Hanya Sebatas Iklan Panas

1002 Words
“Maaf, Anda mencari seseorang, Tuan?” tanya salah satu pelayan yang kebetulan melewatinya. “Ya, aku mencari seorang wanita,” jawab Light dengan nada tegas. “Dia memakai gaun berwarna biru gelap semalam. Rambutnya panjang, cokelat gelap.” Pelayan itu mengerutkan kening, mencoba mengingat. “Saya tidak begitu yakin, Tuan. Banyak tamu wanita yang berpakaian serupa. Mungkin Anda bisa bertanya langsung pada Tuan Delacroix.” Light mengangguk singkat, lalu melangkah menuju area ruang tamu di mana dia tahu tuan rumah biasa berada. Di sana, dia menemukan pasangan suami istri pemilik mansion sedang duduk bersama beberapa tamu yang tampak seperti teman dekat mereka. “Morning, Tuan Delacroix,” sapa Light dengan sopan namun terburu-buru. “Light! Senang melihatmu pagi-pagi begini, ah maaf ini sudah cukup siang sepertinya. Bagaimana? Kau menikmati pesta malam tadi, kan?” tanya pria paruh baya itu. “Ada sesuatu yang ingin aku tanyakan. Aku mencari seorang wanita yang semalam aku temui di pesta ini. Namanya Celine. Aku hanya tahu nama depannya saja.” Tuan dan Nyonya Delacroix saling bertukar pandang sebelum sang nyonya menggelengkan kepala. “Celine? Aku tidak ingat ada tamu dengan nama itu di daftar undangan kami karena aku sendiri yang menulis daftar tamunya.” Light mengerutkan kening, merasa bingung. “Tidak mungkin. Dia ada di pesta ini. Kami berdansa cukup lama dan ...” Light tak melanjutkan ucapannya. Tuan Delacroix tersenyum tipis. “Daftar tamu kami sangat eksklusif, Light. Setiap nama yang masuk telah diverifikasi. Jika dia benar-benar ada di sini, dia mungkin datang sebagai pendamping seseorang atau...” “Atau dia bukan tamu undangan,” potong Light, suaranya lebih tegas daripada yang dia maksudkan. “Ya, bisa jadi dia tamu pengganti. Selalu ada orang-orang seperti itu di dalam sebuah pesta eksklusif seperti ini, kan? Mereka ingin merasakan status sosial kalangan atas,” jawab Nyonya Delacroix. Light hanya mengangguk kecil. Rasa penasaran di dalam dirinya semakin menjadi-jadi. Siapa Celine sebenarnya? Dan mengapa dia menyembunyikan identitasnya? * * Sudah sebulan berlalu sejak kepergian Celine, dan dalam kurun waktu itu, Light merasa kehidupannya berjalan seperti biasa. Tidak ada yang berubah, kecuali beberapa malam hening di mana pikirannya sesekali terbang kembali ke wanita itu—hanya sejenak, seperti bayangan yang lewat. Celine, seorang wanita misterius yang hanya singgah sebentar dalam hidupnya, meninggalkan jejak yang samar di hidupnya. Tapi bagi Light, kehadiran Celine tidak lebih dari angin panas yang menyapa sebentar dan hilang begitu saja. Tidak ada kesedihan yang berlarut-larut, tidak ada penyesalan mendalam. Yang ada hanyalah kekosongan singkat yang segera diisi oleh rutinitasnya yang padat. Karena hubungan mereka hanya sekadar pemenuhan hasrat dan gairah, bukan hubungan emosional. Di sudut pandang Light, Celine hanyalah wanita yang menginginkan hubungan singkat tanpa ikatan, dan itulah yang dia terima. Dia tidak berusaha memahami lebih jauh alasan kepergian Celine atau mencoba mencarinya. Baginya, semuanya sudah selesai sejak hari itu berakhir. * * Pagi itu, Light duduk di balkon apartemennya yang menghadap kota. Secangkir kopi mengepul di tangannya, sementara dia menatap langit yang perlahan berubah warna seiring mentari terbit. Dia menghirup kopi itu pelan, menikmati keheningan sebelum kembali terjun ke dalam rutinitas pekerjaannya. Di antara hirupan kopi dan lamunan kosongnya, nama Celine tiba-tiba muncul di pikirannya. Tidak ada alasan khusus kenapa dia kembali teringat wanita itu. Mungkin karena ada sesuatu dalam dirinya yang masih bertanya-tanya, meskipun kecil. Siapa sebenarnya Celine? Light menggelengkan kepala, mencoba mengusir pikiran itu. "Hanya ingatan singkat yang lewat," gumamnya pada diri sendiri. "Dia bukan seseorang yang harus aku pikirkan terlalu lama." Namun, meski Light berkata demikian, ada perasaan aneh yang membuat pikirannya tidak sepenuhnya bebas dari bayangan Celine. Sebulan yang lalu, malam itu begitu nyata, begitu penuh gairah, dan begitu intim—lebih dari yang dia duga dari seseorang yang tidak terlalu dia kenal. Hari-hari Light berjalan normal seperti biasa. Pekerjaan di kantor menuntut sebagian besar waktunya, dan dia menyambut gangguan itu dengan senang hati. Kesibukan adalah pelariannya, perisai yang dia gunakan untuk menepis perasaan atau kenangan yang tidak ingin dia pikirkan. Namun, di sela-sela kesibukannya, ada momen-momen kecil yang membuat ingatannya tentang Celine menyeruak. Wangi parfum tertentu yang mirip dengan aroma Celine, atau bahkan lagu yang dia dengar di saat mereka berdansa kala itu. Namun, setiap kali kenangan itu muncul, Light dengan cepat mengingatkan dirinya sendiri. ‘Dia sudah pergi. Dan mungkin dia tidak pernah ingin aku mencarinya.’ * * Suatu malam, Light sedang duduk di bar favoritnya, menikmati segelas wine sambil mengamati suasana. Musik lembut mengalun di latar, dan cahaya redup membuat suasana terasa hangat namun penuh rahasia. Tempat ini adalah pelariannya, ruang di mana dia bisa merasa nyaman tanpa harus memikirkan apa pun. Bartendernya, seorang pria ramah bernama Jake, memperhatikan Light yang tampak lebih banyak diam dari biasanya. "Kau terlihat seperti orang yang sedang memikirkan sesuatu," katanya sambil membersihkan gelas. Light tersenyum kecil. "Hanya menikmati malam. Tidak ada yang perlu dipikirkan." Jake tertawa kecil. "Kalau begitu, kau lebih beruntung daripada kebanyakan orang di sini. Biasanya orang datang ke tempat ini karena ingin melupakan sesuatu atau seseorang." Light mengangkat gelasnya, menyesap wine-nya perlahan. Kata-kata Jake entah bagaimana terasa menyindirnya. Ia memang berusaha melupakan seseorang, tapi dia juga tidak sepenuhnya yakin apa yang dia coba lupakan. Apakah itu kehadiran Celine yang singkat namun berkesan? Ataukah itu dirinya sendiri yang tidak pernah benar-benar mencoba memahami wanita itu? * Waktu terus berjalan, dan Light semakin jarang memikirkan Celine. Kenangan tentang wanita itu perlahan memudar, tergantikan oleh aktivitas harian dan orang-orang baru yang dia temui. Namun, suatu malam, saat Light sedang menelusuri jalanan kota dengan mobilnya, dia melewati sebuah cafe kecil di pinggiran kota. Light melambatkan mobilnya tanpa sadar, memandangi tempat itu sejenak karena dia ingin membeli kopi untuk mengusir rasa kantuk dan rasa dingin di tubuhnya. Cafe itu tampak ramai dan akhirnya dia terus saja melewatinya karena dia malas mengantri. Namun, ketika dia akan pergi dari sana, dia seperti melihat sosok Celine berjalan sekilas di antara deretan para pengunjung yang sedang mengantri. Tapi kemudian dia menggelengkan kepalanya, menekan pedal gas, dan melaju pergi. "Tidak, tak mungkin. Aku pasti salah lihat. Oh my God … ada apa dengan diriku?" katanya pelan. *
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD