6. Akan Alea Pastikan Kaisar Lah Yang Kecintaan Padanya

1016 Words
Satu minggu berlalu, tak terasa Alea menjalani kehidupan barunya sebagai istri yang tak dianggap oleh Kaisar. Dalam kurun waktu satu minggu itu pula, hubungan keduanya tak ada perubahan. Masih saling diam dan enggan berinteraksi satu dengan yang lainnya. Alea sendiri tak mau ambil perduli dengan sikap dingin Kaisar. Kaisar abai padanya, Alea pun bersikap hal yang sama. Tidak ada percakapan atau obrolan di antara mereka meski jika di rumah, Alea dan Kaisar akan tidur di satu kamar juga di satu ranjang yang sama. Awalnya mungkin Alea merasa canggung karena harus hidup bersama dengan lelaki asing yang telah menikahinya. Namun, setelah seminggu berlalu rasa canggung itu berusaha Alea enyahkan. Alea sadar akan statusnya yang sekarang meski orang lain tak ada yang tau jika dia sudah menikah. Berbeda dengan Kaisar. Mungkin iya di awal dia dan Alea bersama, Kaisar selalu bersikap dingin, angkuh dan cuek. Namun, makin hari tingkah laku Alea semakin mengusik ketenangan hidupnya. Bagaimana tidak jika Alea tak pernah menganggap dirinya ada. Bahkan perempuan itu tidak ada takut-takutnya sama sekali berduaan dengannya di dalam kamar miliknya. Bukankah jika pasangan yang menikah karena perjodohan kebanyakan akan mengasingkan diri. Seperti tidur di kamar terpisah atau mungkin tidak tidur di satu ranjang yang sama karena perempuan biasanya enggan dan takut disentuh oleh suami yang belum dikenalnya. Tapi Alea? Perempuan itu berbeda. Sama sekali tidak terlihat takut padanya. Padahal dia adalah lelaki normal yang gampang terpesona akan keberadaan sosok wanita yang setiap malam selalu tidur di sampingnya. Seperti halnya malam ini. Alea yang selesai shif sore baru kembali ke rumah hampir tengah malam. Ia pikir Kaisar sudah tidur. Tapi nyatanya belum. Saat pintu kamar terbuka, pandangan mata keduanya sempat beradu, sebelum pada akhirnya Alea lah yang lebih dulu membuang pandangannya. Menutup kembali pintu kamarnya. Lalu menyimpan tas kerjanya serta mengambil baju ganti lalu pergi ke kamar mandi. Kaisar yang duduk di atas ranjang dengan tangan memegang ponsel dan punggung yang bersandar pada kepala ranjang, berdecak lirih. Benar-benar layaknya orang asing yang tidak saling mengenal. Alea sungguh menyebalkan di mata Kaisar. Bahkan sedikit pun tak ada sapaan dari wanita itu meski hanya sekedar salam. Meski mulai menaruh kesal, Kaisar berusaha tak perduli dan kembali pada ponselnya. Lelaki itu sedang berkirim kabar pada Dias, kekasihnya. [Kai, aku tidur dulu ya. Besok harus bangun pagi-pagi. Bantuin Ibu yang ada pesanan nasi.] Begitulah isi pesan yang Dias kirim padanya. Kaisar tersenyum miris. Nasib Dias memang tak seberuntung dirinya yang terlahir dalam keluarga kaya. Tapi, Dias adalah wanita keras kepala yang apa kemauannya tak bisa dipatahkan sekalipun itu oleh Kaisar. Andai Dias menurut dan mau segera dinikahi olehnya mungkin hidup wanita itu tak akan sesusah sekarang karena Kaisar tak akan keberatan seandainya ikut membantu keuangan keluarga Dias jika mereka telah menikah. Namun dasarnya Dias yang masih juga enggan menikah sebelum salah satu adiknya lulus sekolah dan Kaisar tak bisa berbuat banyak sampai pada akhirnya dia duluan yang kini malah sudah menikah dengan perempuan lain. Suara derit pintu kamar mandi yang terbuka, mendongakkan kepala Kaisar. Muncul dari dalam sana Alea dengan rambut basah sehabis keramas. Pakaian perempuan itu yang hanya mengenakan daster rumahan tanpa lengan sepanjang atas lutut menampakkan kulit putih mulus yang lagi-lagi mampu membuat Kaisar menelan ludahnya. Kaisar akui jika Alea memang cantik. Tapi Dias lebih manis. Tanpa sadar Kaisar malah mengikuti setiap pergerakan Alea yang duduk di kursi depan meja rias. Meja yang mulai menghuni kamarnya setelah dia menikahi Alea dan mamanya lah yang mengatur itu semua. Kaisar terpaksa merelakan sebagian ruang di kamar pribadinya untuk Alea. Alea menyalakan hairdryer dan mulai mengeringkan rambutnya. Dilanjut dengan ritual malam yang lainnya seperti mengaplikasikan krim malam serta mengoles lotion di kulit tangan dan kakinya. Kegiatan yang sudah satu minggu ini berhasil memusatkan perhatian Kaisar pada perempuan itu. Entah Alea yang sengaja melakukan hal itu untuk menggodanya atau memang dia saja yang terlalu lemah imannya. Karena acapkali ingin menghindar, tapi matanya justru jelalatan. Lihat saja bagaimana mata nakal Kaisar malah menikmati pemandangan itu. Dari saat Alea mulai mengangkat kaki untuk ditopang ke kakinya yang lain. Lalu perempuan itu menunduk mengusap kulit kakinya yang mulus. Kaisar tak sanggup berpaling. Pun halnya saat Alea menyelesaikan semua aktifitasnya lalu beranjak berdiri dan menuju ranjang. Kaisar masih betah memperhatikan. Seperti biasanya Alea sama sekali tak menghiraukan keberadaan Kaisar meski jarak mereka hanya sejengkal. Wanita itu merebahkan badan tepat di samping Kaisar. Menarik selimut lalu mulai memejamkan mata. Tubuhnya sangat lelah dan ranjang empuk inilah yang sejak tadi dinantikan oleh Alea. Kaisar menolehkan kepala menatap punggung Alea yang membelakanginya. Lelaki itu menggerutu dalam hati. 'Apa dia sengaja menggodaku, hah!' umpatnya lalu mengusap sesuatu miliknya yang mulai menggeliat bangun hanya lantaran melihat punggung serta lengan Alea yang terekspos di depan matanya. Lama-lama disuguhi pemandangan perempuan cantik seperti ini di setiap malamnya, membuat Kaisar hampir gila karenanya. Bagaimana mungkin dalam kurun waktu satu minggu saja, keberadaan Alea sanggup menjungkirbalikkan nafsunya. Mungkin Kaisar belum mencintai perempuan itu karena di hatinya hanya ada Dias seorang. Hanya saja sebagai seorang lelaki yang lemah iman, keberadaan sosok wanita yang merupakan istrinya, tentu saja mengusik ketenangan hidup Kaisar. Parahnya lagi, Alea seolah tak ambil perduli dengan keresahan hati Kaisar karena perempuan itu malah begitu tenang dan damai tidur di satu ranjang yang sama bersama lelaki itu. 'Sial!' umpat Kaisar. Meletakkan kasar ponsel di atas nakas lalu pria itu turun dari atas ranjang langsung masuk ke dalam kamar mandi. Suara bantingan pintu kamar mandi yang mengusik Alea, perempuan yang belum sepenuhnya tertidur itu menolehkan kepala. Tersenyum puas karena melihat Kaisar uring-uringan. Lalu kembali memejamkan mata berharap pagi segera tiba. Alea sama sekali tak ambil pusing meski Kaisar tak menganggap keberadaannya. Namun, Alea akan pastikan bahwa ucapannya saat itu akan ia wujudkan. Cepat atau lambat Kaisar lah yang akan kecintaan padanya. Meski pria seperti Kaisar bukanlah sosok suami impiannya. Jujur dalam hati, Alea berharap memiliki suami seorang lelaki yang sabar, setia dan sayang padanya. Karena di dunia ini Alea tak lagi memiliki keluarga jadi wajar jika dia menginginkan sosok pendamping hidup yang bisa menjadi sandaran dan tempat ternyaman untuk pulang. Dokter Andika Kusuma Wijaya. Satu nama yang hanya mampu ia sebut dalam hati tanpa berani menaruh harapan yang tak pasti.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD