Cahaya bergegas menuju rumah sakit yang telah dikasih tahu Nando, adiknya. Ia mendapati adiknya tengah termenung di ruang tunggu IGD.
" Bagaimana ibu dek ? " tanyanya cemas. Kedua adiknya saling pandang dan kemudian menatapnya intens, ia lihat mata Nadya mulai berkaca kaca.
" Kak kata dokter kanker ditubuh ibu stadiumnya terus berlanjut jika kita tidak terus menjalani pengobatannya " ucap Nando lemah. Ia mengusap wajahnya. Cahaya tertegun di tempatnya berdiri. Ia baru saja ditimpa masalah di kantor, sekarang ia harus menghadapi masalah yang serius dalam hidupnya. Ia akan butuh banyak biaya untuk pengobatan ibunya sementara gajinya hanya cukup untuk biaya sekolah kedua adiknya dan biaya sehari hari mereka.
" Kami akan ikut bekerja kak " ucap Nadya yang langsung di sanggah Aya.
" Tidak, kalian harus fokus sama sekolah. Kalau kalian tamat kuliah, silahkan bekerja. Kakak masih sanggup membiayai kalian dan ibu " tegas Hanum. Ia menghela nafas berat lalu duduk disamping Nando lalu mengusap kepala adiknya.
" Jangan kuatirkan kakak, kita sudah terbiasa dengan hal ini "
Setelah kedua adiknya masuk ke dalam ruang rawat inap ibu mereka. Cahaya menghubungi Surya. CEO itu mengangkatnya.
" Bisa kita bicara ? " tanya Hanum ragu ragu. Ia takut CEO itu merasa terganggu dengan suaranya.
" Bicaralah ..." sambut Surya tenang namun Cahaya begitu lama merespon permintaan Surya. Hanya beberapa kali helaan nafas yang terdengar.
" Kalau tak ada yang dibicarakan, tutup telponnya " sarkas atasan Cahaya itu. Cahaya segera bersuara.
" Bisa kita bertemu di kafe yang pernah kita kunjungi " ujar Cahaya tergesa-gesa.
" Tunggu aku di sana " jawab Surya pendek lalu sambungan terputus.
Cahaya segera menuju kafe dimana ia dan bosnya itu pernah menghabiskan waktu bersama. Ia memilih tempat duduk di sudut yang cukup tertutup dari arah luar.
Surya hadir setelah satu jam Aya menunggu.
" Maaf lama menunggu " ucapnya santai. Tampaknya semua permasalahan yang ditimbulkan oleh vidio yang disebarkan suami Eidel, teman dekat Surya waktu masih kecil. foto Candid saat ia memeluk Aya saat mereka berada di Eropa dan keterangannya yang menyatakan kalau Sang bos saling mencintai begitu meyakinkan. Rumor buruk tentang CEO grup terkenal itu berlahan memudar. Ia melihat beberapa gelas es teh yang dihabiskan staffnya itu.
" Tidak apa apa, silahkan duduk pak " ucap Hanum lemah. Ia sudah terlalu lelah hari ini.
" Jadi kamu mau minta bayaran soal fotomu itu ? " tebak Surya dengan wajah yang terlihat sangat tenang. Tidak seperti saat bertemu Eidel, dia terlihat begitu gelisah. Cahaya yang tadi tertunduk, mencoba merangkai kata kata yang bagus pada bosnya itu tentang meminjam uang.
" Bukan bayaran pak, tapi pinjaman, saya mau meminjam uang dari bapak untuk pengobatan ibu saya " ucap Hanum sendu sambil meremas tangannya. Ia begitu gugup berhadapan dengan bosnya yang dikenal dingin oleh seluruh karyawan.
" Tenang, saya akan membayar kamu atas sandiwara yang saya minta, mungkin mama akan menemui kamu. Kamu harus dengan tegas mengatakan padanya bahwa kamu memang layak mendampingi saya "
Cahaya terdiam, ia melihat Surya mengeluarkan ponselnya dan meminta Hanum menuliskan no rekening untuk mentransfer sejumlah uang yang diminta Aya.
" Jangan ragu ragu, tuliskan berapa nominal yang kamu mau. Mulai besok kamu lakukan tugasmu. Temui mama dan katakan kalau kamu tidak akan mundur dengan gertakannya " hentak Surya, tampak sekali ia begitu geram dengan tindakan ibu sambungnya yang sering menjodoh jodohkan dirinya dengan para wanita manja yang tak disukainya.
Cahaya menuliskan beberapa buah angka lalu memberikan hp Surya kembali. Laki laki itu mengamati lalu mengangguk. Ia sibuk beberapa saat dengan ponselnya dan kemudian terdengar denting di hp Aya. Uang sudah masuk ke rekenig Cahaya.
" Terima kasih pak " ucap Hanum sambil menunduk hormat.
" Eh...tidak cukup dengan terima kasih, sini lihat " Surya menempelkan pipinya ke pipi Aya lalu mengambil foto selfie. Ia mengirimkan itu ke no seseorang.
" Sudah, besok ia pasti mencarimu. Kamu harus punya argumen yang bagus hingga dia tak bisa lagi mengusik saya " Surya menunjuk foto profil seseorang. Cahaya menelan ludahnya, ia pernah beberapa kali bertemu dengan ibu bosnya itu. Wanita itu sangat galak.
" Aku pergi dulu " ucap Surya lalu berdiri, Cahaya tak bisa menghentikan gerakan yang begitu tergesa itu. Ia tertunduk lesu di mejanya. Memang di satu sisi, persoalan beratnya teratasi tapi di sisi lain. Ia harus menghadapi calon ibu mertua yang punya mulut pedas. Ia tak yakin punya keberanian sebesar itu untuk mengatakan kalau ia memang layak untuk seorang Surya yang hidup serba berkecukupan sementara ia hidup ditengah banyak kebutuhan keluarga yang harus ia penuhi. Ia terlihat sebagai kekaih matrialis, ia suka Surya hanya karna laki laki itu kaya. Ia pasti di debat soal itu.
Drama drama ibu kaya melempar duit ke wajah calon menantunya yang miskin, pasti sangat menyakitkan.
" Ayo Cahaya, ini hanya drama. Kamu harus jalankan tugasmu, ayo semangat ! " ucap Aya pada dirinya sendiri. Ia kemudian meninggalkan kafe. Ia terkejut ketika sebuah mobil berhenti di sampingnya. Ia melihat pintu kaca terbuka dan terkejut dengan siapa yang duduk di belakang kemudi. Surya dengan kaca mata hitamnya, CEO itu terlihat begitu mempesona dengan penampilan itu.
" Masuk, aku antar kamu pulang " perintah Surya. Cahaya tertegun sejenak lalu menggeleng.
" Jam tugasmu sudah di mulai Aya " ucap Surya sambil menunjukan sejumlah uang yang telah ia kirim. Aya terpaksa menuruti. Ia harus memenuhi permintaan bosnya itu tentang sebuah drama cinta.
Aya hanya diam sepanjang perjalanan. Ia memikirkan ibunya yang sejak lama memintanya segera mencari pasangan hidup sebelum beliau dijemput yang maha kuasa.
Surya diam diam memperhatikan wajah sendu tunangan palsunya itu.
" Bukankan masalahmu sudah teratasi dengan uang yang aku kirimkan itu "
Aya menoleh sebentar menatap bosnya dengan wajah penuh makna, Surya menangkap tatapan Aya yang membuat hatinya ikut terenyuh. Kenapa ia juga merasakan apa yang dirasakan oleh wanita disampingnya.
" Saya berjuang agar ibu saya tetap bertahan hidup, sementara bapak ingin menyakiti ibu bapak sendiri " ujar Aya dengan wajah sedih. Surya tertohok dengan ucapan Cahaya. Ia tak menjawab, ia belum cerita kalau wanita yang ia panggil mama itu bukan ibu kandungnya.
" Itu urusan saya, jalani saja yang sudah kita sepakati "
Aya tak lagi bicara, ucapannya mungkin telah menyinggung laki laki disampingnya. Tatapannya begitu dingin menatap jalanan di depan merek. Surya mengantar Aya ke rumah sakit. Ketika di gerbang rumah sakit, ia bertemu Nando, adik Aya. Sepertinya mereka sudah akrab satu sama lain. Surya mengajak Nando ke suatu tempat, tentu saja ia harus dapat izin dulu dari kakaknya.
" Boleh ya kak, bos kakak itu baik " bisik Nando.
" Kamu jangan ceritakan lagi tentang kakak padanya "
" Siap, kakak cantikku " balas Nando sambil mencubit pipi kakaknya.
Sementara itu Nyonya Rachel sudah menyiapkan sesuatu untuk Aya agar mau menjauhi anak sambungnya. Ia kesal sama suaminya yang malah mendukung hubungan putra mereka dengan Cahaya.