Pagi berembun dengan udara dingin membekukan kini telah tergantikan dengan hawa panas yang mampu membakar tubuh seseorang. Peluh berceceran, hinga tetes-tetes basah itu berjatuhan di seprei pink yang sudah mengkusut. Matahari bersinar dengan terik di tengah langit. Dan Aldra baru berhenti dari kegiatannya. Langsung berguling di sisi tubuh Alika, dengan napas keduanya yang terengah. Aldra menarik selimut dan menutupi tubuh polos keduanya, merengkuh tubuh yang kelelahan itu dalam dekapan. Mata keduanya saling bertubrukan, dengan wajah sedekat itu, Aldra bisa menikmati bagaimana paras cantik itu memerah dengan bibir terbuka mengais napas. "Kau cantik." Dan saat kata-kata pujian itu terlontar begitu saja dari bibirnya, bisa Aldra lihat bunga mawar sedang tumbuh di pipi si can