65. Penghiburan

2108 Words

Dizza duduk menatap jendela di samping ranjang inapnya dengan pandangan kosong. Pikirannya melalangbuana. Sudut hatinya belum menerima kehilangan calon anaknya. Dizza sadar tidak seharusnya ia begitu. Bukankah semua sudah menjadi suratan takdir? Dan ia tidak bisa menentang takdir itu. Namun, tetap saja rasanya sulit. Tidak semudah mulut berbicara. Hati tidak bisa dipaksakan sesuai kehendak kita. Kita ingin mencoba ikhlas, tetapi terkadang hati tidak begitu. Dizza menghela napas. Sesak menjalari dadanya. Dan air mata kembali menetes. Hanya saat ini ia bisa mengeluarkan kesedihannya. Di saat tidak ada orang sama sekali di ruangannya. Hanya ada dirinya sendiri karena Deryl sedang menjemput Alesha ke sekolahnya. Awalnya Deryl meminta Mang Ujang untuk menjemput Alesha, tetapi Dizza justru memi

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD