Bab 12

1161 Words
"Diandra beneran pacaran sama Ridwan?" "Ngakunya." Narendra merasa janggal. Padahal mereka baru kenal. Apa iya secepat itu? "Kamu merasa ada yang janggal nggak?" "Apa?" Narendra menyampaikan apa yang mengganjal pikirannya. Ia tak mau Diandra dimanfaatkan oleh laki-laki yang baru dikenal. Apalagi status mereka adalah bos dan karyawan. Ia berpikir bahwa Ridwan pasti berniat jelek pada Diandra. Bisa jadi masalah finansial. Hal yang umum terjadi. "Masuk akal nggak kecurigaanku, Nar?" "Masuk akal, sih. Tapi, apa iya cowok polos bisa selicik itu? Aku, sih, belum lihat orangnya. Kak Di aja yang bilang begitu tadi." "Jaman sekarang tampang nggak bisa jadi patokan. Banyak yang polos, tapi licik. Banyak juga yang kelihatan berandal, tapi malah baik." "Kalau kamu termasuk yang masa, Ren?" Narendra yang sedang bicara serius merasa gemas. Dicubitnya pipi Kinara dengan ekspresi kelas yang dibuat-buat. Diajak bicara serius, gadis itu malah bercanda. Setidaknya itu menurut perasaan Narendra. "Menurut kamu aku masuk yang mana?" "Nggak ada yang sesuai. Kamu kan tampang sultan, hati malaikat. Nggak ada duanya, cuma Rendraku seorang." Kinara membalas cubitan sang kekasih dengan hal yang sama. Mereka tertawa. Makanan sudah tandas ke perut sedari tadi. Kini saatnya pulang atau pergi ke tempat lain yang bisa mereka gunakan untuk berduaan. "Kamu mau langsung pulang atau gimana?" "Enaknya?" Narendra menggaruk kepalanya yang tak gatal. Kebiasaan perempuan, ditanya malah balik bertanya. Akan tetapi, Narendra mencoba memahami. "Enaknya duduk-duduk di taman." "Boleh." "Yuk!" Mereka bergegas meninggalkan tempat itu dan pergi ke taman yang tak begitu jauh dari restoran tersebut. Baru saja masuk ke mobil, Kinara menggelayut manja di lengan Narendra. Melihat tingkah menggemaskan Kinara, laki-laki normal mana yang akan melewatkannya begitu saja? Narendra mengarahkan tangannya ke bahu sang gadis. Merengkuhnya erat. Kemudian, detik selanjutnya bisa ditebak apa yang terjadi. Mereka beradu lidah, saling menyemburkan hasrat di parkiran sepi. Namun, Narendra bukan laki-laki yang gampang lupa daratan. Ia tiba-tiba tersentak dan sadar mereka berada di tempat umum yang bisa saja dipergoki oleh orang lain. Maka, segera ia menyudahi permianan. "Gimana kalau ke tamannya batal, Ren?" Narendra mengernyit. Ia menangkap ada gairah yang menyala dalam tatapan sang gadis. Ingin menurutinya, tetapi prinsipnya berontak. "Kenapa?" "Kita ke hotel aja, yuk! Lebih intim. Lebih bebas mau ngapain aja, Ren," ajak Kinara dengan santainya. Ia menatap penuh harap pada mata tajam kekasihnya. Mereka bertatapan sejenak. Seperti ada jeda panjang terjadi. "Ke taman lebih enak buat ngobrol, Nar." Kinara mengerucutkan bibir. Kecewa dengan jawaban kekasihnya. Ia merasa ditolak. Itu sangat menyebalkan untuk Kinara. Selama ini Kinara tak pernah ditolak. "Antar aku pulang aja kalau gitu, Ren." Narendra menyanggupi. Ia mengacak rambut Kinara yang rapi, sekilas. Hal itu menambah kekesalan hati Kinara. "Rambutku berantakan, Ren," keluh Kinara. Gadis itu membuang pandangan, tak ingin melihat ke arah sang pacar. Perasaannya masih kecewa. Merasa tak diinginkan. Narendra mengecup pipi Kinara yang langsung dilap oleh sang gadis menggunakan tisu. Sungguh menggelikan. Kinara sukses membuat Narendra menggeleng-gelengkan kepala tiada henti. Mobil mulai melaju kmdi jalanan sepi. Setengah jam kemudian mereka melewati taman yang tadinya mereka tuju. Narendra menanyakan sekali lagi jadi mampir atau tidak ke taman itu. Kinara hanya menggeleng. Persis seperti anak kecil yang dilarang ibunya bermain tanah. Tiba-tiba mata Narendra mendapati pemandangan mengejutkan. Terlihat di sana, Diandra dan Ridwan keluar dari taman dengan bergandengan tangan. Bahkan, di mata Narendra itu bukan sekadar gandengan biasa, melainkan genggaman tak terpisah dua insan yang saling jatuh cinta. "Nar, lihat!" Kinara yang terkejut akibat teriakan Narendra, segera mendongak. Ia mengikuti arah telunjuk Narendra. Di sana, tampak Diandra bergandengan dengan seorang laki-laki berperawakan sedang. "Itu yang namanya Ridwan, Ren?" "Iya." "Lumayan." Narendra melirik sebal ke Kinara. Ia gemas dengan sikap kekasihnya yang tak peka dengan kecurigaannya. Akhirnya Narendra menghentikan mobil. "Nggak bisa dibiarin, Nar." Narendra membuka pintu dan bermaksud turun. Akan tetapi, tangan Kinara cekatan mencegah. "Kamu mau ngapain? Kakakku udah dewasa. Jangan kayak anak kecil, Ren!" Tubuh Narendra masih setengah berdiri. "Nar, apa kamu nggak kasihan sama kakakmu?" "Kasihan kenapa? Memangnya apa salahnua hubungan mereka? Kamu aneh." Narendra memejamkan mata. Kinara mengusap-usap bahu Narendra. "Aku nggak tega kalau harus nemuin kenyataan ternyata kakakmu dimanfaatin." "Kita nggak tahu apa yang sebenarnya terjadi, Ren. Please, doakan aja mereka memang saling mencintai. Kayak kita." Benar, mereka tak tahu apa-apa tentang hubungan Diandra dan Ridwan. "Oke." Narendra kembali ke posisi semula. "Lihat, Kak Di kelihatan menikmati kencannya!" "Kenapa aku jadi pengen juga begitu?" "Modus!" Narendra tertawa setelah menggombal. Dari tempat Kinara dan Narendra berada, mereka melihat adegan yang tertebak. Kepala Ridwan mendekat ke arah Diandra lalu sedikit bergerak ke samping. "Eh, serius, bibirku berasa kering, Nar." Bukan ciuman yang didapat Narendra. "Basahin pake ini, nih!" Kinara menempelkan tisu basah yang diambilnya dari tas selempang miliknya. Puas ia meledek Narendra. Tampaknya adegan ciuman yang dilakukan Diandra dan Ridwan sudah berakhir. Kedua anak manusia berbeda jenis kelamin itu menyeberang jalan, menuju di mana sepeda motor Diandra terparkir. "Mau pulang duluan apa gimana, Nar?" "Duluan aja, aku nggak sabar mau ngeledekin." Narendra menyalakan mesin mobilnya. Kendaraan roda empat itu melaju ke arah kediaman Kinara. Sekitar 5 menit kemudian mereka sampai. Narendra langsung pamit pulang. "Jangan tidur terlalu larut, Tuan Putri!" "Baik, Pangeran. Udah gih sono pulang!" Kinara mengusir Narendra setelah mengecup bibir pria itu. Ia turun dari mobil. "Bye!" Kinara melambaikan tangan ke arah Narendra. Baru saja Narendra lenyap di tikungan jalan, motor Diandra muncul. Kinara sengaja menunggu kakaknya itu. "Kak, dari mana malam-malam sendirian?" "Eh, itu, dari nyari makan tadi, Nar." "Sambil nge-date, ya? Hayo ngaku, ngaku! Aku udah lihat, loh, Ridwan tadi." "Hah?" Diandra yang baru saja memarkirkan motornya segera masuk ke rumah. Entah apa jawaban yang akan dilontarkannya pada sang adik. Haruskah ia kembali mengarang cerita? Tapi, kalau jujur jelas tak mungkin. Akhirnya, Diandra menceritakan pertemuannya dengan Ridwan tanpa memberitahukan hal yang sebenarnya mereka lakukan. "Cieee yang dapat ciuman romantis!" Diandra menggeleng. Akan tetapi, Kinara bersikeras mengatakan agar tak usah menutupi apa pun darinya. Menurutnya ciuman saat pacaran itu sesuatu yang lumrah. Sangat lumrah. Diandra hanya pasrah mendengarnya. "Kamu sering ciuman sama Rendra, Nar?" Kinara tentu saja mengangguk antusias. "Ciumannya bikin nagih, Kak," bisik Kinara. "Nagih gimana? Memangnya punya utang?" Diandra mengernyit. Ia mengamati wajah Kinara yang semu merah dan berhias senyum. Sang adik memang terlihat begitu berkilau. "Ciumannya panas, Kak. Bikin lupa daratan." Kinara menjelaskan sembari bergidik. Matanya terpejam. Diandra sudah tak ingin lagi bertanya. Sedangkan, Kinara sedang malambung mengingat ciuman panasnya dengan Narendra yang begitu memabukkan. "Kakak ke kamar dulu, ya, kayaknya ngantuk." "Ih, lagi seru cerita-cerita juga, Kak!" Namun, Diandra tak menggubrisnya. Gadis berkacamata tebal itu segera merebah. Diandra memandangi langit-langit kamar. Ada wajah Narendra yang terus menari di ingatan Diandra. Senyum karismatiknya, perhatiannya, dan semua yang ada pada diri pria itu. Semua terlihat begitu istimewa. "Kenapa aku terus-terusan ingat kamu, Ren?" keluh Diandra sembari menangkup wajah. Berharap bayangan pria itu lenyap dari ingatannya. Namun, hasilnya sia-sia. Kepala Diandra makin dipenuhi senyuman Narendra. Telinganya mendengar suara tegas pria itu. Bahkan, kakinya yang sakit bisa merasakan elusan lembut pacar adiknya itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD