Mata tajam Kaizen beralih pada Helena, menatap seperti singa yang siap menerkam mangsanya. Dengan gerakan malas, ia melemparkan selembar dokumen ke meja. Surat perjanjian itu terbuka, memperlihatkan tanda tangan Sea diatas barisan poin-poin yang mengikat kehidupan wanita itu. “Aku tahu kau tidak setuju,” suara Kaizen rendah, datar, tetapi dinginnya menusuk hingga ke tulang. “Tapi tidak seharusnya kau melakukan ini. Dia mengandung anakku.” Helena terdiam. Wajahnya seketika memucat, tetapi bibirnya mengerucut, mencoba menutupi ketakutan yang semakin mencengkeram. Tebakannya benar. Kaizen sudah tahu semuanya. Bukan hanya soal perceraian, juga soal perjanjian pernikahan yang sudah dia ubah. Tapi peduli apa? Sea hanya seorang p*****r yang menjual tubuhnya. Elizabeth juga pasti menentang pe