05. Hang Out

1403 Words
"Ngapain kamu ke sini?" tanya Adreanne dengan nada tak bersahabat pada Edzard. Edzard menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Kata Nico kalau ceweknya lagi marah samperin sama kasih cokelat, terus ajakin jalan," ujarnya polos. Mata Adreanne membola mendengar jawaban polos Edzard. Nico benar-benar meracuni otak Edzard, lagipula kenapa Edzard percaya saja dengan playboy cap kuda seperti Nicholas?! "Tapi aku bukan cewek atau pacar kamu," ujar Adreanne sambil menautkan alisnya. "Sejak kemarin kamu kan pacar aku," sahut Edzard santai. Wajah Adreanne yang putih berubah menjadi merah, terlebih di pipinya yang berisi. "Ngaco kamu!" sinis Adreanne, ia melototkan matanya menatap Edzard yang masih tampak santai. Bukannya ngeri atau takut, Edzard malah terkekeh geli melihat wajah merah malu dan kesal Adreanne, sangat lucu. "Kamu lucu," ucap Edzard tulus. "Ih Edzard! Kamu ngapain sih?! Ngalus aja dari tadi!" keluh Adreanne malu bercampur kesal. Ia sangat bingung dengan sikap Edzard yang menurutnya sangat aneh, dan sejak kapan Adreanne membiarkan seorang lelaki berani menggoda dirinya?! "Ngalus itu apa?" tanya Edzard seraya mengerutkan dahinya. "Kata Lily ngalus itu gombal, ngegombalin cewek gitu," jawab Adreanne jujur. Edzard terkekeh. "Tapi aku kan nggak gombal." Adreanne mendengus malas, ia bersiap akan menutup pintu rumahnya kembali. Ia tak ingin meladeni kelakuan aneh Edzard. "Hang out yuk! Mumpung libur sama nggak ada tugas sekolah," ajak Edzard dengan mata yang berbinar. Adreanne tidak langsung menjawab, ia memikirkan ajakan Edzard. Ini pertama kalinya ada seorang cowok yang berani mengajaknya jalan keluar, bukan karena Adreanne ngenes karena tidak ada yang mengajak keluar. Tapi kakaknya Damien selalu melarang dirinya pergi bersama seorang pria, kecuali bersama perempuan. Dan selama ini hanya Lily yang selalu pergi jalan atau nongkrong bersama dirinya. "Kamu coba bilang ke bang Damien, soalnya aku pasti nggak boleh pergi kalau kamu nggak izin dulu," jelas Adreanne. Edzard mengangguk. "Bang Damien di mana?" Adreanne membuka lebar pintu rumahnya. "Masuk dulu," imbuhnya. Tanpa banyak bicara Edzard langsung melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah Adreanne. Setibanya di dalam rumah, telinga Edzard disambut oleh alunan suara piano yang indah. Edzard bertanya-tanya dalam hati, siapakah yang memainkan piano tersebut? "Itu bang Damien," ujar Adreanne sambil menunjuk ke arah Damien yang sedang memainkan piano. Ah, ternyata kakak Adreanne yang memainkan piano itu di sudut ruangan dekat sofa ruang tamu. Adreanne dan Edzard pun berjalan mendekati Damien yang masih asik memainkan piano, tidak menyadari kehadiran keduanya. "Bang Dami, Rea boleh pergi sama Edzard nggak?" tanya Adreanne langsung. Damien menoleh dan saat itu jiga permainan nya berhenti, Damien menatap Edzard dan Adreanne satu persatu dan kemudian mengangguk. Mata Adreanne membola menatap Damien tak percaya. "Beneran boleh nih?" tanyanya memastikan. Damien mengangguk. "Iya beneran. Tapi pulangnya jangan ke sorean, nanti Bunda marah," pesan Damien. Adreanne tersenyum kecil dan mengangguk. "Ya udah aku ganti baju dulu," "Hm, kamu duduk dulu," titah Adreanne pada Edzard yang masih setia berdiri disampingnya. Setelah itu Adreanne pun berjalan ke lantai atas menuju kamarnya untuk bersiap-siap. Ia sangat bersemangat karena ini pertama kalinya ia boleh pergi keluar di hari minggu bersama orang lain dan bukan Lily. "Lo bisa main piano?" tanya Damien, ia berjalan ke arah Edzard yang duduk di sofa. Kedua tangannya memegang dua minuman kaleng. Edzard menerima minuman yang di sodorin oleh Damien, ia membuka minuman itu dan meneguknya. Setelah itu ia menggeleng, menjawab pertanyaan Damien tadi. "Kenapa lo deketin adik gue?" tanya Damien. "Gue nggak deketin dia," sahut Edzard santai. Damien mengerutkan dahi. "Jelas lo deketin dia." "Sebena-" Baru saja Edzard hendak ngomong, tapi suara ceria Adreanne memotong ucapannya. "Ayo, Ed!" seru Adreanne. Edzard mengangguk dan kemudian berdiri. "Kami pergi dulu, bang," pamit Edzard. Damien pun mengangguk, "Jaga adik gue, jangan pulang ke sorean," pesannya. Sekali lagi Edzard mengangguk. *** "Kita mau ke mana?" tanya Adreanne pada Edzard yang masih fokus mengendarai mobilnya. "Kamu mau ke mana?" tanya Edzard balik. "Taman bermain?" jawab Adreanne yang lebih tepat seperti bertanya. Edzard mengangguk. Ia tahu di mana taman bermain yang terdapat banyak permainan, selama sebulan ia di bumi ia sudah menjelajahi kota yang ia tinggali saat ini. Sudah banyak juga yang ia ketahui tentang benda, barang, dan manusia di sini. Terlebih dengan uang. Untung saja ia memiliki banyak emas dan berlian, diberikan oleh Edrea tempo lalu. Berlian dan emas sangat banyak bertebaran di dunianya, bahkan untuk membeli sesuatu sebagai alat pembayarannya adalah emas. Edrea tempo lalu memberikannya banyak sekali emas dan menukarkannya di toko emas yang ada di Bumi ini. Jadilah Edgar mendapatkan banyak uang kertas yang digunakan sebagai alat penukaran di dunia manusia ini. Tidak lama kemudian mobil Edzard berhenti tepat di parkiran salag satu taman bermain di Jakarta. Edzard menarik tangan Adreanne agar mengikuti dirinya, mereka akan membeli sebuah tiket terlebih dahulu. Ketika sudah mendapatkan tiket, mereka masuk ke area taman bermain. Di sana juga banyak sekali wahana-wahana yang dapat dicoba. "Ed, naik itu yuk!" Adreanne menunjuk ke sebuah wahana seperti sebuah kapal namun digantung. Untuk beberapa menit, wahana itu akan bergerak layaknya ayunan. Melihatnya saja sudah membuat Edzard bergidik ngeri. Ia memang biasa terbang sebelumnya, tapi menaiki wahana yang tampak menyerang itu membuatnya takut juga. "Kenapa wajah kamu kayak gitu? Jangan bilang kamu takut?!" seru Adreanne seraya tersenyum mengejek. Edzard menatap Adreanne sinis. "Siapa yang takut? Ayo!" Dengan cepat ia meraih tangan Adreanne dan membawa gadis itu mendekati wahana yang ditunjuknya. Mereka mengantri untuk masuk, tapi untungnya mereka berada di barisan nomor tiga. Hanya tunggu permainan sebelumnya berakhir, barulah mereka bisa masuk dan naik. Tiga menit kemudian, Edzard merangkul bahu Adreanne ketika mereka diperbolehkan untuk naik. Adreanne ia rangkul karena orang yang berada di belakang tampak tak sabaran dan mendorong. Edzard hanya melakukan apa yang hati kecilnya katakan, menjaga Adreanne agak tidak di desak orang. Mereka mengambil tempat duduk di tengah, Adreanne berada di sisi kanan Edzard. Saat semua sudah mengisi tempat duduk dan memasang sabuk pengaman, wahana pun mulai digerakkan. Edzard memegang kuat pegangan di hadapannya. Jujur saja, jantungnya berdetak dengan kencang. Lain halnya dengan Adreanne yang sudah teriak-teriak tidak jelas seperti pengunjung lainnya. Lima menit kemudian akhirnya wahana itu berhenti. Raut wajah Edzard sudah pucat pasi. Kulitnya yang putih, di tambah dengan pucat yang menderanya karena wahana ini. Sebelum turun Adreanne tertawa lepas. "Seru sekali! Kamu kenapa tidak teriak, sih?" Edzard melepaskan sabuk pengamannya dengan cepat, karena Adreanne belum melepaskan sabuk pengamannya sendiri, Edzard pun berinisiatif membukakan sabuk pengaman itu. "Ayo turun!" Adreanne tertawa lagi. Tanpa canggung, ia menangkup kedua pipi Edzard. Melihat sisi kanan kiri wajah lelaki itu. "Wajahmu pucat sekali, Ed!" kekehnya terkesan seperti mengejek. Edzard mendengus pelan, ia meraih tangan Adreanne di kedua pipinya lalu ia genggam. "Ayo turun, Rea." Adreanne tersenyum dan mengangguk. Akhirnya keduanya turun. Setibanya di bawah, Edzard langsung berlari meninggalkan Adreanne. Perutnya terasa dikocok. Ia merasa mual. Karena bingung dan penasaran, Adreanne mengejar Edzard dan ternyata lelaki itu ke toilet. Beberapa menit kemudian Edzard keluar dari toilet dengan wajah yang sudah basah. "Kamu baik-baik saja?" tanya Adreanne khawatir. Edzard tersenyum simpul. "Aku baik-baik saja. Perutku mual." "Kalau begitu ayo kita cari minuman!" Adreanne menarik Edzard menuju stan jualan minuman dan makanan ringan. Gadis itu menyuruh Edzard untuk duduk di kursi yang ada di depan stan jualan. Adreanne membeli air mineral lalu kembali menghampiri Edzard. "Minumlah." Edzard menerima botol air mineral yang diserahkan Adreanne lalu meneguk isi ya hingga tinggal setengah. Adreanne duduk di hadapan Edzard, raut wajahnya berubah menyesal. "Kalau tahu kamu beneran takut, aku pasti nggak bakal maksa. Maaf ya." Edzard mengibaskan tangannya di udara. "Sudahlah, itu sudah berlalu. Sekarang ayo kita cari permainan baru lagi." Adreanne mengangguk setuju, namun ia berpikir ulang untuk tidak mengajak Edzard bermain wahana ekstrem lagi. "Ayo naik bianglala di sana!" Edzard melirik bianglala yang ditunjuk Adreanne lalu mengangguk setuju. Yang ingin naik bianglala ternyata tidak terlalu banyak, jadi mereka berada di barisan pertama sebelum diperbolehkan untuk naik. "Ayo!" Lagi, Edzard menggenggam tangan Adreanne ketika masuk dan duduk di kursi. Ketika bianglala itu sudah bergerak, terus bergerak hingga naik ke atas dengan tempo yang lambat. Edzard menutup kedua matanya. Tak bisa ia pungkiri, ia rindu berterbang, menggunakan sayap besar dan kuatnya. Tapi, dengan berada di atas bianglala ini membuat rasa rindu Edzard terobati walau sedikit. Ketika Edzard membuka kedua matanya, sosok yang langsung tertangkap oleh maniknya adalah wajah Adreanne dari samping. Gadis itu sungguh terlihat cantik, terlebih ketika melihat ke udara dan langit seperti sekarang ini. Edzard tidak tahu kenapa, jantungnya berdegup dengan kencang. Ada perasaan asing yang menyusup masuk ke dalam hatinya yang tiba-tiba terasa hangat. *** to be continued... jangan lupa tap love dan comments yup!^^
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD