04. Annoying

1117 Words
Pagi-pagi sekali Adreanne sudah dikejutkan oleh kedatangan Edzard di depan pintu rumahnya mengenakan seragam sekolah lengkap. Bahkan mulut Adreanne sempat terbuka saking terkejutnya. "KAMU NGAPAIN DI SINI?" pekik Adreanne dengan suara yang keras. Refleks Edzard menutup telinganya mendengar pekikan Adreanne yang luar biasa memekakkan telinganya. "Jemput kamu." Sudut bibirnya Edzard tertarik menatap Adreanne yang terlihat sangat lucu di matanya. Adreanne terdiam melihat ke dirinya sendiri yang masih mengenakan piyama tidur bergambar Hello Kitty. Wajar saja ia masih mengenakan piyama, karena jam saat ini masih menunjukkan pukul 05.20. Dan Edzard sudah rapi bertengger di depan pintu rumahnya dengan seragam sekolah. Edzard benar-benar gila! "Pagi-pagi buta kamu udah bertengger di depan rumah aku?!" tanya Adreanne tidak percaya. "Tidak mau mempersilakan ku masuk dulu?" tanya Edzard balik. Adreanne mendengus, ia jadi ingat perkataan Ibunya yang bilang kalau ada tamu harus dipersilakan masuk. Dan Edzard adalah tamunya sekarang walaupun dia tidak di undang. Dengan setengah hati Adreanne mempersilakan Edzard masuk dan menyuruh cowok itu untuk menunggu di ruang tamu. "Aku mandi dulu," ujar Adreanne. Kemudian cewek itu berlalu dari hadapan Edzard menuju kamarnya dan segera bersiap-siap. Tidak lama Adreanne bersiap-siap, ia takut Edzard di ganggu oleh abangnya ㅡDamienㅡ di bawah. Setelah melihat pantulan dirinya yang sudah rapi di cermin, Adreanne pun mengambil tasnya dan berjalan keluar. Menghampiri Edzard. Adreanne terdiam saat ia sudah sampai di bawah, Damien tengah berbicara dengan Edzard. Adreanne harap abangnya itu tidak bicara yang macam-macam. "Ayo berangkat, Ed!" seru Adreanne. Mata Edzard dan Damien kompak menatap Adreanne yang tiba-tiba muncul dan langsung mengajak Edzard pergi. "Lo gila? Baru jam enam ini, sarapan dulu!" umpat dan titah Damien. Adreanne menggeleng. "Di sekolah bisa," tolaknya. Damien menatap Adreanne. "Lo mau maag lo kambuh nanti? Kalau nggak mau, cepet sana sarapan! Ajak temen kamu juga!" titah Damien, menatap Adreanne galak. Adreanne yang takut Damien nanti akan meledak marah pun akhirnya menurut. "Kita sarapan dulu, ayo!" ujar Adreanne, menatap Edzard. Edzard bangkit, cowok itu mengikuti Adreanne yang berjalan ke arah dapur. Adreanne mengambil beberapa lembar roti dari kotak roti. "Mau pakai selai apa?" "Cokelat boleh juga tuh," sahut Edzard. Adreanne mengangguk kemudian dia mengoleskan selai cokelat ke dua lembar roti. Setelah itu ia menyerahkan roti tersebut ke hadapan Edzard. "Kamu mau s**u?" tanya Adreanne. Edzard menggeleng sebagai jawaban, ia tidak suka dengan minuman manusia yang bernama s**u. Adreanne mengedikkan bahunya acuh kemudian ia membuat s**u cokelat kesukaaannya untuk dirinya sendiri. Sekitar sepuluh menit mereka sarapan bersama. Jam sudah menunjukkan pukul 06.40, Adreanne dan Edzard pun bersiap-siap berangkat. Sebelum berangkat Adreanne dan Edzard pamit kepada Tika terlebih dahulu dan setelah itu pada Damien. "Kenapa kamu jemput aku?" tanya Adreanne saat mereka telah berada di dalam mobil dan Edzard tengah fokus mengendarai mobilnya. "Aku nggak mau kamu berangkat naik motor lagi, lebih baik bersamaku," jawab Edzard. Dahi Adreanne terlipat. Alasan yang tidak masuk akal! "Ed-" "Tidak usah bertanya lagi, kamu hanya perlu menuruti semua ucapanku," sela Edzard sebelum aku menyelesaikan kalimat Adreanne. Satu kata untuk Edzard, menyebalkan. Adreanne mendengus keras. Ia sangat tidak suka dengan ucapan Edzard barusan, menuruti ucapan cowok itu? Hell no! Tidak butuh waktu lama untuk sampai ke sekolah, Adreanne pun langsung keluar dari mobil Edzard tanpa mempedulikan cowok itu. Adreanne berjalan dengan cepat menuju kelasnya, ia akan mengadu pada Lily. Adreanne pengadu? Memang pengadu adalah sifat Adreanne. *** "Ada apa hingga kau mau repot-repot ke sini?" tanya Edzard dingin pada Edrea, adiknya. Edrea menggeleng. "Hanya ingin melihat keadaanmu," balasnya. "Kembalilah, atau nanti kau akan bernasib sama sepertiku," ujar Edzard datar. Edrea menggeleng. "Aku sudah memfasilitasi semua keperluan kakak di sini, apa seperti itu tanda ucapan terimakasihmu pada adikmu ini?" sindir Edrea sambil mengerucutkan bibirnya. Edzard menghela napasnya. "Lebih baik kau kembali, aku tidak mau kau terkena masalah," ujarnya. Nadanya melembut, tidak datar seperti tadi. "Aku hanya ingin melihatmu," ujar Edrea tersenyum simpul. "Sekarang kau sudah melihatku bukan? Sekarang pulanglah," ujar Edzard seperti mengusir. "Kau mengusirku, kak?" tanya Edrea tak percaya. "Masih nanya?" Mendengar jawaban kakaknya tersebut Edrea pun mengerucutkan bibirnya kesal. "Aku marah padamu!" Setelah mengucapkan tiga kata itu Edrea berbalik dan pergi meninggalkan Edzard dengan wajah memberenggut kesal. Setelah kepergian Edrea, Edzard kembali berjalan meninggalkan rooftop sekolah, ia akan kembali ke kelas. Memastikan Adreanne tidak bolos atau semacamnya walaupun ia tahu Adreanne tidak mungkin melakukan hal itu. "Apa yang kamu lakukan?!" pekik Adreanne geram pada Edzard. Baru saja Adreanne mendapat ketenangan karena jauh dari Edzard, tapi lagi-lagi cowok itu menghancurkan katenangannya. Edzard dengan santainya memindahkan tas miliknya ke kursi yang di sebelah cowok itu. Edzard mengajaknya duduk bersebelahan?! Never in million years! Adreanne tidak mau! "Aku hanya memindahkan tasmu," jawab Edzard santai, tidak peduli dengan wajah Adreanne yang sudah memerah menahan kekesalannya. "Tapi bukannya kita sudah bersebelahan? Lagipula aku tidak mau terlalu dekat denganmu, aku mau kembali duduk dengan Lily," cerocos Adreanne panjang lebar. Raut wajah Edzard berubah datar saat mendengar ucapan Adreanne barusan. Cewek itu mengatakan tidak ingin terlalu dekat dengannya. Entah kenapa ia merasakan sakit di hatinya dan ia tak suka Adreanne berbicara seperti itu. Edzard mendengus kemudian mengambil tas Adreanne dan melempar tas cewek itu ke tempat duduknya semula. BRUK! Adreanne terlonjak kaget, dan menatap nanar tasnya yang dilempar begitu saja oleh Edzard. Adreanne menggeram kesal. Diambilnya tas miliknya dan meletakkannya di tempat duduk Lily, sedangkan tas Lily ia letakkan di tempat duduknya. Ia akan bertukar posisi dengan Lily, ia sudah muak dengan Edzard yang sangat-sangat menyebalkan. Sedangkan Lily sendiri hanya bisa menganga melihat kelakuan Adreanne yang tak biasa. Biasanya Adreanne sangat kalem, jarang sekali sahabatnya itu marah-marah. *** "Kamu kenapa?" tanya Damien pada Adreanne. Dahi Damien mengerut kala melihat sang adik pulang dengan wajah yang terkekuk masam, tidak seperti biasanya. "Tau ah, aku lagi badmood," cetus Adreanne dengan wajah galaknya. Damien mengelus dadanya melihat kelakuan Adreanne yang tak biasa. Sebelumnya mana pernah Adreanne seperti ini, walaupun adiknya itu tengah badmood tidak pernah sama sekali Adreanne bicara dengan nada galak padanya. Adreanne yang biasanya kalem mendadak berubah menjadi macan betina yang sedang pms. Hei, memangnya macan mengalami masa menstruasi?! Damien menggeleng-gelengkan kepalanya, ia harus cari tahu apa penyebab kekesalan Adreanne yang tak biasanya. "Kamu kenapa si? Badmood nya nggak kayak biasa? Pms ya? Tapi kayaknya enggak deh, kan udah lewat," celoteh Damien sambil memakan kripik singkong balado kesukaannya. Wajah Adreanne bertambah merah entah menahan amarahnya atau karena malu, Damien tak tahu. "Abang kok gitu sih? Aku kan jadi malu!" pekik Adreanne kesal. Damien tertawa pelan. "Ya udah kalau gitu cerita sama Abang," ujarnya. "Nggak mau ah," Adreanne bersedekap sambil membuang muka. "Ya udah, kalau gitu mandi gih. Berendam, biar emosi kamu hilang," saran Damien dengan lembut. Adreanne pun mengangguk. Sepertinya berendam bisa merilekskan pikirannya. "Ya udah, Adreanne ke atas dulu," pamit Adreanne pada Damien yang dibalas anggukan oleh abangnya tersebut. *** tbc...
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD