Hurt 64

1320 Words

Lelaki yang selalu menawan itu kini terlihat terlelap. Ana melihatnya, lelaki itu minum begitu banyak. Dia juga terus mengamuk dan membanting semua barang yang ada di kamarnya. Ana tentu saja masih mendengarkan itu. Tapi karena hatinya yang usdah terlanjur marah, Ana membiarkan Rama dengan kegilaannya itu. Maafkan aku .... Perlahan tangan itu terangkat dengan gemetar, mengusap puncak kepalanya Rama. "Aku tak bisa melihat perempuan itu berada di sampingmu, dan membuat anaku menangis karena kelak kau akan mencintai anak lain, selain anaku," ucapnya pelan, dengan kedua matanya yang perlahan basah. "Sejak awal aku sudah memikirkan dengan matang, kalau aku bisa membesarkan anaku meski tidak harus, aku mengenalkan kamu sebagai Papahnya." Ana mengusap pipinya. "Aku bukannya jahat membiarka

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD