Mario termenung sepanjang perjalanan menuju hotel. Tadi saat Narendra telepon, ia masih dalam perjalanan keluar dari bandara. Sempat meminta izin kepada yang lain untuk menunggunya agar tak berpencar. Mario mengambil jarak aman supaya tak ada yang mendengar pembicaraannya. Benar saja, meski sudah terbiasa dimaki oleh Narendra, tetapi tetap saja hati Mario meradang. Ia sakit hati dibentak-bentak menggunakan kata-kata kasar. Mungkin, jika saja ia berada di depan Narendra, tangannya sudah meninju bebas mulut besar adik iparnya itu. Mario yang di penerbangan ini tak bersama Kinara, tiba-tiba ingin menghubunginya. "Malam, Kep, ada yang bisa saya bantu?" "Nar, lagi di mana? Kangen, nih. Sini dong!" "Memangnya Kep ada di mana sekarang?" "Ada di tempat kesukaan kamu, Sayang." "Hah?