa Lin?” “Mmmm… ada yang mencari mbak Zyzy.” “Siapa?” “Saya tidak tahu, tapi katanya mewakili PT. Angkasa Raya.” “Angkasa Raya? Waktu itu sudah saya tolak, mau apa lagi mereka?” gerutu Zyzy. “Selamat siang… nona Zyzy.” Orang yang disebutkan Linda sudah ada di belakang Linda, seorang pria dengan tubuh atletis dan wajah yang bisa dibilang tampan. Zyzy menatap pria itu, ia seperti pernah melihatnya tapi ia lupa dimana ia melihat pria itu. “Jika anda datang untuk membujuk saya menerima ganti rugi, percuma, saya tetap tidak mau menerimanya juga tidak akan menjual minimarket saya ini,” ucap Zyzy tegas. Pria itu berjalan masuk dalam ruangan Zyzy yang tidak terlalu besar, ia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan sempit dimana ruangan kerja Zyzy menjadi satu dengan gudang barang. Pria itu kemudian duduk di kursi yang berhadapan dengan Zyzy membuat Zyzy mendengus kesal dengan ketidaksopanan pria itu. Zyzy meminta Linda kembali ke tempatnya sedangkan Zyzy masih diam menatap pria yang duduk di depannya, pria itu masih melihat keadaan ruangan Zyzy. “Saya tahu, hanya nona yang menolak ganti rugi dari Angkasa Raya padahal ganti rugi itu cukup untuk membangun supermarket dan yang pasti ruangan kerja anda akan lebih baik dari ini.” ucap pria tersebut. “Saya nyaman di ruangan ini, lagipula anda begitu tidak sopan, datang ke tempat saya tanpa memperkenalkan diri.” “Oke, perkenalkan saya Atharya Adyaksa Wijaya, saya pengacara dari Angkasa Raya.” “Hemmm… lawyer, apakah Angkasa Raya sudah menyerah dengan mengirimkan wakilnya membujuk saya, kini mengirim kuasa hukumnya?” “Tidak seperti itu, saya lihat anda gadis yang unik, jadi saya ingin tahu apakah anda masih bertahan dengan keputusan anda saat setiap malam mobil anda akan dihadang orang dan harus berkelahi dengan mereka? Saya rasa tidak.” “Jadi anda yang…” “Anggap saja begitu,” jawab Athar menyandarkan punggungnya di sandaran kursi. “Picik sekali anda menggunakan jalan seperti itu.” “Bukan picik, hanya ingin menyadarkan nona bahwa usaha nona itu akan sia sia saja.” Zyzy menatap Athar tidak suka, seorang pengacara mampu melakukan apa saja untuk melancarkan usahanya, ia berharap Zian yang sedang kuliah di fakultas hukum tidak akan melakukan apa yang dilakukan pria di depannya nanti saat menjadi pengacara. “Saya tidak tahu ada seorang pengacara yang demi uang mampu melakukan apa saja dalam usaha memuluskan apa yang diinginkan.” “Itu sudah sangat lazim di dunia ini nona Zyzy jadi pikirkan 1000 kali jika ingin melawan saya juga Angkasa Raya,” Athar kemudian mengambil kaca mata hitam di kantong kemejanya dan memakainya, membuat Zyzy mulai mengenali pria itu, pria yang mengalami insiden dengan taksi yang ia tumpangi di mall beberapa waktu lalu. Athar kemudian berdiri dan meninggalkan ruangan Zyzy, Zyzy kembali mendengus kesal. “Dasar sombong, kenapa aku bertemu lagi dengan dia, aneh sekali,” gumam Zyzy, Zyzy menyandarkan punggungnya di sandaran kursi, ia pejamkan matanya. Masih terngiang ucapan ucapan Athar kepadanya. “Apa memang benar ucapannya, usahaku sia sia saja?” guman Zyzy lagi. Zyzy kemudian meraih ponselnya, ia mencoba mendial nomor Leon, beberapa hari ini Zyzy tetap berusaha menghubungi Leon tapi tetap saja pria itu sulit dihubungi, tapi Zyzy terkejut saat Leon menjawab panggilannya kali ini. “Halo…” “Leon… akhirnya kamu mau bicara denganku.” “Aku masih marah sama kamu.” “Aku minta maaf, ayo kita bertemu, ada yang ingin aku bicarakan.” “Okay, aku baru saja pulang dari luar kota, sore nanti kita bertemu di café biasa.” “Okay, see you.” Zyzy mengakhiri panggilannya pada Leon, ia senang Leon mau bicara dan bertemu dengannya, ia ingin minta dukungan Leon untuk mempertahankan minimarket yang ia bangun dari hasil keringatnya tanpa bantuan papanya. ~~~ ~~~ Zyzy dan Leon sudah duduk berhadapan di café langganan mereka, Zyzy menyadari sikap Leon dingin padanya karena kekasihnya itu masih marah kepadanya. “Leon…” “Hemm…” “Kamu masih marah sama aku.” Leon menghela nafas panjang, ia memang masih marah karena keinginannya untuk menikahi Zyzy ditolak gadis itu dengan alasan masih merintis usaha. “Kamu bilang ingin membicarakan sesuatu, apa?” tanya Leon kemudian. “Ini soal blok Z, blok Z akan digusur dan digantikan dengan pembangunan hotel dan night club.” “minimarket kamu juga terdampak?” “Tentu saja, seluruh blok Z.” “Baguslah.” Gumam Leon. “Apa? apa maksud kamu Leon?” “Apa kamu tidak sadara Zy, itu isyarat.” “Isyarat apa, aku tidak paham.” “Isyarat kamu harus melepaskan minimarket itu, dan mendukung keinginan aku untuk menikah, come on Zy, apa yang bisa kamu lakukan, semua pengusaha blok Z sudah setuju menerima ganti rugi kan?” Zyzy tertegun dengan ucapan Leon, “dari mana kamu tahu? Aku belum mengatakan itu semua.” “Hal itu sudah tersebar luas Zy, kamu tidak perlu memberitahu aku.” Zyzy terdiam, keadaan tidak mendukung dirinya dan Leon pun demikian. “Tapi itu hasil kerja kerasku Leon, usaha pertamaku, apakah aku harus merelakannya?” “Jangan terlalu naif Zy, kamu dapat ganti rugi yang besar yang bahkan bisa membeli sebuah supermarket, bisa melebihi minimarket kamu yang sekarang.” Entah kenapa walau keadaan sudah terdesat, Zyzy masih ingin berjuang mempertahan minimarket bahkan mempertahankan blok Z, ia sungguh tidak rela sama sekali kehilangan usahanya itu walau hanya sebuah minimarket. “Sudahlah kita jangan membicarakan hal tidak penting, kedua orangtuaku ingin mengundang kedua orangtua kamu untuk makan malam weekend ini, bagaimana?” “Untuk apa?” “Untuk apa kamu tanya? Tentu saja membicarakan tentang hubungan kita.” Zyzy diam tak ingin menjawab ucapan Leon yang mungkin akan menimbulkan pertengkaran lagi, ia ingin mengikuti keinginan kedua orangtua Leon untuk makan malam keluarga, dan nanti ia akan menyampaikan pendapatnya jika kedua orangtua Leon membahas tentang pernikahannya dengan Leon. Setelah selesai, keduanya pulang dengan menggunakan mobil masing masing, di perjalanan Zyzy masih memikirkan kata kata yang tepat untuk bicara pada kedua orangtua Leon, bukan untuk menolak menikah dengan Leon tapi meminta waktu untuk menjalankan bisnis yang masih ia rintis saat ini, Zyzy ingin minta waktu beberapa tahu sebelum memutuskan menikah dengan Leon. Lynagabrielangga.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD