Sikap dingin Mahesa yang selalu ia tunjukkan pada Ziya selama beberapa hari Ziya tinggal di rumah pria itu membuat Ziya tersiksa. Ziya ada tapi dianggap tidak ada. Sakit hati, tapi Ziya bisa apa? Jika bukan karena Essa, Ziya akan memilih untuk segera angkat kaki dari rumah itu. Ia tidak akan lagi peduli jika Mahesa akan membeberkan semua tuduhannya kepada kakaknya. Tidak seperti biasanya, sore itu Mahesa pulang lebih cepat. Langit jingga masih memayungi bumi Jakarta ketika Mahesa tiba bersama Aruna. Dengan sekantung karton besar berisi makanan ringan untuk Essa yang ia peluk di depan perutnya, Aruna berjalan sedikit tergesa menuju teras. Ia menolak ketika Mahesa menawarkan bantuan untuk membawa kantung itu. Gadis itu ingin bertemu Essa secepatnya. “Essaaa!” panggilan Aruna yang nyaring