Dini melangkah penuh percaya diri memasuki taman kota. Langkahnya mantap, bibirnya merah menyala, dan alisnya setegas jalan tol. Jaket olahraga ketat membalut tubuhnya, dipadukan dengan legging warna mencolok yang membuat beberapa orang menoleh, entah karena kagum atau syok. “Biarin! Sekalian pamer! Biar si bocah tahu diri!” gerutunya sambil menegakkan kepala. Matanya langsung menangkap Ali yang sedang duduk di bangku taman, menyeka keringat dengan handuk kecil. Di sampingnya, Amira duduk manis, wajahnya segar meski tanpa sepolas makeup pun. Bahkan rambutnya hanya diikat seadanya. Sialnya, tetap cantik. Ali sempat tercengang saat melihat Dini datang dengan dandanan seperti mau resepsi. Ia berdiri, mencoba menyambut istrinya dengan senyum. “Sayang, kamu datang juga?” sapa Ali pelan. Di