Pagi itu, udara Jakarta terasa berbeda. Matahari bersinar hangat tanpa terlalu menyengat, dan suara burung pipit terdengar dari pohon ketapang di halaman kecil belakang rumah. Norika berdiri di depan cermin, membetulkan dasi kecil di kerah seragam putih Aster. Anak itu berdiri tegap dengan ransel baru di punggungnya—dengan motif kelinci biru dan pita merah muda. “Deg-degan, Ma,” bisiknya pelan. Norika tersenyum, membungkuk lalu mengecup pipi anak perempuannya. “Nggak apa-apa, sayang. Deg-degan itu tandanya kamu siap untuk hal baru.” Dari arah pintu, Gyan muncul dengan kamera. “Kita harus abadikan momen ini. Hari pertama sekolah harus jadi kenangan paling manis.” Klik. Satu foto diambil saat Norika mengangkat Aster dan memeluknya erat. Klik. Foto kedua ketika Gyan menggendong Aster