Apakah aku berlebihan dalam menyikapi pertemuan kita?
Muhammad Zahrul Ghufron
Zahrul memasuki mobil yang sudah terparkir rapi di depan rumah. Ia langsung menjatuhkan bokongnya di kursi penumpang, hari ini dia malas menyetir. Pekerjaan hari ini cukup menyita energinya. Jika saja pertemuan kali ini tidak begitu penting, sudah pasti dia akan berbaring di atas kasur king size kesayangannya. Zahrul menghentakkan kakinya mengikuti irama lagu saat headset berhasil dia pasang di telinga kanan dan telinga kiri. Alunan musik itu cukup membuat moodnya sedikit membaik. Tangannya beralih ke layar ponsel untuk sekedar mencari hiburan.
Jarinya mengeklik aplikasi i********: yang sudah jarang ia pakai. Zahrul hanya menggunakan aplikasi itu jika Ayuni meminta dia mengupload foto mereka.
Ia mulai menelusuri beranda yang banyak menampilkan foto teman-teman yang kebetulan memang dia follow. Jempolnya memberikan like atau sekedar stalking mengenai orang-orang terdekatnya.
Ibu jarinya kembali bergerak pada tombol notifikasi. Disana banyak sekali orang yang memfollow dirinya beserta bejibun notifikasi memuat banyak like serta komentar mengenai foto yang pernah dia upload sebelumnya. Banyak juga notifikasi di fitur chat pribadi atau i********: Direct yang jarang sekali dia buka. Isinya jangan ditanya, pastilah dari beragam kaum hawa yang sok kenal dekat. Zahrul tidak ingin membukanya, terus menscroll hingga pada bagian terakhir.
Satu pesan cukup membuatnya terpaku beberapa detik. Dilihatnya baik-baik nama pemilik akun tersebut “Shella_MC”. Zahrul tidak asing dengan pemilik nama itu. Ia menekan tombol klik dan melihat beberapa pesan yang pernah dikirimkan sang pemilik akun. Hanya beberapa kiriman emoticon namun begitu rutin dari setiap story yang dia buat dulu..
Zahrul memfollback pada akun itu. Padahal, Shella pasti sudah memfollow dirinya saat mereka masih berada di bangku SMA. Dan jahatnya, Zahrul baru memberikan follback setelah empat tahun lamanya. Jujur, sekarang Zahrul merasa bersalah akan tindakannya.
Tingg..
Satu notifikasi masuk, ternyata Shella sudah menerima permintaannya untuk memfollow, jadilah Zahrul sedikit merasa ingin tahu lebih tentang gadis itu. Langkah pertama mulai membuka foto Shella.Ternyata gadis itu sekarang berprofesi sebagai model, pantas saja kecantikannya tidak seperti gadis pada umumnya. Walaupun ia tidak menggunakan make up kecantikan natural sudah dimilikinya. Tanpa sadar Zahrul telah melihat semua kiriman Shella dan tanpa sadar juga ia telah memberikan like kepada hampir semua foto Shella. Ia mendonwload satu foto yang menurutnya unik. Gadis itu sedang berpose candid, dengan pakaian cukup tertutup untuk ukuran pergi ke pantai. Entah sejak kapan Zahrul tersenyum hanya karena melihat wajah wanita lain.
Drrt..Drtt
Sayang, kamu dimana? Aku sudah di tempat biasa.
Zahrul langsung membalas pesan masuk dari kekasihnya
Aku sebentar lagi sampai, sayang.
Begitulah pesan yang Zahrul kirimkan pada sang kekash. Setelahnya dia kembali menatap foto Shella.
Cantik seperti bonekah.
***
Sementara di tempat lain Shella sibuk dengan pemotretannya. Sesekali ia berganti pose untuk memberikan hasil yang memuaskan bagi cover majalah. Setelah dirasa pemotretan siang ini cukup, Shella menghampiri seseorang yang dari setengah jam lalu menunggunya. Dia Divo, teman sekaligus kakak yang Shella kenal saat berpacaran dengan Adit dulu. Laki-laki itu sekarang jarang terlihat semenjak sibuk dengan bisnis propertinya. Kali ini, Divo terlihat begitu menikmati suasana pantai. Terik matahari cukup membuat kulit terbakar jika sampai tak memakai sunblock. Deru ombak bergemuruh serta birunya lautan seakan menjadi magnet tersendiri untuk memanjakan mata. Kacamata hitam bertengger manis di atas kepala Divo. Shella pikir dia sedang melamun, terbukti tidak menyadari kehadiran Shella bahkan setelah 15 menit Shella berdiri di sampingnya.
“Sampai kapan gue nungguin elo?” Shella berteriak karena ombak cukup mengalahkan suaranya. Matanya ikut terpesona pada deburan ombak. Irama tercipta akibat hantaman ombak pada batu karang.
“Kenapa mesti nglepasin Adit buat cewek murahan itu sih?!” Divo melangkah, mengajak Shella duduk di bawah pohon kelapa. Berteduh dari teriknya sinar matahari
“Lo gila apa gimana sih, Div?! Loe kira gue mau sama suami orang. Mikir dong, lagi pula bukannya si Salsa itu wanita yang loe cintai?! Kok bisa sih jadi sama Adit?! Dulu, loe kan bilang sama gue udah ada niatan nikahin dia.”
“Gue awalnya juga memang udah niat banget sama ucapan gue waktu itu. Cuma dia itu licik Shell, dia ambil Adit dari elo pakai cara yang gue gak habis pikir. Loe tahu nggak, dia itu matre dan cuma manfaatin gue buat nyari keuntungan ngembangin bisnis bokapnya aja.” Divo berucap seakan menerawang apa yang telah dilakukan Salsa terhadapnya. Sekarang kacamata hitam itu sudah dipakai Divo
Shella menyenderkan tubuhnya di pohon kelapa. Matanya terpaku pada pasir pantai yang sedikit membuat penglihatannya silau akibat sinar matahari yang menyorotnya. “Begitukah cara mereka membalas budi sama kita yang sudah mau menemani dari nol.”
“Ya, mau bagaimana pun besar usaha kita buat ngedapatin mereka lagi. Semua nggak akan sama, Shel. Jujur, gue sebagai teman kalian cuma menyayangkan perpisahan diantara loe sama Adit. Gue tahu, dia bukan tipe cowok b******k. Malam itu, cuma karena dia kalah sama nafsu aja sehingga mau nggak mau ya dia harus tanggung jawab.”
“Div, apa masih ada yang kurang dari semua yang udah gue kasih buat dia. Apa mereka nggak punya hati saat selingkuh di belakang kita?! Apa gak pernah mikir, gimana rasanya jadi yang dibohongin. Apa Adit selama ini sandiwara sama gue?! Dan apa Adit gak punya ota...”
Divo memotong ucapan Shella, merengkuh tubuh mungil Shella “Stop Shell, berhenti nyalahin diri elo sendiri. Adit emang bukan jodoh elo. Loe dengerin gue baik-baik, kalau sampai gak ada yang nerima elo apa adanya, gue yang akan nikahin elo Shel. Gue tahu bagaimana perasaan loe sekarang. Gue saat ini juga ngerasain hal yang sama. Gue janji, bakal terus jagain loe, Ngerti.”
Divo menenangkan Shella yang kini sudah menumpahkan air matanya. Laki-laki tahu bagaimana frustasinya Shella atas kejadian ini. Sebelum ini, Divo sudah berjanji kepada Adit akan menjaga Shella meskipun tanpa diminta pun Divo akan tetap melakukannya dengan sukarela karena baginya Shella sudah seperti adiknya sendiri.
Seharian ini Divo menemani Shella agar tidak terus berlarut dengan memikirkan soal Adit. Mengajak Shella ke kantor untuk mengambil beberapa dokumen yang akan ia kerjakan di rumah nanti malam. Saat sampai di lobby jangan tanyakan tatapan kagum dari para karyawan saat CEO mereka turun dengan tampang sok cuek.
“Selamat siang pak..” Sapa beberapa karyawam wanita dan hanya dibalas anggukan kecil oleh Divo
Beberapa karyawan bahkan menatap Shella dengan pandangan bertanya-tanya. Mungkin mereka berfikir Shella adalah kekasih Divo. Divo tak menggubris arti tatapan itu. Dengan percaya diri laki-laki itu menggandeng Shella masuk lift khusus miliknya.
“Gila tuh karyawan loe perlu gue congkel kali ya, matanya.” Shella mengomel, dibalas tawa oleh Divo
“Emang begitu kali Shell, jadi kan gue sadar diri ketampanan gue ini memang di atas rata-rata.”
“PD nya dikurang-kurangin deh.” Shella mendengus sebal
***
Shella berdecak sebal sembari menjatuhkan dirinya di sofa empuk ruang kerja Divo. Sudah satu jam lebih dia menunggu Divo, katanya hanya mengambil beberapa dokumen untuk dikerjakan di rumah tapi nyatanya OMDO (Omong Doang). Laki-laki itu justru sibuk rapat dadakan yang katanya baru terjadwal siang ini.
Shella bermain ponsel untuk mengusir kebosanan. Ia mulai membuka aplikasi i********: dan membuka beberapa notifkasi. Cukup lama ia terpaku pada notifikasi yang muncul beberapa detik lalu. Akun mzhrl06 mulai mengikuti anda. Matanya ia kedipkan beberapa kali, apa yang dilihat bukan hanya sekedar mimpi semata. Bibirnya menyunggingkan senyum, jempol mungilnya menekan tombol setuju. Sudah sekitar empat tahun Shella memfollow Zahrul dan sekarang laki-laki itu baru memfollow balik. Bejibun notif langsung masuk saat ia menyetujui permintaan Zahrul.
Oh, ternyata mantan kakak kelasnya sedang kepo soal kehidupan Shella. Terbukti dengan banyaknya like masuk dari Zahrul pada foto yang pernah Shella unggah.
Shella menulis pesan Direct kepada Zahrul
Awas kepoin gue bikin jatuh cinta. Haha
“Shell, Sorry lama ya? Tadi ada tuh rapat, agak belibet banget soalnya.”
“Iya gue tahu. Palingan juga dimodusin sama karyawan elo kan.” Shella meraih jacket yang tadi dia sampirkan di sofa Divo
“Hmm… sebagai permintaan maaf dari gue. Loe boleh minta apa aja deh hari ini.”
“Gue minta Adit..” jawab Shella
Divo tersenyum masam “Shell..” Peringatnya
“Gue laper. Gue mau makan ice cream sama gue kepengen ke kafe tempat biasa.” Kemauan Shella tentu saja diangguki oleh Divo
Permintaan Shella sangat mudah bagi Divo. Menurutnya, Shella bukan tipe wanita ribet. Dia memang sering meminta sesuatu dari Divo. Itu dalam bentuk makanan atau sekedar berjalan-jalan. Selebihnya dia tidak pernah meminta barang apalagi itu dengan harga mahal. Mungkin hal itu dulu yang membuat Adit jatuh cinta kepada Shella.Walau kini laki-laki itu sudah bersama wanita yang dia cintai sejak kecil. Tidak berniat baginya merusak hubungan mereka. Biar saja mereka bahagia dengan caranya sendiri. Prioritasnya saat ini berupaya membahagiakan Shella sembari memulihkan luka yang juga sama dia rasakan.