“KYRA!” bentak Anton lagi yang membuat Kyra semakin ketakutan dibuatnya.
“TELEPONAN SAMA SIAPA KAMU, HAH? SAYA BERTANYA KEPADAMU TOLONG DIJAWAB!”
Hening.
“KAMU PUNYA MULUT KAN' KYRA?”
“P-Punya, A-Ayah...” lirih Kyra.
Karena bentakan yang keluar dari mulut Anton menimbulkan suara frekuensi yang besar membuat Keila dan Farah terbangun dari tidur mereka dan menghampiri asal dari mana sumber suara tersebut berasal.
“Ada apa sih, ini malam-malam ribut begini? Bikin saya kebangun aja tahu nggak sih? Ganggu bener!” omel Farah yang tiba-tiba datang menghampiri.
“Ah, iya. Keila juga kebangun gara-gara suara Ayah, ngantuk banget ih.” timpal Keila.
Melihat sang anak kedua Keila terganggu tidurnya dikarenakan efek suaranya yang menggelegar membuat Anton meminta maaf kepada sang putri.
“Maaf, Keila kalau suara Ayah mengganggu tidurmu dan juga Ibu.”
“Iya Ayah, nggak apa-apa,” kata Keila sembari menguap mengantuk, “memangnya ada apa sih, ya sampai-sampai Ayah teriak malam-malam begini?”
“Iya nih, tahu si Ayah, kenapa kamu teriak-teriak?” tanya Farah.
“Ya gimana saya nggak teriak saat dengar suara cowok di dalam ponsel Kyra.” kata Anton yang membuat Farah dan Keila yang tadinya mengantuk langsung membuka mata mereka lebar-lebar kepo dan ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan suara cowok yang ada di dalam ponsel Kyra.
Setahu mereka memang Kyra tidak pernah dekat dengan yang namanya cowok. Ya mau bagaimana dekat kalau untuk dilirik cowok saja Kyra terbilang jarang. Kyra cupu dan tidak tahu fashion siapa yang mau dengan dirinya seperti itu?
Dan kini, tiba-tiba Farah dan Keila terbangun dari tidur mereka dan mendapatkan info dari Anton bahwa Kyra sedang teleponan dengan cowok di ponselnya. Bagaimana tidak terkejut bukan main mendengarnya? Tentu saja hal itu membuat mereka terkejut.
“Cowok? Siapa?” tanya Keila.
“Anak ini udah punya pacar sekarang?” Farah bertanya entah kepada siapa sembari memandangi Kyra yang kelihatan ketakutan jika dirinya akan terkena amukan kedua orang tuanya lagi terlebih lagi malam hari.
“Iya, saya mendengar dia lagi teleponan sama pacarnya. Dari dalam teleponnya terdengar suara cowok lagi ketawa.” kata Anton seperti kompor yang bersuhu tinggi.
“Wah... Wah... Hebat kamu Kyra, diam-diam udah punya pacar juga rupanya.” ujar Farah sembari berkacak pinggang.
Lalu tanpa permisi, Anton segera mengambil ponsel Kyra dari tangan Kyra dan berbicara kepada orang yang ada di telepon tersebut.
“Halo, ini siapa ya malam-malam telepon?” tanya Anton memastikan.
Kyra berharap bahwa Aldo akan berkata teman atau sesuatu yang menyelamatkan hidupnya malam itu. Namun ternyata pada kenyataannya ia salah besar.
“Saya pacarnya Kyra.”
Deg!
Tamat sudah riwayatnya.
Jantung Kyra seakan berhenti berdetak pada tempatnya di saat itu juga. Kyra sudah tidak tahu lagi dirinya akan diamuk seperti apalagi oleh Anton. Terlebih lagi Farah dan Keila juga mengintainya.
Mereka terlihat seakan mengintimidasi dirinya. Kyra yakin sehabis ini pasti ia akan terkena amukan yang sangat dahsyat. Padahal baru pagi tadi ia mendapatkan perlakuan baik dari Anton dan Farah namun sekarang sudah kembali berubah lagi perlakuan itu menjadi perlakuan yang penuh dengan amarah.
Dan penyebabnya pun masih sama tidak berubah seperti kemarin hari. Ya, apalagi jika bukan Aldo yang menyebabkan hari-hari Kyra dipenuhi dengan omelan dan kemarahan?
Seperti saat Kyra pulang terlambat kemarin, bukan kah yang menyebabkan Kyra kena marah adalah Aldo? Dan sekarang Aldo kembali menunjukkan keberadaannya kembali dengan menelepon Kyra tengah malam yang membuat Anton mendengar suaranya membuatnya menjadi murka dan kembali terkena amukan sang ayah.
“KYRA!”
Deg!
Jantungnya kembali berdetak lagi dan lagi dengan cepatnya. Atmosfer terasa sangat berbeda dari biasanya, Kyra seakan seperti membeku di tempat. Tubuhnya serta bibirnya seperti tidak dapat digerakkan karena keterkejutannya itu.
Jika ia mempunyai kekuatan super seperti Iron Man, sudah pasti Kyra akan segera pergi dari sana untuk terbang agar tidak terkena amukan Anton. Namun pada kenyataannya, ia sedang tidak berada di dunia fantasi atau khayalan. Melainkan dunia nyata yang pada dasarnya ia sedang terkena intimidasi oleh Anton, Farah, dan juga Keila.
“Kamu ini dengar yang saya katakan nggak sih?”
“D-Dengar, Yah...”
“Lalu apa jawabanmu?”
“...”
“Apakah ia benar pacarmu atau bukan?”
“Sudah saya bilang Om, kalau saya itu pacarnya Kyra. Nggak mungkin kan' saya telepon Kyra malem-malem kalau saya bukan pacarnya?” ucap Aldo dari dalam telepon yang mendengarkan percakapan antara Kyra dan Anton yang sedang terkena marah.
“Diam dulu kamu! Jangan ikut campur!” omel Anton kepada Aldo dari balik telepon.
“Lah, orang Kyra-nya juga nggak ngejawab jadinya saya yang jawab Om.”
“Saya bertanya sama Kyra bukan sama kamu! Dasar nggak sopan!” ketus Anton lalu mematikan sepihak sambungan telepon seluler itu dengan Aldo.
“KYRA!” ucap Farah kemudian yang mengikuti Anton memarahi Kyra, “coba kamu buka dulu mulutmu itu! Jawab dengan benar kamu pacaran nggak sama cowok itu?”
Hening.
Karena kesal anaknya tak menjawab dikarenakan takut terkena marah, Anton akhirnya mengancam Kyra akan menyita ponselnya saat itu juga.
“Kyra! Kalau kamu nggak menjawab juga apa yang saya tanyakan kepada kamu. Ponselmu ini akan saya sita sehingga kamu nggak bisa mencari sumber pelajaran lagi di sini!”
“Jangan Ayah!” tolak Kyra langsung. Karena kebanyakan pelajaran yang ia dapatkan melalui internet.
“Jawab apa yang saya tanyakan! Apakah benar kamu sudah mempunyai pacar?”
“I-Iya, Ayah,” akhirnya Kyra memberanikan dirinya untuk berbicara, “namun aku mempunyai alasan di balik itu semua. Alasannya—“
“Wah... Wah... Wah...”
Prok... Prok... Prok...
Anton, Farah, dan Keila sama-sama bertepuk tangan saat mendengar pengakuan Kyra.
“Bagus ya sekarang udah punya pacar. Udah gede ya kamu? Udah merasa bisa menafkahi dan memberi kebahagiaan kepada anak orang?” cerocos Farah langsung.
“Pantes aja kemarin pulangnya terlambat, jangan-jangan gara-gara kakak kelasmu yang kau tutupi sebagai pacar itu yang membuatmu pulang terlambat, Kyra? Bukan begitu?” semprot Anton.
“Bu—“
“Bukan apa? Nggak usah mengelak lagi kamu ya, sudah jelas-jelas ada buktinya. Ternyata kamu pulang terlambat itu karena pacaran dulu sama pacarmu rupanya.”
“Ay—“
“Diam,” potong Anton langsung, “nggak usah cari pembelaan kamu.”
Hening.
“Mulai sekarang ponselmu saya sita.”
Deg!
“Nggak ada lagi yang namanya telpon-telponan tengah malah seperti ini.”
“T-Tapi Yah, Kyra butuh ponsel itu untuk belaj—“
“Di buku!”
“Kadang nggak lengkap Ay—“
“Ke warnet,” potong Anton, “beres kan?”
“Iya, Ayah.” kata Kyra sudah pasrah dengan keadaan bahwa ponselnya di sita sang ayah.
***