Ziya masih mencari jawaban dari pertanyaan yang tiba-tiba muncul dalam benaknya ketika Andrew membawanya kembali ke dalam vila. Pria itu membimbing Ziya untuk duduk di kursi kayu panjang yang berhadapan dengan jendela besar. Tangannya masih berada di pundak Ziya sampai mereka sama-sama bersandar ke punggung kursi. “Aku tahu kamu masih bingung dengan semua ini, tapi kamu harus percaya padaku jika tidak ada orang yang lebih mencintai kamu daripada aku,” tutur Andrew. Ziya menoleh. Tatapan penuh tanyanya menjelajahi wajah Andrew. Sekilas, ia melihat bayangan pria lain di wajah Andrew. Namun, ia tidak bisa mengingat dengan jelas siapa pria itu sehingga ia hanya menatap wajah dengan struktur rahang yang kuat dan nyaris sempurna di hadapannya. “Kenapa kamu melihatku seperti itu?” Mata Andrew