Siang itu, Naya datang lebih awal dari janji.
Padahal biasanya, dia yang bikin Rina nunggu sambil ngitung debu.
Kali ini, dia udah duduk manis di pojokan kafe, pakai kacamata hitam dan hoodie seperti idol K-pop yang gagal debut karena terlalu banyak overthinking.
Rina datang dengan totebag berisi absen dan keputusasaan sebagai guru SMA.
“Lo jadi selebgram ya? Atau kabur dari rumah?”
Dia duduk, meletakkan tas, lalu melirik wajah sahabatnya.
Naya membuka kacamata. Matanya bengkak.
“Ya ampun. Kamu habis disiksa?”
“Bukan. Aku habis disambit realita.”
Rina mengerutkan alis. “Jangan bilang... kamu diputusin Leo?”
"Sembarangan! Aku diajak nikah sama dia, loh!"
“Oh iya. Forget. Jadi gimana kelanjutannya?”
“...hm.”
“Masuk era krisis?”
Naya mengangguk.
“Dia jahat?”
“Enggak.”
“Selingkuh?”
“Enggak.”
“Dia cowok ternyata?”
“Rina!”
“Siapa tahu plot twist. Serius, nih, aku penasaran kenapa kamu selalu bermasalah sama ibu mertua?”
Naya mengangkat bahu. “Kayaknya aku langsung ditolak... bahkan sebelum discan barcode.”
Rina duduk lebih tegak.
“Jadi? Background check lagi?”
Naya menggeleng.
“Dia... galak. Beneran galak. Mirip Google Form soal masa lalu.”
“Dia ngehina kamu?”
Naya mengangguk. “Sedikit. Dia nanya: ‘Kamu pikir cinta anak saya cukup buat nutupin... masa lalu kamu?’”
Rina menghela napas.
“Aku bisa dateng ke rumahnya bawa bensin loh.”
“Ngapain? Mau jualan?”
“Sekalian sama koreknya.”
Naya tertawa kecil.
“Kamu oke, Nay?”
“Enggak tahu. Aku bilang nggak takut. Tapi malemnya aku browsing ‘kenapa calon mertua bisa menolak calon menantu’.”
Rina mendengus. “Pasti ketemu artikel yang ditulis orang yang belum pernah dibentak mamanya pacar.”
Mereka hening sejenak.
“Tapi kamu masih mau lanjut sama Leo?”
“Iya.”
“Kenapa?”
“Karena Leo bilang... dia mau berjuang.”
Rina tersenyum miring. “Bagus. Seenggaknya dia nggak pengecut kayak mantanmu—si Taurus tanpa tanduk.”
“Namanya Duta.”
“Duh, masih dibela?”
“Bukan. Biar kamu nggak benci. Kami sudah berdamai.”
“Jangan balikan ya. Aku bakar kosmu.”
“Ngeri.”
“Biarin. Semoga Leo nggak nyakitin kamu.”
“Dia serius, kok.”
“Dulu kamu juga bilang Duta serius, ujungnya kamu nangis.”
Naya tergelak. “Korban janji manis.”
“Sekarang, kamu lebih kuat.”
“Enggak juga. Aku cuma seneng karena... akhirnya, diperjuangkan.”
Rina tersenyum. “Sagitarius yang tulus.”
Barista datang membawa dua es kopi s**u dan satu piring tahu isi—yang katanya pesan satu, tapi nyasar sepuluh.
Naya melongo. “Tahu ini pertanda apa ya?”
Rina nyeruput kopi. “Kalau nggak kamu habisin, ntar Leo datang bawa proposal cicilan gorengan.”
Naya tertawa sampai hampir tersedak.
“Cocoklogi kamu udah level dukun pasar.”
Setelah hampir satu jam, Naya buka ponsel. Ada pesan dari Leo:
Leo (14.12):
Aku otw. Siap mental ya. Tenang, hari ini cuma kita berdua.
Naya menatap layar.
Lalu menoleh ke Rina.
“Doain ya. Hari ini... aku mulai belajar jadi istri. Dari tahu bulat.”
“Mau ketemu doi?”
Naya mengangguk.
Rina nyengir. “Kalau dia beneran beli tahu bulat, nikahin.”
“Siap, Ibu Libra.”
---
Naya berdiri di pinggir jalan, menunggu pangeran bermobil merah datang.
Angin sore mengacak poni yang udah dia rapikan dari tadi.
Dia mengenakan blouse putih dengan jeans high waist dan sneakers yang masih bersih—karena hari ini dia janji nggak akan nginjek drama apa pun.
Mobil hitam berhenti pelan. Jendela terbuka.
Leo keluar dengan kacamata hitam dan kaus putih polos. Casual tapi... tetap bikin deg-degan.
“Siap borong tahu bulat?” tanyanya sambil nyengir.
Naya masuk ke dalam mobil, meletakkan tas di pangkuannya.
“Siap, tapi jangan dadakan ya. Aku butuh pemanasan dulu.”
“Tenang,” kata Leo. “Hari ini aku udah bikin itinerary tahu bulat versi Virgo.”
Naya melirik. “Kamu bikin itinerary buat gorengan?”
Leo menyodorkan ponsel.
Ada catatan bernama:
🟢 Tahu Bulat Date – Quality Time + Nutrisi Ringan
1. Beli tahu bulat isi 5 (opsional tambahan cimol)
2. Makan di taman (zona teduh, bukan dekat anak-anak main bola)
3. Ngobrolin hal penting: keuangan, rumah, masa depan
4. Pulang sebelum magrib, biar nggak dibilang kemalaman pacaran
Naya menggeleng-geleng sambil senyum.
“Aku cinta banget sama otak kamu yang seperti spreadsheet.”
Beberapa menit kemudian, mereka duduk di taman kecil.
Di atas bangku semen, mereka membuka kantong kresek berisi tahu bulat yang masih panas.
Naya meniup satu biji. “Tahu ini lebih setia dari sebagian orang.”
Leo menggigit satu dan mengangguk. “Lebih pedes juga. Tapi setidaknya nggak ghosting.”
Suasana hangat. Aneh. Ringan.
Tiba-tiba Leo menatap serius. “Na, aku tahu kemarin berat.”
Naya diam.
Leo melanjutkan, “Tapi aku nggak mau kamu mikir kamu harus berubah biar diterima.”
Naya menatapnya. “Kalau aku nggak berubah, aku diserang.”
“Kalau berubah buat bertahan, kamu capek. Tapi kalau berubah buat tumbuh, aku temenin.”
Kalimat itu...
Bikin tahu bulat di tangan Naya mendadak berat.
Leo buka ranselnya.
Dari dalam, dia mengeluarkan... satu map transparan.
Naya langsung siaga. “Itu proposal cicilan perabotan, kan?”
Leo nyengir. “Salah. Ini daftar skill rumah tangga.”
Dia membuka halaman.
✅ Cuci baju manual
✅ Ganti galon
✅ Nyalain kompor
✅ Masak nasi tanpa gosong
✅ Bikin sambal yang nggak kayak darah korban
Naya ngakak. “Leo!”
Leo menambahkan, “Pokoknya, kamu belajar masak, aku belajar makan masakanmu. Fair kan?”
Naya menatap Leo lama.
Tiba-tiba, tanpa sadar, dia berkata:
“Aku takut kamu nyesel.”
Leo mengernyit. “Kenapa?”
“Karena... aku nggak biasa dicintai tanpa syarat.”
Leo menggenggam tangannya.
“Ya udah, kita biasain bareng-bareng.”
Matahari mulai turun.
Tahu bulat tinggal satu. Mereka rebutan.
Naya menang.
Leo manyun. “Itu kan tahu terakhir kita.”
Naya menggigit setengah, lalu menyodorkan sisanya. “Mau?”
Leo mengangguk. “Mau kamu.”
Naya menatap langit.
Lalu berkata pelan, “Aku takut... tapi aku mau.”
Leo menjawab tanpa ragu, “Kalau kamu mau, aku siap.”
Saat mobil kembali melaju ke arah kos Naya, di dalam hatinya, Naya tahu kalau
Hidup bareng Leo mungkin nggak akan selalu mudah.
Kalau bisa ketawa sambil makan tahu bulat gini, mungkin masa depan nggak seburuk itu.
Naya menatap langit. Angin sore menyapu pipinya. Dulu, dia takut jatuh karena nggak tahu siapa yang akan menangkap.
Sekarang, meski jatuh pun, dia tahu, ada Leo yang bakal ikut jatuh bareng.
Dan kadang, cinta nggak butuh jawaban sempurna.
Cukup tahu... siapa yang tetap duduk di sampingmu, bahkan saat tahu bulat digoreng gosong.