Mulai Berteman

1152 Words
Surya menatap perapian dan sesekali melihat ke arah Aya yang duduk di sampingnya, Gadis itu terlihat termenung. Mereka ada di rumah salah seorang kerabat Surya. Aya masih terlihat gugup. Ia masih berusaha menguasai dirinya yang baru saja mengulang pengalaman buruk yang pernah ia alami. " Maafkan saya pak, jadi merepotkan " ucap Aya sambil tertunduk. Surya hanya tersenyum lalu menyerahkan secangkir coklat panas. " Coklat bisa membuat kita rileks " Surya mengangkat gelasnya. " Mau dengar cerita " ucap Surya setelah beberapa saat mereka saling diam sambil menatap perapian. " Bapak bisa cerita ? " tanya Aya yang membuat Surya membulatkan matanya. " Tentu saja Aya, kamu kira saya tidak bisa merangkai cerita " Surya berdehem untuk memulai ceritanya, Aya mengernyitkan kening. " Ada seorang anak bertanya pada ibunya, bu kenapa ayam selalu teriak setelah bertelur. Sang ibu yang sibuk dengan urusan kerjaannya berpikir sejenak lalu kembali bekerja. Sang anak terus meminta penjelasan. Akhirnya si ibu bercerita pada anaknya, dulu ayam itu belum tahu seperti apa rupa telurnya, sampai ketika seekor ayam duduk termenung memikirkan rupa telurnya, keluarlah benda bulat, hingga si ayam berteriak. Botaaak...botaak...! nah sejak itulah semua ayam ikut berteriak saat telurnya keluar dengan nada yang sama..botaaak...botaaak ! " Cahaya mengembangkan senyum dan mereka saling melempar senyum. Ada kehangatan lain yang mereka rasakan selain dari hangatnya perapian ditengah dinginnya musim gugur. Dua hati yang sama sama sedang terluka oleh cinta yang bertepuk sebelah tangan. " Beruntung, hanya saya yang tahu bagaimana aslinya bapak tidak sedingin yang kami kira " ucap Aya sambil melempar sesuatu keperapian. " Jangan panggil saya bapak Aya, panggil Surya saja. Mulai saat ini di luar jam kerja jangan anggap saya atasan kamu lagi. Saya cukup terharu mendengar perjuangan kamu menaungi ibu dan dua adikmu. Nando sangat bangga padamu " " Nando terlalu melebih lebihkan pak..eh..Surya.." Surya mengulurkan tangannya dan Aya menyambutnya. Berapa saat tangan itu saling bertaut. " Eh..sudah baikan, biasa itu dalam kisah cinta, ada marah sama ngambeknya " ujar seseorang yang tiba tiba muncul dibelakang mereka. Cahaya merasa tante Surya salah paham dengan kedekatan mereka. " Jangan salah paham tante, aku dan pak Surya tak ada hubungan apa apa " elak Aya sambil menggoyangkan tangannya. "Tante paham, kamu pasti mali mengakui perasaanmu pada ponakan tante ini " Tiba tiba ponsel Surya berdering, ia tertegun melihat nama di layar hp. Dari Eidel. " Kak...bisa datang ke sini, mas Brian lagi ada acara di kampus. dia mengizinkanku mengajakmu ke sini " Tak lama setelah mendengar suara itu, Surya segera berdiri mencari mantelnya. Sementara itu Aya masih menikmati kehangatan perapian. I tidak tahu siapa yang menghubungi bosnya itu. lagi pula ia tak perlu ikut campur apa yang mau dilakukan Surya. Aya mendengar perdebatan antara bibi Dina dengan Surya di depan pintu. " Tante sarankan kamu jangan pergi ke sana, ingat Eidel itu sudah punya suami " " Ini bukan urusan tante ! " bantahnya keras. Ia tetap keluar rumah. Cahaya berlahan mengintip tante Dina yang terlihat terisak. Ia terduduk lemah di sofa. Cahaya pelan pelan mendekat. " Duduk sini nak " ajak sepupu ibu Surya itu. Cahaya menurut duduk disebelah wanita paruh baya itu. " Kamu harus membuat Surya jatuh cinta padamu " ucap bibi Dina yang membuat Aya ternganga. Ia lalu tersenyum dan menggeleng. " Sekali lagi, saya bilang saya dan pak Surya hanya tidak terlibta hubungan apa apa. Dia hanya atasan saya tan" " Tapi seiring berjalan waktu dengan kamu sering memberinya perhatian, dia pasti mencintaimu Aya. Hanya kamu yang bisa membuatnya tenang " Cahaya menatap wanita seusia ibunya itu bingung. Ia sama sekali menghindari terlibat hubungan asmara lagi dengan orang kaya, apalagi ia tahu kalau ibu Surya tidak menyukainya. Ia hanya kerja cari uang untuk kehidupan keluarganya. " Jangan membantah tante, jalani saja. Surya akan jatuh cinta dengan kesabaranmu " Beberapa hari kemudian mereka kembali ke tanah air. Aya kembali masuk kerja setelah dua hari diberi libur. Ia terkejut dengan berita diinternet yang mengatakan kalau Surya menggoda istri orang. Relasi relasi kerja mereka mulai mempertanyakan skandal yang menjatuhkan nama CEO itu. Morgan panik, ia memarahi kecerobohan anaknya yang berada di kamar istri orang. " Kamu harus klarifikasi berita ini dan jangan berita ini terus beredar yang akan memperburuk citra perusahaan " " Pa...aku tidak tahu aku dijebak Brian " " Minta foto ini disebarkan ke media dan jelaskan pada wartawan itu kalau kamu sangat mencintai kekasihmu yang sekarang " Morgan menunjukan foto Surya yang sedang memeluk Cahaya, Namun wajah Aya membelakangi kamera dan kepalanya tertutup kupluk pink hanya rambutnya yang terurai. Morgan segera melaksanakan perintah ayahnya, ia meminta tim humasnya termasuk Aya untuk memberikan klarifikasi dengan mengundang banyak wartawan. Berita yang begitu menggemparkan. CEO grup Sunny menghabiskan liburan di Eropa dengan sang kekasih. Aya menggaruk kepalanya, ia menggigit bibirnya dan menatap foto yang terpampang dilayar dengan perasaan gelisah. Kenapa lagi lagi ia yang harus jadi boneka mereka. Apalagi ini menyangkut hati. " Jelaskan semampu Aya untuk menjernihkan skandal Surya " pinta Morgan. Aya berdiri dengan gugup. Ia yang harus menjelaskan bagaimana cintanya sang CEO pada kekasihnya dan mereka akan berencana menikah. Vidio yang mereka lihat hanya kesalahpahaman saja. Aya melaksanakan tugasnya dengan baik saat konfrensi pers, ia yang menghadapi banyak wartawan. Foto foto candid mereka saat Surya menenangkannya diperlihatkan. " Pak Surya memang tak ingin nama kekasihnya diketahui, ia ingin menjaga privasi kekasihnya. Jadi kami minta jangan lagi menuliskan fitnah untu pimpinan perusahaan kami " ucap Aya mengahiri pertemuan dengan para wartawan. Morgan tersenyum saat Aya turun dari podium. Ia mengamati anaknya yang termenung sambil mengusap wajahnya. Mulai sekarang hapus nama Eidel dalam pikiranmu. Ayah Brian punya dendam sama papa, jadi mereka akan melakukan berbagai cara untuk menghancurkan perusahaan kita. Cahaya mengetuk pintu ruangan tertinggi itu. Karena kesediannya membantu Surya, Morgan menaikkan jabatannya menjadi wakil Surya. Ia yang akan membantu CEO tampan itu dalam bekerja. " Duduklah, papa mau kamu terbiasa dengan keluarga ini " ucap Morgan yang mmebuat Cahaya tertegun. Kenapa Morgan menyebut dirinya papa. Apa mereka benar benar ingin menjalankan sandiwara ini. " Pak, saya sudah menjalankan tugas. Tapi saya mohon jangan sampai nama saya terseret sebagai kekasih pak Surya " ucap Aya dengan wajah tegang. " Sudah, jangan dipikirkan. Kamu kerja saja dengan bagus. Lama lama Surya akan jatuh cinta padamu " ucap Morgan santai, ia menepuk bahu anaknya yang terlihat yang sedang bersandar sambil memandang langit malam. " Ini hanya sementara Aya, saya janji tidak akan menyusahkanmu " sambung Surya sambil menyerahkan sebuah kartu. Aya tak menyambut kartu itu. " Saya permisi pak " ucap Cahaya dengan wajah pias. Hatinya benar benar berkecamuk sekarang. Kenapa ia harus dilibatkan dalam sandiwara cinta sang bos. Ia hanya ingin dicintai dengan tulus oleh seseorang. Cukup satu kali ia hancur karena sebuah pengkhianatan. Iya menangis di ruangannya. Surya yang kebetulan hendak pulang merasa terusik dengan suara tangis Cahaya. Diam diam ia mengintip ke ruang kerja Cahaya. Tampak gadis itu mengusap pelupuk matanya sambil mengangkat telpon. " Apa dek.., ibu masuk rumah sakit ? "
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD