Part 15

1116 Words
Kyra pulang ke rumahnya dengan keadaan selamat. Ia segera menaruh sepedanya lalu mengetuk pintu dan masuk ke dalam rumahnya. Seperti biasa, ia kembali melakukan hal dan aktivitas yang selalu rutin ia kerjakan setiap habis pulang sekolah yang tak lain adalah membereskan rumah dan memasak untuk makan malam. Untung saja Kyra tidak menuruti permintaan Aldo tadi, jika ia benar-benar menuruti maka sudah pasti dirinya akan terken amarah Anton dan Farah kembali karena pulang terlambat. Pukul 21.00 WIB.  Kyra kembali mempelajari pelajaran yang diberikan gurunya tadi pagi di kelas. Walaupun Kyra terlihat culun dan tidak good looking, ia memiliki otak yang pintar karena keambisannya. Baginya tidak masalah walaupun penampilannya terlihat tidak kurang namun dirinya harus mempunyai skill dan keahlian dalam otaknya yang akan membantunya untuk mencari pekerjaan di suatu saat nanti. Berbeda dengan Kyra, Keila sudah tertidur lelap terlebih dahulu di atas ranjangnya. Kyra masih fokus mempelajari materi yang diajarkan tadi pagi agar tidak lupa. Ya, tidak dapat dipungkiri memang terkadang materi pagi kerap kali terlupakan jika tidak dipelajari kembali. Ibarat mata pisau yang tidak di asah maka ia akan tumpul. Sementara mata pisau yang selalu di asah seperti belajar terus menerus walaupun berulang-ulang maka akan semakin tajam seperti halnya ingatan. Hal itu terjadi karena faktor terbiasa lalu menjadikannya sebuah ingatan karena kebiasaan tersebut. Satu jam kemudian... Kyra selesai belajar. Ia memutuskan untuk merapikan buku-buku pelajaran yang sudah ia pelajari, di saat ia sedang merapikan buku-buku pelajarannya tiba-tiba saja ponselnya berdering saat itu juga. “Nomor telepon tak dikenal?” kata Kyra kepada dirinya sendiri. Seketika itu juga dirinya langsung teringat dengan perkataan Aldo yang mengatakan bahwa penelepon tak dikenal itu adalah Aldo. Cepat-cepat Kyra segera mematikannya. Akan tetapi ponselnya masih saja terus berdering, Aldo masih terus menelepon Kyra tanpa henti hingga akhirnya Kyra memutuskan untuk mengangkatnya. “Halo, ini si—“ “Ini Aldo, nggak usah pura-pura nggak tahu lo ya,” ucap Aldo dari dalam telepon, “sok-sok nggak ngangkat, pura-pura nggak tahu juga telepon dari siapa. Sok kayak orang penting aja lo!” Kyra menghela napasnya perlahan lalu melanjutkan, “Ada apa malam-malam telepon, Kak?” “Mau nagih utang.” “Utang?” beo Kyra, “aku nggak punya utang sama Kakak.” “Utang temenin ke cafe tadi, lo kan' nggak mau nemenin gue jadinya lo masih ada utang sama gue.” “Loh, terus aku bayarnya gimana?” “Ya temenin gue telepon lah. Gue bosen, lo kan' bahan gabut gue.” “M-Maaf, Kak. Nggak bisa.” “Kenapa nggak bisa? Udah kayak orang kecantikan aja lo ngomong nggak bisa teleponan sama gue. Padahal mah jelek nggak ada apa-apanya dibandingkan mantan-mantan gue.” “Aku mau tidur udah malam, nanti aku kena marah.” kata Kyra tanpa memedulikan Aldo. Aldo ini aneh. Dia yang meminta untuk ditemani namun dia juga tetap menghina Kyra. “Ya itu sih urusan lo ya, gue nggak mau tahu lo harus nemenin gue telepon.” “Kak... Maaf, aku nggak bisa.” “Oh, gitu. Ya udah matiin aja telepon gue.” ujar Aldo yang membuat Kyra bingung ada apa dengannya tiba-tiba. “Boleh, Kak?” “Boleh,” “Ok—“ “Boleh kalau lo mau dapat sesuatu besok di sekolah, lihat aja.” Hening. “Matiin aja teleponnya cepet.” “Nggak jadi, Kak.” “Kenapa?” “Aku cari aman aja.” Mendengar nada suara bicara Kyra membuat Aldo tertawa jahat. Aldo tak bisa membayangkan bagaimana ekspresi wajah Kyra saat itu juga. Karena Kyra menggunakan mode speaker, otomatis suara Aldo terdengar keras dari ponselnya yang membuat Anton mendengarnya dari balik pintu Kyra. “KYRA? SUARA COWOK SIAPA ITU, HAH? TELPONAN SAMA SIAPA KAMU MALAM-MALAM BEGINI?” Deg! “A-Ayah?” kaget Kyra pada saat itu juga ketika dirinya melihat Anton dari balik pintu kamarnya dengan tangan yang bersedekap seolah meminta penjelasan dari Kyra. “Teleponan sama siapa kamu malam-malam begini, Kyra?” tanya Anton kembali yang dimana pertanyaannya belum terjawab oleh Kyra. Deg! Demi apapun Kyra takut setengah mati kalau sudah begini. Kyra merasa bahwa dirinya akan terkena amukan Anton untuk yang kesekian kalinya kembali pada malam-malam seperti ini. “KYRA!” bentak Anton lagi yang membuat Kyra semakin ketakutan dibuatnya. “TELEPONAN SAMA SIAPA KAMU, HAH? SAYA BERTANYA KEPADAMU TOLONG DIJAWAB!” Hening. “KAMU PUNYA MULUT KAN' KYRA?” “P-Punya, A-Ayah...” lirih Kyra. Karena bentakan yang keluar dari mulut Anton menimbulkan suara frekuensi yang besar membuat Keila dan Farah terbangun dari tidur mereka dan menghampiri asal dari mana sumber suara tersebut berasal. “Ada apa sih, ini malam-malam ribut begini? Bikin saya kebangun aja tahu nggak sih? Ganggu bener!” omel Farah yang tiba-tiba datang menghampiri. “Ah, iya. Keila juga kebangun gara-gara suara Ayah, ngantuk banget ih.” timpal Keila. Melihat sang anak kedua Keila terganggu tidurnya dikarenakan efek suaranya yang menggelegar membuat Anton meminta maaf kepada sang putri. “Maaf, Keila kalau suara Ayah mengganggu tidurmu dan juga Ibu.” “Iya Ayah, nggak apa-apa,” kata Keila sembari menguap mengantuk, “memangnya ada apa sih, ya sampai-sampai Ayah teriak malam-malam begini?” “Iya nih, tahu si Ayah, kenapa kamu teriak-teriak?” tanya Farah. “Ya gimana saya nggak teriak saat dengar suara cowok di dalam ponsel Kyra.” kata Anton yang membuat Farah dan Keila yang tadinya mengantuk langsung membuka mata mereka lebar-lebar kepo dan ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan suara cowok yang ada di dalam ponsel Kyra. Setahu mereka memang Kyra tidak pernah dekat dengan yang namanya cowok. Ya mau bagaimana dekat kalau untuk dilirik cowok saja Kyra terbilang jarang. Kyra cupu dan tidak tahu fashion siapa yang mau dengan dirinya seperti itu? Dan kini, tiba-tiba Farah dan Keila terbangun dari tidur mereka dan mendapatkan info dari Anton bahwa Kyra sedang teleponan dengan cowok di ponselnya. Bagaimana tidak terkejut bukan main mendengarnya? Tentu saja hal itu membuat mereka terkejut. “Cowok? Siapa?” tanya Keila. “Anak ini udah punya pacar sekarang?” Farah bertanya entah kepada siapa sembari memandangi Kyra yang kelihatan ketakutan jika dirinya akan terkena amukan kedua orang tuanya lagi terlebih lagi malam hari. “Iya, saya mendengar dia lagi teleponan sama pacarnya. Dari dalam teleponnya terdengar suara cowok lagi ketawa.” kata Anton seperti kompor yang bersuhu tinggi. “Wah... Wah... Hebat kamu Kyra, diam-diam udah punya pacar juga rupanya.” ujar Farah sembari berkacak pinggang. Lalu tanpa permisi, Anton segera mengambil ponsel Kyra dari tangan Kyra dan berbicara kepada orang yang ada di telepon tersebut. “Halo, ini siapa ya malam-malam telepon?” tanya Anton memastikan. Kyra berharap bahwa Aldo akan berkata teman atau sesuatu yang menyelamatkan hidupnya malam itu. Namun ternyata pada kenyataannya ia salah besar. “Saya pacarnya Kyra.” Deg! ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD