5. Godaan Apalagi Ini

1197 Words
"Kai!" Tubuh Kaisar terlonjak kaget. Memutar kepala ke belakang, mendapati sang mama yang kini menghampirinya. "Baru pulang?" tanya Kristi pada putranya. Kaisar hanya mengangguk. Kristi duduk di samping putranya lalu menyentuh lengan Kaisar membuat keduanya saling berhadapan. Kristi memperhatikan wajah Kaisar. "Kai, kamu sakit?" Kepala Kaisar menggeleng. "Tidak. Aku nggak pa-pa, Ma." "Tapi wajahmu merah." "Apa iya?" Kaisar menyentuh wajahnya sendiri lalu terkekeh. "Mungkin aku lagi capek saja, Ma," dustanya memberi alasan. "Ya sudah. Kamu mandi dulu sana. Setelah itu kita makan malam. Tadi istri kamu sudah bantuin mama masak. Ternyata dia pandai juga memasak. Mama baru tahu dan kamu harus mencicipi masakan istrimu." "Iya. Tapi kayaknya aku makan dulu saja. Mandinya nanti sekalian habis makan," jawab Kaisar ada nada kegugupan sekaligus keengganan. Ya kali dia harus kembali ke dalam kamar lalu menemukan Alea dalam keadaan tanpa busana. Kaisar mengusap tengkuknya yang merinding mengingat kejadian beberapa saat yang lalu. "Kalau begitu ... sebentar mama siapkan dulu makanannya. Mungkin kamu sudah tidak sabar untuk mencicipi masakan Alea." "Ma! Bukan seperti itu juga. Hanya saja ... sudah lah. Nggak ada gunanya juga kita membahas hal yang sudah terjadi. Tapi aku mohon sama mama untuk tidak berharap banyak pada pernikahanku dengan Alea." "Kenapa kamu mengatakan seperti itu, Kai. Bahkan kamu belum menjalani pernikahan itu. Ini baru dua hari kalian menikah. Tidak menutup kemungkinan semakin kamu mengenal Lea, maka suatu saat nanti kamu akan menerima kehadirannya dan lebih-lebih jika kamu bisa mencintainya." , "Itu tidak mungkin, Ma, karena sampai kapan pun hanya Dias yang aku cintai." Ada sedih yang tersirat di wajah Kristi. Namun, perempuan itu tak mau memperdebatkan hal itu lagi. Jujur, ada rasa bersalah pada diri Kristi karena harus memisahkan Kaisar dengan Dias yang telah menjalin hubungan ada dua tahun lamanya. Tapi Kristi juga tidak bisa hanya diam saja membiarkan putranya digantung hubungan oleh Dias dengan alasan karena perempuan itu menjadi tulang punggung keluarganya. Belum lagi jika beneran Kaisar menikah dengan Dias. Apa Kaisar tidak akan memikul beban keluarga Dias. Kristi menghela napas panjang. Mungkin memang dengan menikahkan Kaisar dengan Alea adalah pilihan yang tepat. Selain karena janjinya pada almarhum Damar dan Alana, dengan Kaisar tidak menikah dengan Dias maka puranya itu juga akan terhindar dari pernikahan toxic yang bisa jadi setelah menikah kelak, Dias akan terus digerogoti oleh keluarganya dalam segi ekonomi. Perempuan itu beranjak berdiri meninggalkan putranya dalam diam. Menuju dapur untuk megambil makanan dan menghidangkan di atas meja makan. Sementara Kaisar hanya diam dengan sesekali mengusap kasar wajahnya. Hingga satu per satu anggota keluarganya mulai berdatangan dan berkumpul di ruang makan termasuk Alea juga. Kaisar hanya melirik sekilas pada istrinya yang tampak segar karena sehabis mandi. Belum lagi saat Alea duduk di sebelahnya. Aroma harum dari sabun mandi bercampur parfum yang dipakai perempuan itu menusuk indera penciuman Kisar. Ada debar yang dirasa apalagi saat pria itu mengingat bagaimana bentuk tubuh Alea di balik baju rumahan berupa kaos kedodoran dan celana training panjang. "Ayo Kai kamu cicipi. Ini Alea yang masak. Papa juga. Pasti kalian akan ketagihan dengan masakan Alea." Dengan semangat Kristi mengisi piring sang suami dengan makanan, pun halnya dengan Kaivan yang malah menyodorkan piringnya di hadapan sang kakak ipar. Membuat Kristi harus menegur putra keduanya itu. "Ivan, ambil sendiri ih. Masak minta Lea yang mengisi piringmu." "Ya, nggak pa-pa lah, Ma. Sekali-kali diladeni sama kakak ipar. Sudah lama sekali aku ingin punya kakak perempuan dan sekarang ada Alea." "Iya, Ma. Nggak apa-apa. Sini, Van! Kamu mau yang mana?" tawar Alea menerima piring yang Kaivan sodorkan padanya. "Aku mau mencicipi semuanya." Kaisar hanya melirik sekilas interaksi di antara istri dan adiknya. Entah kenapa ada rasa heran saat tau adiknya bisa langsung akrab dengan Alea padahal perempuan itu hanyalah orang baru dalam keluarganya. "Ini enak sopnya," ucap Kresna yang menyeruput kuah sop bakso ikan di dalam mangkuknya. "Udangnya juga gurih, Pa. Ayo papa coba." Kristi menimpali. Perempuan itu tidak berbohong memuji masakan Alea yang enak karena memang selezat itu masakan sang menantu. Tak lama Kaivan pun ikut-ikutan memuji. "Iya nggak nyangka kakak ipar pintar masak. Beruntung lah Kak Kai yang bisa menikah dengan istri cantik dan pandai masak seperti Alea." "Jangan memujiku berlebihan, Van. Tidak baik," ucap Alea tidak enak hati akan pujian yang diberikan padanya. "Tapi ini memang beneran enak, Lea." Malah Kresna ikut-ikutan memuji. "Terima kasih, Pa." Wajar saja jika masakan Alea memang seenak itu sebab perempuan itu pernah bekerja di sebuah resto sambil kuliah dulu. Terbiasa membantu chef memasak selama lima tahun yang membuat Alea jadi banyak memiliki resep masakan enak. Hanya saja setelah dia bekerja sebagai seorang perawat dan dirinya tinggal di rumah kos sederhana, Alea jadi jarang lagi memasak sebab tak ada waktu banyak baginya berkutat di dalam dapur. Bekerja saja sudah menghabiskan tenaganya sehingga wanita itu lebih suka membeli makanan jadi saja ketika lapar melanda. Di ruang makan kali ini suasana lebih berwarna karena lontaran pujian dari para anggota keluarga, kecuali Kaisar yang sejak makan tadi memilih diam tak bersuara, tapi malah menghabiskan satu piring makanannya. Dalam hati Kaisar ikut membenarkan bahwa masakan Alea memang enak, lebih enak dari masakan mama atau pembantu di rumahnya. "Aku sudah selesai." Kaisar beranjak berdiri setelah mengosongkan isi piringnya. "Aku ke kamar dulu. Mau mandi." Tak ada yang melarang kepergian Kaisar karena setelahnya mereka kembali mengobrol dan Alea pun ikut membereskan sisa makan malam mereka. Bahkan, Kristi harus melarang menantunya yang hendak membantu bibik mencuci bekas makan mereka. "Lea, sudah biarkan saja bibik yang mencucinya. Mama tau kamu pasti capek karena sepulang kerja tadi kamu belum istirahat sama sekali. Lebih baik sekarang kamu ke kamar dan istirahat di sana." "Baiklah, Ma, kalau begitu aku ke kamar dulu." Alea melenggang pergi masuk kembali ke dalam kamar. Tidak ia dapati keberadaan Kaisar karena dia tau jika Kaisar ada di dalam kamar mandi. Terdengar dari suara gemericik air dari dalam sana. Alea tak ambil pusing tentang Kaisar. Meski keberadaannya di rumah ini tak dianggap oleh pria itu, Alea tak mempermasalahkannya yang penting Kristi, Kresna dan Kaivan masih menghargainya sebagai anggota keluarga. Dan hal itu sudah cukup bagi Alea. Sementara Kaisar biar saja. Alea bahkan masih mengingat ucapan Kaisar yang mengatainya sebagai perempuan munafik di malam pertama mereka menikah dan sampai kapan pun Alea akan terus mengingatnya. Dia tak akan berharap banyak pada Kasiar apalagi bermimpi jika Kaisar bisa menjadi suami yang baik untuknya. Rasanya mustahil sekali. Sebelum tidur, Alea melepas celana trainingnya dan hanya menyisakan celana pendek saja. Perempuan itu duduk di depan meja rias, mengoleskan krim malam pada wajahnya. Lalu dilanjut dengan menggunakan lotion pada kulit tangan dan kakinya. Ceklek Pintu kamar mandi terbuka. Alea tau jika Kaisar keluar dari dalam kamar mandi. Sengaja perempuan itu tidak mengangkat kepala apalagi menoleh pada keberadaan suaminya. Alea tetap fokus pada aktifitasnya. Namun, lain dengan Kaisar yang lagi-lagi gagal fokus pada keberadaan Alea di dalam kamarnya. 'Cobaan apalagi sekarang, ya, Tuhan!' gerutu pria itu yang sempat melirik pada apa yang Alea lakukan. Perempuan itu mengusap lotion dari paha sampai betis dan itu semua sanggup membuat Kaisar menelan ludah kesusahan. Jakunnya naik turun dan lagi-lagi dia harus tersadar akan keterpanaan saat Alea beranjak berdiri dan melewatinya begitu saja. Bahkan perempuan itu dengan santai merebahkan dirinya di atas ranjang. Menarik selimut membungkus badan. Memejamkan mata dalam posisi tidur miring membelakangi Kaisar.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD