Bab 21 – Luka yang Tersingkap

1209 Words

Pagi itu, udara masih dingin ketika Nayla terbangun lebih awal dari biasanya. Matanya terasa berat, sisa tangisan semalam masih membekas. Ia menatap Kayla yang tidur pulas di sampingnya, wajah mungil itu terlihat damai—kontras dengan badai yang terus berkecamuk dalam hatinya. Dengan hati-hati, Nayla turun dari ranjang lalu menuju dapur. Ia menyalakan kompor, merebus air untuk teh, mencoba menenangkan diri dengan rutinitas kecil. Namun, pikirannya tidak bisa lepas dari kejadian-kejadian belakangan ini: jarak dengan Arka yang semakin terasa, perhatian Rangga yang kian mendesak, dan bisikan hatinya yang penuh keraguan. Ketika uap teh mengepul, ponselnya bergetar di meja. Nama Rangga kembali muncul di layar. “Selamat pagi, Nay. Aku tahu kamu pasti lelah. Kalau butuh sesuatu, aku bisa datang

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD