Kebetulan yang menguntungkan

831 Words
Shella Maulina Cantika, wanita yang baru saja merasakan pedihnya sebuah pengkhianatan. Berupaya bertahan demi melanjutkan hidupnya. Mungkin, ia hanya tak punya alasan untuk apa bertahan. Setahunya, hidup itu terus berjalan. "Shell, soal lo dan Adit putus itu nggak benar'kan?" Cindy datang dengan raut wajah panik. Cindy adalah teman dekat Shella selama satu tahun ini. Dia berwajah khas orang Asia, perawakan tinggi karena mereka sama-sama model minus Shella yang berpostur tubuh pendek namun punya daya tarik tinggi. Awal keduannya berteman juga karena masuk ke satu agency yang sama. "Udah deh Cin, gue sepertinya nggak perlu jawab pertanyaan lo itu." Cindy mengangguk patuh. Cindy sudah mendengar gosip dari beberapa mahasiswa di kampus soal kandasnya hubungan Shella dan Adit. Shella tergolong mahasiswa famous. Dia model pendatang baru, semakin dikenal semenjak berpacaran dengan Adit. Apalagi Adit memang terkenal dengan julukan pengusaha muda yang tampan. Banyak sekali yang mengidolakannya termasuk Cindy. Shella tidak pernah bermasalah soal itu, wajar saja seorang laki-laki digilai banyak wanita. Yang tidak wajar itu laki-laki dikejar banyak laki-laki, kurang normal. Teringat Adit justru membuat ulu hati Shella terasa nyeri. Sungguh, mendengar nama laki-laki itu saja sudah membuat mood Shella lenyap seketika. Dirinya jadi merasa cengeng. Shella datang ke kampus dengan muka bantal. Dia bangun terlalu siang, mata kuliah pagi ini tak bisa Shella tinggalkan begitu saja. "Eh, yaudah gue gak jadi bahas soal dia. By the way, kita besok mulai pemotretan. Loe udah siapkan?" Tanya Cindy penuh antusias Ah, pemotretan. Shella lupa akan hal itu. Gara-gara Adit semua jadwal yang sudah Shella susun rapi, jadi berantakan. "Iya gue usahain buat siap. Ini kan jadwal pemotretan kita yang pertama." "Benar banget, Shell. Gue nggak nyangka kita bisa nembus buat jadi bintang iklan itu." Ujar Cindy dan hanya dibalas anggukan oleh Shella Setelah keluar dari kafe tempat bertemu dengan Cindy, Shella pergi ke toko bunga. Letaknya, berada di ujung jalan. Langkah Shella lesu, ditambah terik matahari yang menyilaukan. Tatapan Shella jatuh pada mawar putih terbungkus plastik, dengan beberapa hiasan simpel menambah indah bunga tersebut. "Lis itu bunga dijual, apa pesanan?" Tanya Shella kepada Lisa sang penjaga toko bunga. Lisa bekerja separuh waktu di toko bunga untuk membiayai kuliahnya sendiri. Dia sepantaran dengan Shella, namun Lisa berhenti kuliah satu tahun. Jadi tahun ini Lisa masih menempuh semester 6. "Ini udah pesanan mbak, mbak Shella mau nunggu kah, saya buatin dulu." Shella menggeleng, dia tidak ingin menunggu. "Gak deh, gue harus segera balik ke kampus nih. Ada jam kuliah lagi." Tin..tin Suara klakson mobil membuat Shella dan Lisa menoleh. Mobil itu sepertinya tidak asing bagi Shella. Apa gue pernah naik mobil itu ya?! Sang pemilik mobil tidak berselang lama keluar, langkahnya menuju tempat dimana Shella tengah berdiri. Shella buru-buru menunduk, membuat laki-laki barusan tidak sadar siapa wanita di sampingnya. "Mbak mau ambil pesanan bunga kemarin." Zahrul kemarin memesan bunga untuk sang mama tercinta "Ah, iya mas Zahrul ini bunganya. Saya pikir kalo mas Zahrul gak jadi ambil siang ini, bunga ini mau saya kasihkan mbak Shella dulu." Ucap Lisa sembari tersenyum Zahrul.. Shella??? Zahrul Pov "Ah iya mas Zahrul ini bunganya. Saya pikir kalo mas Zahrul gak jadi ambil siang ini. Bunganya mau saya kasihkan mbak Shella dulu." Ucap penjual bunga yang kutahu bernama Lisa Tunggu dulu. Shella katanya tadi?! Aku menatap gadis bertubuh mungil di sampingku. Kok, rasanya nggak asing?! "Shella.." Panggilku spontan Dia menatapku beberapa detik, seperti mengamatiku. Apa dia lupa aku adalah Zahrul yang beberapa hari mengantarnya pulang?! "Gue, Zahrul." Dia cuma mengangguk, setelahnya pamit. Mengacuhkan aku. Gosh, begini rasanya ditolak bro! Aku mengejar Shella saat gadis itu hampir sampai di seberang jalan. Ku cekal lengannya saat hendak memberhentikan taxi. Dia menatapku dengan alis terangkat satu. Bodoh, kenapa aku jadi mengejarnya seperti ini?!! "Kenapa?" Tanyanya bingung "Gue anter ya, please." Ingin rasanya kubungkam mulutku sendiri. Dia seperti menimang keras tawaranku. Anggukan kecil memberikan kesempatan bagiku. ** Zahrul mengantar Shella kesalah satu kampus. Kampus itu cukup terkenal dikota Surabaya. Zahrul tahu, jika dibandingkan kampus tempatnya berkuliah dulu kampus Shella memiliki kualitas di bawahnya. "Gue masih ada jam kuliah sebentar lagi kak. Makasih ya atas tumpangannya." Zahrul mengangguk, matanya fokus ke Shella yang berjalan kian menjauh. Setelah sampai di dalam ruang kelas Shella merasa bingung dengan hal yang baru saja dia alami. Kenapa Zahrul sekarang peduli, Zahrul yang dulu adalah laki-laki songong dengan aura dingin. Namun sekalinya berbicara, banyak orang akan langsung kicep. Teringat waktu SMA, membuat Shella ingin mengubur diri saja. Dulu dia adalah salah satu fans Zahrul. Tidak pernah kehabisan cara mengoreksi informasi soal Zahrul. Hampir setiap hari pula dia selalu ngepoin story Instagram Zahrul, pengikutnya jangan ditanya lagi. Sebagian besar didominasi oleh kaum hawa. Shella menggeleng pelan, mulai kembali fokus karena dosen sudah datang. Aura mencekam langsung menguar didalam ruangan. "Selamat pagi semuannya. Maaf sedikit terlambat, saya terjebak macet." Ucap Prof. Sensi Semua mahasiswa hanya mengangguk dan memberikan senyum semanis madu yang mereka punya. Walau sejujurnya jika boleh memilih, mereka tidak ingin mengikuti mata kuliah ini. Siapkan diri saja, nilai mereka juga bergantung pada dosen yang satu ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD