Part 4

1314 Words
Part 4 Setiap orang punya alasan kenapa dia berbohong, sebab ketika dia jujur akan ada banyak yang terluka nantinya. Karena tidak semua hal harus diketahui secara gamblang. *** Alden tiba di rumah sakit dengan Bella yang ada di dalam gendongannya. Marcello selaku kakak kedua Bella, langsung berlari ketika melihat mobil Alden berhenti di lobby rumah sakit dan lelaki itu membawa adiknya keluar dengan darah yang terus menetes dari kain yang menutupi luka tersebut. "Lagi?" tanya Marcello membuat Alden menganggukkan kepalanya. "Kamu mengurangi pengawasan kamu atau bagaimana?" pertanyaan Marcello tidak di jawab oleh Alden ketika mereka memasuki ruangan khusus untuk Bella. Alden meletakkan kekasihnya di atas brangkar lalu merobek kain penahannya membuat dia mengambil beberapa tetes darah di sana. "Tolong obati Bella, aku mau ke Lab dulu," kata Alden langsung berlari keluar tanpa berpamitan dengan Marcello. Alden kini memasuki Lab Sergio Hospital dengan pakaian steril yang sebelumnya sudah diberikan oleh petugas. Kalian tahu siapa petugasnya? Ya, Justin. Sahabat dari kakak kedua Bella yang tidak sengaja dia temui di tengah jalan. Karena dia membutuhkan bantuan Justin, jadi lah dia tarik lelaki itu hingga di sini lah mereka sekarang. "Darah siapa ini? Jangan-jangan kamu menghamili Bella?!" suara Justin yang histeris membuat Alden mendengus kesal. Beruntung tidak ada orang di sini. Coba kalau ada? Sumpah, Alden akan kabur dari tempat ini. "Itu darah Bella, Justin. Kekasihku sepertinya di tusuk seseorang, soalnya luka tusukannya itu tidak mau berhenti. Bahkan mungkin, Marcello akan menghubungi kalian melalui interkom kalau dia butuh darah sekarang," kata Alden. "Terus kenapa kamu di sini?" tanya Justin tanpa mau bertanya kenapa Bella terluka. "Aku mau tahu, apakah di darah itu ada racun atau tidak. Tolong ya, Justin. Jangan membuat aku mengulang lagi perkataan yang sama!" dengus Alden membuat Justin melaksanakan tugasnya dengan baik. Selama Justin sibuk dengan tugasnya, Alden menghubungi kembarannya yang masih berada di sekolah saat ini. "Aidan, apa Angel sudah menemukan pelakunya?" tanya Alden langsung tanpa basa-basi. "Bukan hanya pelaku tapi juga pisau yang dia gunakan untuk melukai kekasihmu." suara Aidan yang tenang membuat Alden memikirkan suatu hal. "Apa dia di suruh oleh Medusa itu?" tanya Alden lagi. "Kamu peka sekali ternyata. Aku dan yang lain akan ke rumah sakit. Masalah ini belum aku lapor kepada kepala sekolah. Sebab, kamu pasti tahu akhirnya akan seperti apa, dan anak ini tidak bersalah, Al. Kamu sangat tahu bukan siapa yang pantas di salahkan di sini. Kalau aku lapor hari ini, aku takut dia dikeluarkan saat ini juga. Apalagi, kalau sampai berita ini terdengar di telinga Bella, pasti dia akan marah sekali padamu. Ingat, Alden ini bukan kejadian pertama dan kamu harusnya sudah tahu bagaimana calon istri kamu bertindak. Wanita bar-bar itu tidak suka merusak kebahagian orang yang tidak bersalah." Alden tahu, Aidan akan berbicara panjang lebar saat dia mau mengingatkan aku apa yang Bella tidak sukai. Walau Aidan dan Bella seperti kucingg dan Anjingg yang selalu bertengkar, tapi di sisi lain mereka punya sisi perhatian yang tidak mereka sadari. Bahkan Alden saja kalau melihat mereka bertengkar malah tidak peduli, karena Alden tahu, mereka tidak berniat melakukan itu. Hanya ego mereka saja yang tidak mau mengakui kalau takdir akan menjadikan mereka keluarga. "Laporkan saja, aku tidak peduli." Alden berkata pada kembarannya sambil menatap Justin yang menatapnya dengan pandangan seriusnya. "Aku tidak akan melaporkannya, kamu saja yang melaporkannya. Aku malas berurusan dengan wanita bar-bar kamu. Bye!" Alden sudah tidak peduli lagi apa yang dikatakan kembarannya, karena dia langsung berlari keluar dari ruangan Lab menuju tempat Bella. Bahkan Justin yang melihat Alden berlari secepat kilat, melakukan hal yang sama bedanya dia menunggu cetakam hasil lab terlebih dahulu. "Marcello!!" lelaki yang tengah panik dengan kondisi adiknya yang sampai saat ini belum sadarkan diri menoleh pada Alden. "Kenapa? Apa yang kamu dapatkan?!" tanya Marcello membuat Marcelle ikut mendekati mereka. "Kamu tahukan cara membuang racun?" tanya Alden membuat Marcello langsung mengerti ke arah mana pembicaraan ini. "Cel, kita har--" "Aku sudah tahu! Bantu aku urus masalah Bella. Lalu kalian berdua pergi ke tempat pengambilan darah aku butuh ini saat operasi dan rahasiakan ini dari keluarga kita dulu. Apalagi ayah kamu, Alden!" "Baik." Alden dan Marcelle keluar dari ruangan Bella bersamaan dengan Bella yang di bawa ke ruang operasi. Mereka tidak pernah tahu awal ajaran baru malah membuat Bella lagi-lagi masuk rumah sakit. "Kamu harus jelaskan padaku, Alden!" perkataan dingin Marcelle hanya dia jawab senyuman tipis dari Alden. "Tentu saja, setelah aku membunuh mereka!" *** Billy berada di perjalanan menuju rumah sakit bersama dengan yang lain. Karena dia tidak menyetir, Bian lah yang dia jadikan supirnya untuk hari ini. Sebab Billy merasakan jantungnya berdebar kencang sekali, dia yakin adiknya pasti mengalami situasi yang buruk. Setiap kali Bella terluka maka Billy akan seperti ini. Walau tidak seperti Bella reaksinya. Tapi, ini sangat mengganggu aktivitasnya. "Masih sakit?" tanya Bian yang ikut khawatir melihat saudaranya kesakitan seperti ini. "Gak sakit si, Bi. Cuma kaya detak jantung kamu gak kaya biasanya aja. Aku takut Bella kenapa-kenapa. Mana tadi bekas darah di sama banyak sekali." jawaban Billy tentu saja membuat seorang Bian mengingat kembali apa yang dia lihat sebelum menyusul adiknya ke rumah sakit. Bahkan lucunya, bocah yang menusuk Bella, memohon ampun pada mereka, alasannya karena dia di suruh oleh Putri dan kawan-kawan. Bian masih tidak tahu apakah itu alibi atau benar medusa itu dalang dari semuanya. Yang pasti siapa pun pelakunya harus menerima ganjaran yang tepat. Bian tidak akan melepaskan pelaku begitu saja. Makanya dia meminta anak itu ikut bersama mereka. "Bella kuat. Dia tidak akan mati hanya karena luka tusukan seperti itu," kata Bian. "Kadang aku sedih, Kak. Kenapa ya, Bella selalu melindungi kita? Kenapa dia selalu jadi tameng dan jadi sosok yang terluka setiap saat. Ingin sekali aku menggantikan bebannya, Kak. Aku tidak tega melihat Bella seperti ini. Sudah sakit, lalu jadi incaran siapa saja yang menginginkan kematiannya. Bukan kah adik kita itu sangat menyedihkan?" Bian terdiam mendengar perkataan adiknya. Jujur, dia juga ingin sekali Bella tidak merasakan sakit. Bahagia sebagai anak muda pada umumnya, tapi entah kenapa takdir mereka tidak bisa. Sebagai cucu terakhir, Bella memang sasaran paling tepat untuk musuh-musuh keluarga mereka. Makanya, kenapa semua orang berusaha menjaga Bella. Takdir yang dituliskan pada adiknya itu, begitu menyakitkan kita semua. "Bella tidak suka kamu berkata seperti itu, ada baiknya kita berdoa, semoga Bella baik-baik saja." **** Aidan dan yang lain tiba di rumah sakit bersamaan. Bahkan mereka memarkirkan mobilnya bersebelahan. Angel keluar bersama adik kelasnya yang berhasil melukai Bella tadi, dengan para lelaki berjalan di belakangnya. "Loh? Kalian kenapa di sini?" tanya Alexa ketika melihat bocah-bocah seragam sekolah di depannya masuk ke rumah sakit tempat dia bekerja. "Bella di tusuk sama nih manusia, Kak." "Apa?!" "Kalau mau tahu jelasnya kita ke tempat Bella saja," kata Billy memotong segala perkataan yang akan keluar dari mulut Alexa. Bahkan bisa mereka dengar, Alexa meminta izin untuk ikut bersama dengan mereka. "My Brother! Bagaimana kondisi Bella?" tanya Bian yang berusaha mencairkan suasana yang begitu mencekam. Bahkan ketika Alden melihat bocah yang digandeng oleh Angel ketakutan membuat lelaki itu berjalan mendekatinya. "Punya nyawa berapa anda, sampai berani menyentuh milik saya?!" Alden mencengkram wajah bocah itu yang langsung di tepis oleh Angel. "Kami tahu kamu sangat ingin membalaskan luka Bella, tapi bukan seperti ini, Alden. Bocah ini hanya di suruh oleh Putri dan kawan-kawannya. Bahkan kita punya bukti akan hal tersebut," kata Angel membuat Alden tersenyum sinis. "Kalau tidak ingat bagaimana sosok Bella. Anda bisa mati di tangan saya sekarang!" Alden memilih duduk kembali setelah berteriak dengan kasar di depan semua orang. Bahkan lelaki itu menunggu dengan penuh kecemasam, operasi yang ternyata membutuhkan waktu lama ini. Padahal sudah dua jam berlalu tapi tidak ada tanda-tanda Marcello dan Justin akan keluar, apa mungkin kondisi Bella sangat buruk? Di tambah lagi Alden merasa tidak enak saat ini. Entah kenapa seperti ada badai besar yang akan menyerang mereka semua. "Apa perlu saya bakar semua fasilitas kalian?" Benar saja. Badai tersebut akhirnya datang. Sesuatu yang mereka semua hindari ternyata tidak bisa mereka lakukan. ****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD