Sejak meninggalkan ruang makan, Pasha memilih ke ruang kerjanya. Sedari tadi ia menyibukkan dirinya menyelesaikan beberapa pekerjaan kantor yang sempat tertunda karena kejadian hari ini. Bolak balik ia menatap layar laptopnya, berulang kali ia mengutak atik analisa pembangunan proyek apartemen. Tapi, lagi-lagi ia kehilangan fokus saat bayangan ia mencium bibir Yaya. Manis, dan lembut, rasanya sangat berbeda saat berciuman dengan Mecca. Padahal sama-sama ciuman, hanya bibir ketemu bibir. Tapi ini beda, pikir Pasha, ada getaran aneh pada saat menyentuh Yaya. “Argh! Kenapa aku jadi memikirkannya!” seru Pasha seorang diri, ia menghentakkan file yang berada di tangannya dengan kasar ke atas meja kerjanya. Lalu, menghempaskan punggungnya kesandaran kursinya. Ia memejamkan matanya sesaat denga